Happy reading♡
•••
Jimin benar-benar dibuat babak belur, kedua sudut bibirnya menampilkan memar seperti orang yang habis berkelahi, padahal itu bekas penggaris sialan yang Meira gunakan untuk memukul Jimin.
Jimin pikir, gadis itu tak akan benar-benar memukulnya dengan keras karena awalnya hanyalah pukulan-pukulan kecil, tapi lama kelamaan itu berubah hingga membuat Jimin meringis kesakitan. Rasanya, ia seperti diamuk masa.
"A-ahh" Jimin kembali meringis kala rasa sakit itu kembali terasa menyengat.
"Ck, kau cengeng sekali." ejek Meira sambil terus mengompres memar di wajah Jimin menggunakan handuk kecil yang dibasahi dengan air es.
Sebetulnya ia malas sekali melakukan ini jika saja tak dipaksa oleh ibunya. Ia baru saja kena omelan lantaran Jimin mengadu pada ibu Meira. Kebetulan sekali saat itu orang tuanya baru pulang. Jimin benar-benar suka mencari perhatian. Menyebalkan.
"Cengeng kau bilang? Ini sakit sekali asal kau tahu. Kau baru saja berprilaku seperti preman!" Jimin mendesis sebal. Wajahnya nampak menyedihkan dengan beberapa memar yang sangat terlihat.
"Siapa suruh cari masalah denganku? Aku sudah memperingatimu sejak awal."
"Shhh. Yak! Pelan-pelan!"
Jimin tidak bercanda, ini benar-benar sakit.
"Aku sudah pelan-pelan, bodoh!" kesal Meira. Gerakan tangannya bahkan sudah melebihi kata pelan, tidak tahu ah harus menyebutnya bagaimana. Laki-laki itu saja yang terlalu berlebihan.
Mungkin dia mau membuat Meira merasa bersalah? Haha maaf saja, Meira tak akan pernah menyesal membuatnya babak belur.
"A-aaa. Ya! Itu sakit, tak bisakah kau lebih pelan lagi?" Jimin tak henti-hentinya meringis tiap Meira mengusap sisi-sisi bibirnya dengan handuk kecil itu. Sesakit itukah?
Meira berdecak, kemudian menjauhkan tanganya dari wajah Jimin. Lelaki itu terlalu banyak protes, lebih baik sekalian saja tidak usah di kompres.
"Lakukan saja sendiri kalau begitu." Meira melempar handuk tersebut ke pangkuan Jimin.
"Mau ku adukan pada ibumu?" ancam Jimin. Ia akan selalu memiliki cara untuk membuat Meira mau menurutinya.
Meira mendengus sekeras-kerasnya. Dengan rasa terpaksa yang teramat mendalam, Meira kembali meraih handuk yang ia lempar tadi dengan gerakan kasar. "Kau benar-benar iblis." sungutnya kesal.
"A-AHH" kini rintihan Jimin jauh terdengar lebih keras karena Meira dengan segaja menekan handuk itu lebih keras di sudut bibir Jimin yang memar.
"Ya! Kau ingin membunuhku? Shhh, aishh!"
"Maunya sih begitu, tapi sayangnya hatiku masih terlalu baik untuk hal semacam itu, maka bersyukurlah." Balas Meira datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Park Jimin
FanfictionJeon Meira tak pernah mengira bahwa dirinya akan dipersunting oleh seseorang disaat umurnya baru menginjak 19 tahun. Berdiri diatas altar pernikahan ketika umurnya masih semuda itu terasa begitu aneh. Belum seharusnya. Ini perjodohan. Kolot memang...