~7~

1.2K 88 9
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.

Risku benar-benar tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi kepadanya. Bukankah takdir terlalu kejam. Bahkan membayangkannya saja Risku tidak sanggup. Kehilangan dua orang yang sangat ia sayangi dalam waktu yang bersamaan, sungguh Risku tak tahu bagaimana harus melanjutkan hidupnya setelah ini.

Entah kenapa, tapi setelah mendengar cerita dari sang kakak, Risku langsung menyimpulkan kalau kedua orang yang meninggal adalah orang yang sama dengan yang ia tunggu. Risku kalut, rasa khawatir menguasai, otaknya tidak berfungai dengan normal.

Bahkan dia meninggalkan kamarnya tanpa memberitahu Sarel. Risku berlari ke UGD dengan membawa kantong infus yang dilepas paksa dari tiangnya. Ia bahkan tidak memakai alas kaki. Mungkin hal itu juga yang membuat Sarel tidak sadar kalau Risku pergi keluar kamar.

Ada dua kecelakaan tragis pagi ini. Yang pertama truk pengangkut pasir yang tidak sengaja terpeleset jalanan licin dan menjatuhkan semua pasir yang diangkut. Jalan menjadi macet, dan dialihkan ke arah lain.

Selang beberapa jam, ada Bus antar kota yang mengangkut cukup banyak penumpang tidak sengaja masuk ke jurang akibat menghindari mobil yang dikendarai secara ugal-ugalan. Beruntungnya bus hanya mengguling ke samping, dan tidak sampai masuk jauh kedalam jurang. 

Namun naasnya mobil ugal-ugalan tadi masuk jauh ke jurang lalu meledak, dan dua penumpang di dalamnya dipastikan meninggal dunia.

Kedua kecelakaan tersebut terjadi di semua jalur menuju rumah sakit.

Sesampainya di UGD, Risku langsung mencari kakak sepupunya, Alsaf. Ia semakin cemas saat melihat ambulans yang berlalu-lalang datang dan pergi. UGD sangat ricuh, dan Risku benar-benar bingung harus berbuat apa. Seharusnya dia tadi memberitahu Sarel saja.

Pandangnya ia edarkan mencari saudara dokternya itu, tapi tak ia temukan. Tangan yang bebas infus ia gunakan untuk mencari ponsel di kantong, ponselnya di kamar dan mati.

"Aaaa bodoh, hp gue kan mati." Risku mengacak rambutnya brutal, merasa frustasi dengan keadaan. Matanya mulai berembun, menandakan tetesan air mata akan segera jatuh dari tempatnya. Sangking frustasinya dia ingin menangis.

"ADIT LO NGAPAIN SIH?" si Sarel ngegas banget kek lagi di tanjakan. Ga liat apa UGD banyak pasien?:').

"Rel..." Risku sebenarnya kaget sama teriakan Sarel, tapi entah kenapa ngeliat Sarel dia jadi lega, setidaknya ada yang bisa membantunya mencari Salsa dan Dinda.

Risku langsung meluk Sarel sambil nangis.

"Lu kenapa sih Dit? Gue ga paham sumpah." Sarel segera mendudukkan sang adik lalu menanyainya, dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Risku. 

Sebenarnya Sarel merasa kalau Risku bergerak dari kasur, tapi ia kira Risku hanya membenarkan posisi tidurnya, namun saat ia menoleh, adeknya sudah hilang dari kamar. Dengan cepat ia mencari Risku, dan berakhir melihatnya berdiri seperti orang bodoh di tengah-tengah UGD.

"J-jadi tadi tuh gue telfon Dinda s-sama Salsa... Ttterus mereka tuh bbbilang mmmau kesini... Hikss.. Tapi sampai sekarang mereka belum nyampe hiks... Terus tadi lu bilang ada kecelakaan...jadi gue kesini buat mastiin kkkalau itu bukan mereka..tttapi malah pada sibuk hikss hiksss," jelas Risku sambil nangis sesenggukan. Bayangin berapa lama dia nahan nangis dari tadi sampai sekarang kek gini. Kasian.

Belum sempat Sarel menjelaskan, tiba-tiba Alsaf datang mendorong brankar yang ditiduri seseorang dengan kain putih menutupi tubuhnya. Risku tidak tau siapa itu, yang dia tau, Alsaf menangis.

my freak brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang