SW - 2

324 128 110
                                        


Aku tak tahu apakah pesonanya yang memikat
Atau mungkin akalku yang tak lagi ditempat.
- Eshan Rayyan Kusuma -

* * *

Raihana menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Biasanya sapu tangan selalu terpatri disaku rok abu-abu yang dikenakannya, tapi kini sapu tangan itu tertinggal dilaci meja. Ia lupa membawanya.

Raihana mengernyit heran kenapa sinar Matahari bisa sepanas ini? Tidakkah Matahari kasian kepadanya yang lemah dan kecil ini. Ia baru 10 menit berdiri, tapi tubuhnya merasa teramat sakit.

Kehausan, keringat membanjiri dahi, nyeri di punggung dan kedua dungkul kaki dikarenakan harus berdiri dengan tegak, serta tangannya yang keram karena terus memberi hormat.

Kapan siksaan ini berakhir? Raihana menghela nafas.

Bahkan, angin pun turut serta untuk menguji seberapa kuat dirinya menjalani hukuman ini.

"Minum,"

Raihana merasakan dingin dipipi kirinya, hingga ia menolehkan wajahnya ke samping kiri dan melihat sosok Pria Tampan. 'Oh, Ya Rabb-i! Dia... Diakan Ketua Osis priode tahun lalu kan yak? Berarti seangkatan denganku dong? Aduh, kenapa aku tidak memperhatikan dia dulu? Dan kenapa wajahnya tampan banget? Ternyata dilihat secara langsung lebih tampan, dibandingkan hanya sebuah foto. Ya Rabb-i, sungguh ciptaanmu yang indah.' Raihana terus memuji ciptaan Allah yang luar biasa dihadapannya ini.

Kalian pernah lihat pria tampan? Bukan secara foto yes, bila foto jaman sekarang udah canggih. Hitam aja kulitmu, bisa jadi putih saat di foto. Nah, bagaimana saat kamu melihat pria dengan kulit putih, tinggi diatasmu, bahu yang lebar, dan wajah yang tampan. Dan jangan lupakan status jomblo yang melekat padanya!

Hoho, haruskah Raihana bahagia mendengar berita itu? Tentu saja, Raihana adalah keturunan hawa yang mengagumi pria tampan!

Eshan tampan? Tentu saja. Tapi Eshan hanyalah sahabat, teman dan sandaran baginya. Bukan teman hidup, perjuangan sehidup, semati, dan sesurga.

Bukan, bukan. Eshan sudah dicoret dari daftar calon imam untuk seorang Raihana.

Hidup ini pilihan, dan Raihana berhak memilih calon imam untuknya. Karena kelak Raihana akan bersanding dengannya, sampai maut memisahkan atau meja hijau. So, Raihana harus pandai-pandai memilih calon Imam yang pas untuknya. Terutama salah satu kriteria wajah pria tampan, karena untuk memperbaiki keturunan ayahanda Abdul Hasan. Bukankah harus begitu?

Takdir itu memang hak Allah, tapi Menikmati kehidupan itulah hal yang patut dilakukan. Bukankah kita juga harus bersyukur atas setiap yang diberikan oleh Allah?

Dan inilah yang Raihana lakukan. Bersyukur atas takdir yang mempertemukannya dengan sang pria tampan, pria yang sudah menjadi incaran seorang Raihana Haura untuk pertama kalinya.

- Saat kita memanjakan pandangan untuk menuruti hawa nafsu, maka pandangan itu terasa nyaman setiap kita memandang mereka meski tiap detiknya bernilai dosa -

Raihana bahkan tidak memperdulikan mimik pria itu, yang terpenting ia harus menghafal wajah tampan itu agar senantiasa bertengger di ingatannya. Sungguh sayang untuk dilewatkan. Iyakan?

"Tidak mau mengambilnya Haura?" Suara itu mengagetkannya. Ia tersenyum malu sambil menganggukkan kepalanya pertanda mau. Raihana mengarahkan jemari kanannya untuk mengambil botol minuman, yang masih melekat ditangan kanan Putra.

Siklus Wanita [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang