~1~

4.5K 200 1
                                        


~NO HUJAT HUJAT CLUB~
Maafkan kalau ada typo

HAPPY READING
.

Dinginnya pagi tak mampu membangunkan seonggok manusia tanpa selimut yang tidur di sofa ruang tamu rumah ini. Kebiasaan buruk seorang Risku yang selalu tidur di sembarang tempat setelah menunaikan ibadah shalat shubuh, lengkap dengan peci dan sarung yang masih menempel di tubuh imutnya.

"ADIT LO DIMANA GEMBEL?? DIT UDAH PAGII INI."

Seperti anak ayam kehilangan induknya, dari lantai atas Sarel berteriak seakan-akan Risku sudah ditelan bumi.
Suaranya menggema, membuat siapapun yang mendengar merasa jengkel.

Termasuk Risku yang merasa tidurnya jadi terganggu, ia mendengus, "Apa sih rel, coba kalau teriak itu ga usah nyaring-nyaring, kalau gue budek Lo mau tanggung jawab?" Sungut Risku dengan mata yang masih terpejam.

Ia mencoba menarik sarungnya untuk menutupi seluruh muka dan tidur kembali. Namun usahanya itu gagal karena tau-tau Sarel sudah berdiri di sampingnya, menarik sarung Risku kasar lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Kalau ga nyaring namanya bukan teriak, ogeb." jawab Sarel enteng.

Risku yang kedinginan karena hanya memakai celana pendek pun berusaha menutup-nutupi tubuhnya dengan tangan sendiri, tapi nihil, tetap dingin. Alhasil dia menyerah, membuka matanya sedikit demi sedikit, menatap malas sang kakak yang sekarang juga sedang menatapnya garang sambil berkacak pinggang.

"Gue udah berapa kali bilang, kalau habis shalat itu jangan tidur lagi. Terus itu sarung, kenapa sarung buat shalat dipake tidur?" Lanjutnya dengan menggebu-gebu.

Mendengar itu Risku segera duduk dan mengumpulkan nyawanya yang belum penuh.
"Kan gue selalu ganti sarung." Jawab Risku tak mau kalah.

"Ya tapi ga usah tidur lagi kalau habis shalat, ga baik. Lo tuh kalau dikasih tau nurut kenapa sih," cerca Sarel lagi sambil mengekori Risku yang sudah berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Risku menghela nafas pasrah, sudah biasa sarapan pagi dengan mulut bebek Sarel.

"Cerewet banget kek kak Ros," gumamnya lirih.

Setelah sampai di kamarnya ia segera membalikkan badan, membuat Sarel yang ada tepat dibelakangnya langsung mengerem mendadak dan hampir terjerembab ke belakang.

Melihat itu Risku tersenyum konyol, "iya deh iya, maaf ya. Udah sekarang pak dokter siap-siap sana, gue mau mandi, mau sekolah."

Tanpa menunggu jawaban dari Sarel, Risku langsung masuk kamarnya dan menutup pintu dengan tenaga lebih hingga menimbulkan suara nyaring, membuat Sarel yang akan berdialog panjang seketika mengatupkan mulutnya lagi karena terkejut. Ia mengelus dadanya lalu ber istighfar banyak-banyak. "Dasar bocah gila, untung sayang." Monolognya.

Memang kakak beradik ini sama anehnya, mereka seperti berbagi braincell yang sama.
Dia Sarel Raditya Bima, kakak tercinta Risku yang teramat sangat menyebalkan. Tapi jangan salah, Risku sangat menyayangi Sarel begitupun sebaliknya.

Sarel adalah dokter spesialis jantung di salah satu rumah sakit besar yang ada di kota ini. Setelah orang tuanya meninggalkan dia dan sang adik, Sarel memiliki tanggung jawab untuk menjaga Risku, dia bagai orang tua kedua untuk Risku.

Semua kasih sayang ia limpahkan untuk Risku.

📎📎📎📎📎📎


Risku dan Sarel sudah siap dengan seragam mereka masing masing. Risku dengan seragam sekolanya, Dan Sarel memakai kemeja putih biasa, tidak mungkin memakai jas dokter ketika dirumah.

my freak brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang