Park Sehun lahir saat Chanyeol kelas dua belas. Perbedaan usia yang sangat mencolok untuk pasangan kakak beradik itu, tapi tidak menyurutkan ikatan yang terjalin. Chanyeol yang tidak pernah berurusan dengan bayi sebelumnya bisa menghentikan tangis si kecil yang tidak mau berhenti di hari kelahirannya.
"Kau sudah sangat cocok menjadi ayah."
"Daripada adik, dia terlihat seperti anakmu."
Chanyeol hanya terkekeh menanggapi candaan teman-temannya saat mereka bermain ke rumah, menjenguk adik bayi katanya.
Kebisingan yang diciptakan tidak sedikitpun mengganggu si kecil yang terlihat tenang di gendongan Chanyeol.
"Chan, kau jaga Sehun ya. Appa akan mengunjungi Eommamu."
Chanyeol mengangguk mengiyakan ucapan ayahnya. Kepalanya menunduk melihat wajah tidur sang adik yang sangat tenang. Berbeda dari wajah Chanyeol yang mirip ayah, Sehun terlihat sangat mirip dengan Ibu.
Kepahitan yang datang menyertai kebahagiaan, bayi lucu itu bahkan belum pernah mengecap satu tetes pun ASI ibunya.
Ibu koma setelah operasi melahirkan Sehun. Sudah satu bulan dan keadaan belum berubah.
.
.
Chanyeol menggeliat. Malas sekali rasanya untuk bangun. Semalam ia begadang menjaga Sehun yang tidak bisa tidur. Ditinggal memejamkan mata sebentar saja bayi itu akan menangis.
"Jam enam?"
Mata bulatnya terbuka setengah. Bagaimapun juga ia harus sekolah, apalagi hari ini ada ulangan harian.
Chanyeol berguling, mendekat pada Sehun yang tidur di sisi lain ranjang dengan sekeliling dibatasi bantal. "Nyenyak sekali kau." Ia mendaratkan kecupan kecil di dahi Sehun, mengusap rambut hitam adiknya yang lebat.
"Appa sudah pulang belum ya?"
Penyebab Chanyeol harus menjaga Sehun semalaman, rumah sakit tiba-tiba menghubungi Ayah dan mengatakan kondisi Ibu yang menurun. Beruntung beberapa jam setelahnya Chanyeol mendapat kabar jika kondisi ibunya sudah stabil kembali.
Semalam, rasanya ingin sekali Chanyeol pergi ke rumah sakit melihat keadaan Ibu.
"Kau baru bangun? Sehun masih tidur?"
Dengan langkah gontai Chanyeol duduk di kursi, menatap dua piring nasi goreng yang telah tersaji di meja makan, lalu Ayah yang tengah menyeduh kopi.
"Semalam Sehun tidak bisa tidur."
"Kau pasti sangat lelah. Maafkan Appa ya."
Ayah datang dengan secangkir kopi dan segelas susu, meletakkan susunya di hadapan Chanyeol.
"Tidak. Aku tidak lelah. Hanya masih mengantuk saja." Kepalanya terjatuh di atas meja dengan mata yang kembali tertutup.
Mengurus bayi melelahkan juga.
.
.
Chanyeol mengayunkan pelan tubuh Sehun dalam gendongannya, menikmati semilir angin di bawah pohon flamboyan depan rumah. Musim semi telah berlalu, di musim panas ini daun-daun pohon itu tumbuh dengan lebat.
"Tidurlah, pejamkan matamu."
Sudah waktunya Sehun tidur siang, tapi kedua mata serupa milik ibu mereka itu masih terbuka lebar. Padahal sudah makan banyak tadi. Biasanya juga mengantuk kalau kenyang.
"Kenapa tertawa? Tidur." Chanyeol terkekeh melihat Sehun yang tertawa karena daun yang terjatuh mengenai pipi gembilnya, dan desakan main-main Chanyeol membuat bayi itu semakin tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Plane (EXO-SC FF)
Fiksi Penggemar[Brotherhood] Park Chanyeol dan adik kecilnya, Park Sehun. "Hyung apa pesawat kertas ini bisa menyampaikan rinduku pada Eomma dan Appa?"