~14~

448 22 6
                                    

HAPPY READING
.
.
. .
.
. . . .
.
. .
.
.


Ketiga lelaki berbeda usia di ruang keluarga itu saling memandang satu sama lain secara bergantian. Merasa heran karena setelah beberapa menit, tidak ada suara langkah kaki yang memasuki rumah. Padahal sudah jelas mereka semua mendengar suara pintu utama yang terbuka.

Ruang keluarga di rumah ini ada dua, satu di atas dan satu di bawah. Ruang keluarga di bawah jaraknya cukup jauh dari pintu utama. Dan mereka tidak akan bisa melihat siapa yang memasuki rumah jika mereka berada di ruang keluarga.

Udara yang memang sedari tadi dingin menjadi tambah dingin. Sarel mengelus lengannya, sore hari ini tiba-tiba berubah mencekam. Ia menatap ke arah Risku yang saat ini tengah bersila dengan piring berisi nasi di tangannya, masih dengan santainya kembali memakan makanannya.

Juned sendiri sudah memasang postur siaga, takut jika yang memasuki rumah adalah orang jahat.

Tiba-tiba Risku mengangkat pandang, ujung matanya tidak sengaja melihat bayangan kakek-kakek basah kuyup melewati ruangan tempat mereka duduk sekarang. Dengan polos ia berkata, "Kakek siapa tuh. Kasian basah kuyup."

Setelah mengatakan hal seperti itu, ia kembali fokus dengan makanannya. Tapi kemudian keheranan karena sofa yang ia duduki bergerak, dengan suara yang terdengar rusuh. Risku menoleh ke arah kirinya, tempat yang awalnya kosong itu kini terisi oleh dua orang berbadan besar yang saling berpelukan. Dengan mata yang menatap sekeliling dengan was-was, dan muka yang pucat karena ketakutan.

Risku yang melihat itu pun langsung menyemburkan seluruh nasi dalam mulutnya. Ia tertawa terbahak-bahak sambil sesekali memegangi perutnya karena sakit.

"Hahhahahhah kalian kenapa?"
Tanyanya diselingi tawa.

"Aduh ga kuat, sakit banget perut gue." Lanjutnya masih sambil ketawa.

"Dit lo jang-an bercanda deh. Ga ada kakek-kakek di sini." Kata Sarel sedikit terbata karena ketakutan. Ia sampai tidak sadar jika saat ini sedang berpelukan dengan bodyguard adiknya.

"Hah? Oh..."Risku yang paham langsung manggut-manggut. Awalnya memang Risku mengira jika kakek tersebut adalah kakek salah satu pegawai di rumah ini yang tidak sengaja terkena hujan.
"Bukan manusia berarti."

"ADIT/MAS RISKU." Sarel dan Juned berteriak berbarengan. Membuat Risku terkejut dan mengelus dadanya pelan.

Tapi tak lama setelahnya Risku tertawa kecil, lalu menaik turunkan alisnya. Menggoda kakak dan bodyguardnya yang malah semakin menempel satu sama lain. "Mau pelukan sampai kapan?" Tanyanya jahil.

Sarel dan Juned seketika saling pandang, mereka langsung sama-sama mendorong saat sadar apa yang sedang mereka lakukan.

"Astaghfirullah Juned, istighfar kamu," ucap Sarel spontan.

Juned menatapnya malas.

"Padahal mas Sarel juga yang meluk saya."balasnya tak terima.

Risku terkikik melihat ekspresi menggelikan dua orang di hadapannya.

"Badan doang gede, sama setan takut." Cemoohnya, lalu melanjutkan memakan nasinya yang tinggal beberapa suap.

"Udah-udah, lewat doang tadi. Ga di sini kok." Ucapnya saat melihat raut wajah kaku dua orang itu.

Sarel dan Juned bernafas lega mendengarnya.

Kakek-kakek basah kuyup tadi benar-benar hanya lewat. Bahkan tidak menengok ke arah Risku sedikitpun.

"Hachuuu..." Sarel yang dari tadi tidak pernah bersin tiba-tiba mulai bersin. Sadar dirinya berada di dekat adiknya, ia segera beranjak dan menjauh. Duduk di tempatnya semula, Juned melakukan hal yang sama.

my freak brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang