"Sekian dari saya-"
"Chan Hyung!"
Perhatian Chanyeol beralih pada bocah tiga tahun yang berlari sambil menangis. Langsung saja ia menyerahkan pengeras suara di tangannya pada orang yang paling dekat. Mengabaikan tatapan penuh tanya dari ratusan mahasiswa baru yang berbaris rapi di depan sana, ia berlari meninggalkan podium menghampiri bocah yang masih sesenggukan itu dan membawanya dalam gendongan.
"Sehun kenapa?" suara beratnya mengalun lembut dengan tangan yang mengusap air mata di pipi gembil si bocah.
Pertanyaannya tidak dijawab. Sehun menyembunyikan wajah sembabnya di bahu Chanyeol masih dengan isakan pelannya.
"Dia terbangun dan terus mencarimu. Maaf kami tidak bisa menjaganya."
Chanyeol tersenyum pada rekan perempuannya yang terlihat cemas. Ia ingat perempuan itu yang menawarkan diri untuk menjaga Sehun tadi. "Tidak masalah. Terima kasih, ya. Tapi aku harus mengurus Sehun sekarang."
"Kami akan mengurus sisanya. Kau bisa pergi sekarang, lagipula pidato terakhirmu sudah selesai." Seorang rekan lain yang memegang pengeras suara menghampiri Chanyeol.
"Baiklah."
"Yang penting kau hadir di evaluasi nanti."
"Pasti. Aku hanya perlu membuat bocah ini tidur."
Setelahnya Chanyeol pergi dari tempat itu. Ia bisa mendengar teriakan yang menyuruh bisikan-bisikan dari barisan berhenti.
Dari awal ia sudah menjelaskan risiko menjadikannya ketua acara ospek mahasiswa baru di fakultas, tapi mereka terus memaksa. Apalagi si Presiden Mahasiswa yang selalu menggampangkan segalanya.
Chanyeol membawa Sehun duduk di gazebo depan perpustakaan. Dari tempatnya sekarang tidak terdengar kebisingan dari acara yang belum selesai di lapangan. Ia membuka tasnya dan mengambil kotak bekal dari sana. Makan siang untuk Sehun. Byun Ahjumma yang menyiapkannya tentu saja, Chanyeol mana sempat.
Ah, jika dipikir lagi ia telah banyak merepotkan tetangganya itu, apalagi dalam merawat Sehun. Ia tidak bisa mempekerjakan asisten rumah tangga karena trauma akan perlakuan asisten rumah tangganya pada Sehun dulu saat bayi.
Chanyeol memberikan sumpit khusus untuk Sehun, dan bocah itu mulai menjepit sosis sementara Chanyeol menyuapkan nasi dan sayur.
"Pelan-pelan."
Tadi Sehun terbangun pasti karena kelaparan. Lihatlah bagaimana lahapnya bocah itu makan.
"Hai Sehun!"
Sehun mendongak sejenak, melambaikan tangan pelan lalu fokus kembali pada makannya. Chanyeol menatap kakak tingkatnya yang juga menjadi pantia di divisi acara, Bae Joohyun.
"Sehun makan apa?" Joohyun duduk di sebelah Sehun, membuat bocah itu berada di tengah.
"Sosis."
"Mau coklat tidak?"
Acara makan Sehun terhenti. Ia menatap coklat yang disodorkan di depan mata, lalu beralih pada Chanyeol meminta persetujuan.
"Terima saja. Tapi kalau makan coklat, makan siangnya dihabiskan dulu."
Sehun mengangguk senang, "Terima kasih, Noona."
"Sama-sama Sayang." Joohyun mengusap pelan surai hitam Sehun. Bocah itu kembali fokus pada sosisnya dengan tangan lain yang memegang coklatnya erat-erat, "oh ya, Chan. Ini jatah makan siangmu." Wanita itu beralih pada Chanyeol, menyerahkan kotak makan sterofoam beserta botol air mineral.
"Terima kasih, Sunbae."
.
.
Chanyeol menjadi pusat perhatian begitu keluar dari mobilnya. Lebih tepatnya para mahasiswa baru yang memperhatikan, karena yang lama sudah pernah melewati masa itu setahun lalu dimana untuk pertama kalinya Chanyeol membawa bayi ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Plane (EXO-SC FF)
Fanfiction[Brotherhood] Park Chanyeol dan adik kecilnya, Park Sehun. "Hyung apa pesawat kertas ini bisa menyampaikan rinduku pada Eomma dan Appa?"