12.

554 97 5
                                    

Maaf ya di beberapa chapter sebelumnya aku ga balas komentar..

...

Paman Jung sudah dipindahkan ke ICU saat Chanyeol sampai. Keadaannya belum stabil. Dokter mengatakan keadaan jantungnya semakin melemah disertai dengan fisiknya yang semakin tua memperburuk keadaan.

Chanyeol tidak kuasa saat hanya mendengar suara tangisan saat ia memberitahukan keadaan sang paman pada keluarganya. Bagaimanapun juga ia turut dalam memburuknya kondisi Paman Jang. Di usianya sekarang dan penyakit yang parah, laki-laki paruh baya itu sudah seharusnya tinggal di rumah menikmati masa tua bersama keluarga.

Chanyeol menatap sebotol air mineral yang disodorkan padanya, ia mendongak untuk mendapati Haekyung memberinya isyarat untuk menerima pemberiannya.

"Terima kasih." Chanyeol mengambil botol itu, meletakkannya di bangku samping tanpa ada niatan untuk meminumnya. Tidak dipungkiri, tenggorokannya memang terasa kering. Tapi ia tidak berselera sekarang. Ponsel di tangan ia genggam erat, sesuai janji siap mengabari perkembangan kondisi sang paman pada keluarganya sampai mereka datang.

Tidak ada yang bersuara sedikitpun di antara sepasang manusia yang duduk berdampingan terpisah satu kursi berisi botol air mineral itu. Meski lorong rumah sakit di tengah malam itu sunyi dan mencekam.

"Bagaimana Samchon bisa pingsan?" setelah sekian lama, Chanyeol bersuara. Tatapannya mengarah pada lantai dengan kedua tangan bertaut meremat ponsel.

"Ahjussi memerintahkan kami untuk menutup restoran lebih awal, kemudian Ahjussi kembali ke ruangannya. Lalu saat aku akan melapor, Ahjussi tidak bergerak sedikitpun di kursinya."

Chanyeol menarik napas dalam, menahan desakan di dada yang terasa semakin menumpuk.

"Terima kasih sudah membawanya kemari. Maaf merepotkanmu, kau bisa pulang sekarang." suara beratnya terdengar lirih tidak bersemangat.

"Tapi—"

"Pulanglah."

.

.

PUK

Baekhyun melonjak kaget. Jantungnya berdebar sangat cepat saat sesuatu menimpa lengannya di tengah permainan game komputer.

"Sehun, kau belum tidur?" ia mengusap dadanya, merasa lega—apa yang terjadi tidak seperti yang ia pikirkan— sembari mempause permainan dan melepas headset. Kursi kebanggaannya bergeser sekian derajat membuatnya berhadapan dengan si kecil.

"Baek Hyung, kapan Chan Hyung menjemputku?"

Beberapa jam yang lalu, Sehun sudah masuk kamar bersama Jongin dan ibunya. Ia kira mereka sudah tidur karena tidak ada suara apapun dan sudah waktunya untuk dua bocah itu tidur. Tapi sekarang Sehun berdiri di hadapannya dengan wajah sembab dan mata merah.

Jelas sekali bocah itu habis menangis, dan ibunya pasti tidak tahu.

"Chan Hyung harus menjaga Samchon malam ini," tangannya terlurur mengusap pipi Sehun yang kembali dialiri air mata. "Sehun mau tidur dengan Baek Hyung?" tawarnya lembut.

Sehun menggeleng, tangisan diamnya berubah menjadi isakan kecil.

Baekhyun berdiri, membawa bocah itu dalam gendongannya. "Samchon sedang sakit. Tidak ada yang menjaganya, jadi Chan Hyung di sana," ia mengusap punggung Sehun untuk meredakan tangisannya, "saat Sehun sakit, pasti butuh seseorang untuk bersama Sehun, 'kan?"

Tidak ada jawaban dari Sehun. Bocah itu menarik ingusnya dengan air mata yang semakin deras.

"Sehun tahu 'kan, kalau Chan Hyung sayang Sehun?"

Paper Plane (EXO-SC FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang