Ntah dari mana gosip lamaran Putra dan Raihana menyebar, kini Raihana, Eshan dan Putra menjadi topik utama seantero sekolah. Bahkan tak ayal guru dan staff pendidikan Hamizan menyetujui niat baik Putra mengkhitbah Raihana, sebab di umur 19 tahun dan lulusan Sekolah Menengah Atas menjadi nilai plus untuk melangsungkan pernikahan.
"Raihana, kamu beneran sudah di lamar Putra?"
"Putra beneran sudah lamar kamu Han? Terus Eshan kabarnya gimana?"
"Kamu pilih Putra atau Eshan?"
Syahir dan Raihan menjadi bodyguard sementara, keduanya menjadi tameng disaat Raihana terus dimintai keterangan dari gosip yang terus tersebar.
"Jangan sentuh! Sentuh tak tendang kamu!" Syahir semakin geram karena aksi dorong-mendorong adik kelas ataupun seangkatannya.
"Bisa minggir gak sih!" Ketegasan Raihan dianggap angin lalu, bahkan tak menjadi daya tarik.
Kedua pria itu geram, sangat geram!
Dan mereka melihat Eshan menghampiri. Raihan tersenyum dengan girang, "Kalian bisa gak ikut campur urusan orang lain?" Dan saat Eshan menyampaikan ketidaksukaannya, sejak itu barisan pun dibubarkan.
Raihana tenang, dengan kedatangan Eshan membuatnya damai. Ketiga pria itu mengelilingi Raihana hingga masuk kelas dan saat sudah masuk Syahir dengan sigap menutup pintu dan menguncinya.
Syahir tidak mau berurusan lagi!
Raihana duduk dengan canggung di sebelah Eshan yang menatap santai dengan aksen datarnya. Teman sekelasnya sudah sibuk dengan aktivitas masing-masing walaupun terus melirik Raihana dan Eshan.
Kecuali Inem, gadis yang tidak tau kondisi dan situasi mendekati Raihana walaupun Raihan sudah memasang wajah ganas untuk menerkam.
"Raihana, maaf nih. Inem mewakili sejagad Antero kota bermaksud menanyakan kebenaran tentang lamaran Putra pada putri bungsu Abdul Hasan yaitu Raihana Haura. Benarkah itu?"
Syahir terkekeh, "Bahasamu Inem, seperti reporter menanyakan kabar bahagia anak pak presiden yang akan melangsungkan pernikahan."
"Sekarepmu wae lah Syah, Aku lagi ingin ngobrol berdua sama Raihana. Stop bersua!" Raihan mendelik tidak terima, tapi juga menuruti dengan diam.
Siapapun pasti penasaran dari pertanyaan Inem dan menanti jawaban dari Raihana.
Raihana gugup, ia salah tingkah. "Hm, gimana ya ... Saat itu, ngh ... aduh gimana ya bilangnya."
Raihana menautkan kedua tangannya gelisah, ia sebenarnya gak suka bila gosip ini tersebar. Tapi bila udah tersebar begini, Siapa yang menyebarkannya? Dan Apa yang harus Raihana jelaskan?!
"Inem, punya kaki?"
"Alhamdulillah ada Shan, kenapa nanya? Cem kamu tidak melihat aja." jawab Inem dengan polos.
"Bisa duduk di bangku mu?"
Inem menggeleng, "Nanti, aku mau mendengar jawaban Raihana dulu. Yakan Hana?" Raihana menatap Eshan yang akan meledak, lalu menggeleng pada Inem. "Nanti ya Nem aku jawab, bentar lagi pak Darwin masuk."
Dengan polos Inem menggeleng lagi, "Han, aku gak suka menunggu tanpa keterangan yang jelas. Lagian pak Darwis masuknya lima menit lagi, cukup untuk menjelaskan mengenai lamaran Putra. Ya yah?" Harapan Inem harus pupus saat melihat ketokan pintu terdengar, dengan sigap Inem duduk di bangkunya.
Pak Darwin datang!
Raihan menatap Inem sinis, "Bila pak Darwin gak datang, dah lah jadi abu kamu Nem." Inem hanya mengangkat bahu tidak peduli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Siklus Wanita [HIATUS]
Bukan FiksyenA TrueStory Siklus Wanita. Ini tentang Siklus Wanita. Menceritakan seorang gadis bernama Raihana Haura. Kehidupan yang dibumbui dengan perkembangan yang sedang terjadi, hingga menjerat gadis itu untuk ikut berpartisipasi. Dimulai dari mengagumi sese...