Happy reading:v
.
.
.
.
.Sabina sedang asik bergulat dengan selimut dan gulingnya, sampai pertarungan sengit itu terhenti saat suara panggilan dari sang putra merasuki telinga. Tentu dia geram, Alsaf selalu saja mengganggu mimpi indahnya. Padahal ia sudah memperingatkan berulang kali untuk tidak menghubunginya saat jam istirahat seperti ini.
Dengan emosi membara ia angkat panggilan dari putra sulungnya itu. Awalnya dia kira Alsaf hanya mau menggoda seperti biasa. Alsaf itu dokter jaga UGD, dan kalau lagi gabut dia akan mengusili keluarganya, termasuk sang mama.
Anda kurang beruntung, tebakan Sabina salah. Ternyata Alsaf menyampaikan berita tentang dibawanya Risku ke rumah sakit.
Tanpa pikir panjang, tanpa ganti baju, tanpa cuci muka. Sabina berlari tunggang langgang keluar kamar. Bahkan telepon dari Alsaf belum dia matikan, hpnya terlempar begitu saja. Dia menyabet kunci mobil yang ada di etalase dapur. Di rumah hanya ada dia seorang, suaminya sedang keluar kota dan Salsa menginap di rumah tetangga sebelah alias rumah Dinda.
Jarak rumah sakit dan rumah Sabina memang tidak terlalu jauh. Seperti sang idola yaitu rossi, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sabina sen kiri tapi belok kanan, seperti emak-emak pada umumnya, untung jalanan masih sepi, kalau tidak, mungkin akan ada kecelakaan beruntun pagi ini.
Mobil sabina terparkir apik didepan UGD, Alsaf yang melihat mamanya mengendarai mobil seperti itu hanya geleng-geleng kepala. Baju tidur bergambar mickey mouse dan lukisan indah seperti gelombang air laut di pipi membuat Alsaf buang muka saat mamanya menanyakan kamar Risku. Alsaf malu. wkwkwkwk
Sabina yang dikacangin anaknya langsung nanya ke resepsionis, setelah tau ruangannya, dia berlari setengah jalan ke kamar Risku.
Alsaf yang baru mengingat eksistensi pamannya langsung ikut berlari menyusul sang Mama, takut akan ada huru hara besar yang terjadi.
"Ma, sabar dulu ma, jangan lari-lari." Ujarnya cepat sambil terus berusaha meraih tangan mamanya.
"Kenapa sih Saf, Mama mau liat keadaan Risku." Jawab Sabina tanpa menoleh ke belakang. Tetap melanjutkan langkahnya cepat.
Namun Alsaf tidak menyerah, dengan sedikit berlari ia berhasil menghadang mamanya.
Seyuyurnya, Alsaf tidak menyangka kalau Sabina akan datang kesini saat ini juga, awalnya memang ingin memberi kabar, tapi tidak berekspektasi kalau mamanya akan langsung datang.
"Ma... Jam besuknya kan udah habis," Alsaf merengek.
Sabina diam, membenarkan dalam hati. Tangannya menarik pergelangan putra sulungnya yang memakai jam tangan. Melihat jam disana yang menunjukkan pukul 12 malam. Membuatnya mendengus kesal.
"Yaudah kamu anterin Mama sini, biar bisa liat Risku bentar," katanya kemudian saat sebuah ide melewati kepalanya.
Alsaf langsung melotot. Mamanya ini senang sekali menyalah gunakan kekuasaan, batinnya. Dan dengan pasrah ia mengikuti langkah kaki Mama saat tangannya ikut ditarik paksa.
🖇️🖇️🖇️🖇️🖇️🖇️
Pria paruh baya itu duduk termenung sendiri di kursi tunggu, di luar kamar vip. Awalnya dia ingin masuk, tetapi niatnya urung saat melihat interaksi bahagia kedua putranya.
Meski sempat ia dengar putra bungsunya mencarinya, tapi terlalu takut untuk menemui. Takut jika membuat keadaan putranya semakin buruk.
Sampai suara pintu terbuka menyita perhatiannya. Bertepatan dengan suara langkah kaki tidak santai ibu-ibu dengan baju tidur itu berjalan setengah berlari ke arah kamar vip Risku. Namun langkanya terhenti saat melihat siapa yang duduk di kursi tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
my freak brother
Teen Fiction"Kenapa ngerokok? katanya sakit."-Dinda "Biar cepet mati."-Risku Risku Aditya Bima, lelaki tampan dengan segala luka, kesedihan dan keabsurdannya. Tak ada yang paham isi otaknya, tak ada yang mengerti dengan isi hatinya, kecuali dia yang mengutarak...