- Kata orang, setiap perjuangan pasti mendapatkan hasil yang memuaskan. Lalu bagaimana bila perjuangan, malah menghasilkan suatu hal yang mengecewakan. Akankah perjuangan itu sia-sia? -
* * *
"Terimakasih ya Rayy." Raihana turun dan ingin melambai, tapi yang dilihat malah kebalikannya. Eshan memarkirkan mobil di pinggir jalan, lalu keluar dan melangkah menghampiri Raihana.
"Kenapa turun?" tanya Raihana bingung. Kenapa Eshan sampai turun, Raihana baik-baik saja kok.
"Tentu saja untuk mengantar kamu sampai rumah dan memastikan bila kamu baik-baik saja bersamaku. Ayo." Raihana hanya mengangguk. Inilah sifat Eshan yang Raihana sukai, kemanapun mereka pergi, pasti ijin kepada keluarganya. Dan jika sudah sampai ke rumah, maka Eshan akan berbincang kepada ayah atau abangnya Rizal.
Oleh karena itu, Ayah Hasan dan bang Rizal mempercayai Raihana, karena Eshan adalah pria bertanggungjawab.
Raihana melirik bingung, ada dua mobil terparkir elok di halaman depan tapi bukan mobil ayah atau bang Rizal. Apakah ada tamu yang datang? Dan itu juga yang menjadi sebab Raihana diperintah untuk pulang tadi. Bisa jadi, Raihana manggut-manggut.
"Kenapa?" Eshan melirik geli, Raihana pasti memikirkan sesuatu hingga menghasilkan suatu pergerakan. "Tidak apa-apa." jawab Raihana santai sambil terus melangkah, jangan pedulikan Eshan bila kamu tidak mau terperangkap sikap jahilnya.
"Assalamu'alaykum Warahmatullah, Ayah Bunda.." ucap Raihana yang diikuti Eshan salamnya.
"Wa'alaykumussalam Warahmatullah kak. Ayo masuk Eshan." Keduanya melangkah dan mengecup tangan kanan bunda Raihana, kecuali Raihana yang mencium pipi kanan Bunda.
"Tamu Ayah ya Bun?" tanya Raihana kepo. "Terus, apa hubungannya menyuruh Raihana pulang cepat?" Raihana terus mengeluarkan beberapa bulir pertanyaan, "Dan, untuk apa tamunya datang sore-sore begini?"
"Lihat nanti saja." Ketiganya melangkah bersama. Raihana di samping kanan Bunda, Eshan di samping kiri Bunda dan Bunda berada di tengah.
"Putra!" seru Raihana kuat. Ia melihat keluarga Putra disana, tapi apa hubungannya?
"Duduk dulu sini kak. Eshan juga duduk ya disamping bang Rizal." Eshan hanya bisa mengangguk dan diam sambil melihat dengan simak situasi yang terjadi.
Raihana patuh, duduk di tengah dan diapit oleh kedua orangtuanya. Raihana merasa bila dirinya sedang disidang, tapi apa hubungannya dengan Putra Wijaya?
"Kak, Putra datang bersama keluarganya ingin berniat serius menjalin hubungan dengan kakak. Kakak kenal Putra? Putra bilang, ia kenal kakak karena satu angkatan di sekolah. Benar ya?" Raihana hanya mengangguk, tapi ada satu kalimat yang tidak dapat ditangkapnya. "Menjalin hubungan serius, maksudnya apa Yah?"
"Putra melamar kakak, tapi syarat dari Ayah bila kalian harus tamat sekolah dulu. Kakak menerima Putra?" Ayah Hasan mengelus pucuk kepala Raihana yang dibalut Khimar dengan sayang, rasanya tidak ikhlas untuk menyerahkan putrinya kepada pria yang kelak membahagiakan Raihana.
Tapi balik lagi, hidup ini terus berputar dan waktu terus berjalan. Tidak mungkin bila ayah Hasan menghentikan waktu dan menginginkan kebersamaan dengan putrinya terus-menerus bukan?
Raihana masih bingung, ia melirik Ehsan dan melihat pria itu dengan wajah biasa, oke lupakan tentang Eshan dulu. Lalu melirik Putra, "Putra ingin menikahi Raihana?" Putra tersenyum dan mengangguk mantap, "Iya Raihana." Tapi Raihana belum yakin, entah kenapa hatinya butuh kepastian. "Putra serius? Kenapa memilih Raihana?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Wanita [HIATUS]
Non-FictionA TrueStory Siklus Wanita. Ini tentang Siklus Wanita. Menceritakan seorang gadis bernama Raihana Haura. Kehidupan yang dibumbui dengan perkembangan yang sedang terjadi, hingga menjerat gadis itu untuk ikut berpartisipasi. Dimulai dari mengagumi sese...