19.

216 36 5
                                    

Waktu berlalu cepat. Sehun sudah masuk TK dan Chanyeol disibukkan dengan tugas akhirnya.

Sehun tidak lagi ikut ke kampus. Dari pagi sampai siang Sehun ada di sekolah. Siang hari ia akan bermain bersama Jongin sebelum pergi les sore harinya.

Satu bulan lalu Sehun bilang ingin berlatih Judo, seperti teman satu kelasnya yang bernama Dooyoung, yang kakaknya atlet Judo. Katanya Dooyoung sangat keren saat menunjukkan kemampuannya di depan kelas.

"Menjemput Sehun, Hyung?"

Satu hal yang tidak disangka juga, kakaknya Dooyoung adalah Kyungsoo tetangganya dulu.

"Wah Kyungsoo!" Seru Chanyeol dengan senyum lebarnya, "kapan kau pulang?" Seingatnya Kyungsoo masih ada di Tokyo merayakan kemenangannya.

"Selamat atas kemenanganmu."

"Chan Hyung!"

Di tengah pembicaraan dengan Kyungsoo, Sehun datang, melangkah lunglai sambil menyerahkan tasnya pada Chanyeol.

"Kyungsoo Hyung!" Wajah lelah Sehun berubah semangat saat menyadari Kyungsoo di sana.

"Hai, Sehun."

"Hyung selamat ya, kemarin kau keren sekali di tv."

"Terima kasih. Kata Dooyoung kau juga sudah menguasai teknik yang kuajarkan Minggu lalu, keren sekali."

"Makanya Hyung harus datang Minggu depan. Aku akan menunjukkannya."

Sehun menunjukkan gerakan tangan yang sudah dipelajarinya dengan semangat, membuat dua orang dewasa di sana tertawa.

.

.

"Turunkan aku, Hyung. Malu!"

Chanyeol hanya tersenyum meski dalam hati masih tidak rela setiap Sehun menolak perlakuannya yang memanjakan anak itu.

"Mau makan malam apa?"

"Kimchi jjigae!"

Bahkan adiknya itu sudah menyukai makanan pedas dan melupakan ayam goreng kesukaannya.

"Baiklah."

Chanyeol membukakan pintu mobil yang dihadiahi bibir Sehun yang maju lima senti.

Lucunya.

Dalam perjalanan kurang dari sepuluh menit itu Sehun tertidur. Chanyeol yang sudah memarkirkan mobilnya di depan restoran merasa tidak tega membangunkan adiknya.

Apa ia harus turun sendiri? Tapi bukan ide bagus melihat antrian take away di sana dan meninggalkan Sehun sendirian. Atau cari restoran lain saja? Tapi Sehun paling suka Kimchi Jiggae di sini.

"Sudah sampai? Ayo turun, aku sudah lapar."

Di tengah lamunannya, Chanyeol mendapati Sehun sudah berada di luar mobil.

Dasar bocah.

.

.

Malam hari, Chanyeol dan Sehun sibuk masing masing dengan tugas mereka. Chanyeol mengerjakan tugas yang mendapat banyak coretan dari dosennya sementara Sehun dengan buku gambar dan pensil warna.

Melihat Sehun yang sangat serius, Chanyeol mengintip apa yang dikerjakan adiknya.

Dahinya mengernyit melihat goresan pensil warna di buku gambar Sehun.

"Apa itu?"

"Pesawat."

Chanyeol diam, memperhatikan dengan seksama gambar yang tidak ada bentuk pesawatnya sama sekali.

"Saem memberi tugas menggambar cita cita." Sehun menunjukkan gambarnya, "Tapi sepertinya ini sangat jelek."

Wajah cemberut sang adik membuat Chanyeol ingin tertawa.

"Memang apa cita citamu."

"Menerbangkan pesawat."

"Namanya pilot."

"Ah iya itu. Tadi aku lupa namanya." Sehun membalik buku gambarnya, membuka halaman yang masih kosong, "Hyung, gambarmu kan bagus jadi gambarkan aku."

"Tidak mau. Itu kan tugasmu. Kenapa jadi Hyung yang kerjakan?"

"Kata Saem gambarnya boleh dibuatkan. Asal aku yang mewarnainya."

"Benarkah?"

Sehun berdecak pelan. "Kata Saem, berbohong itu dosa. Aku tidak seperti Chan Hyung yang suka berbohong."

"Kata Saem, tidak boleh menuduh tanpa bukti." Chanyeol menirukan cara bicara Sehun, "kapan Hyung pernah bohong?"

Sehun bersidekap, menatap Chanyeol tajam dengan mata sipitnya. "Hyung yang makan coklatku di kulkas. Aku tahu coklat itu tidak Hyung buang karena basi."

Chanyeol meringis. Waktu itu ia kelaparan tengah malam dan hanya menemukan coklat di kulkas.

"Hyung tahu aku bingung harus jawab apa pada Suji saat ditanya rasa coklatnya."

"Jawab saja enak."

"Hyung menyebalkan."

"Sini sini akan kugambarkan pesawat terkeren di dunia."

.

.

Sifat kompetitif yang Chanyeol miliki memang diwariskan secara turun temurun. Dari Sang Ibu, Masih jelas dalam ingatan bagaimana ibunya akan benar benar fokus pada sesuatu sampai betul-betul menguasainya.

Seperti saat Chanyeol pertama kali belajar bermain basket, yang paling semangat adalah ibunya. Bahkan ayah sampai menarik ibu keluar lapangan karena tidak berhenti mencoba memasukkan bola ke ring.

Sedangkan Chanyeol pernah dimarahi ayahnya karena tidak mau pulang dari kolam renang sebelum bisa, hingga hampir tenggelam karena kelelahan.

Sekarang Sehun pun begitu. Masih pagi buta di akhir pekan, tidur Chanyeol sudah diganggu Sehun yang minta diantar ke tempat latihan.

Kemarin lusa anak itu baru saja terpilih untuk ikut kejuaraan.

"Masih terlalu pagi, Sehun. Pelatihmu juga masih tidur."

Chanyeol melihat jam. Masih pukul 6, dan ini hari Minggu.

"Kalau begitu kita lari pagi dulu."

"Tidak." Chanyeol membawa Sehun ke pelukannya, membuat mereka kembali berbaring di kasur.

"Lepaskan aku, Hyung."

"Lebih baik kau simpan tenagamu untuk latihan nanti. Jangan sampai sakit karena kelelahan."

Mata Chanyeol mulai kembali tertutup saat Sehun berhenti memberontak.

"Aku tidak lelah."

"Kau akan kelelahan kalau latihan berlebihan."

Sehun mendengus sebelum ikut memejamkan mata si samping Chanyeol.

...

TBC

Makin aneh ga ceritanya? :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paper Plane (EXO-SC FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang