HAPPY READING:V
.
.
.
.
.
.Alsaf sudah meninggalkan ruang rawat itu saat dapat panggilan dari UGD. Sekarang tinggal lah Sabina yang sedang mengupas buah-buahan untuk Risku. Risku sudah menceritakan banyak hal tadi, tentang bagaimana kesalnya Tegar saat dihukum pak Roy padahal Risku yang salah, tentang Dinda dan Salsa yang katanya akan datang, juga om Juned yang kemaren cuti karena anaknya yang sakit, tapi malah langsung datang hanya untuk mengantarkannya pulang. Tidak lupa juga Risku memberitahu tantenya untuk membantu segala sesuatu tentang pengobatan anak bodyguardnya itu. Sabina tentu saja tidak menolak. Apalagi saat tau Juned yang melaksanakan tugasnya dengan baik. Lalu yang terakhir.
"Tante Bina..."
Panggil Risku pelan, Sabina menatapnya dengan alis terangkat, menunggu Risku melanjutkan kalimatnya."Papa mana Tan? Tante pasti tau kan kalau papa pulang?" Lanjutnya, membuat Sabina menegang dan menghentikan gerakan pisaunya seketika.
"Tante tau, tadi kakakmu cerita." Jawab Sabina dengan mimik muka yang sebisa mungkin tetap tenang, meskipun hatinya gelisah bukan main.
"Tante juga tau papa sama Sarel berantem? Katanya mama udah dipindah ke Indonesia. Maksudnya apa tan?" Tanya Risku lagi.
"Tante ga tau, coba nanti tanya kakakmu." Jawabnya cepat.
Dan untuk kesekian kalinya Sabina memilih berbohong. Memang seperti itu bukan? Kebohongan itu beranak-pinak, untuk menutupi kebohongan pertama akan ada kebohongan kedua dan kebohongan-kebohongan selanjutnya.
Mendengar itu Risku tersenyum, sorot mata Risku berubah sendu, ia tau, tantenya berbohong, lagi.
Sabina yang ditatap seperti itu hanya bisa buang muka. Mengalihkan pandangan dari Risku yang sepertinya meminta penjelasan.
Melihat tantenya menghindar, Risku malah semakin tersenyum, senyuman yang mengandung banyak arti. Ia menghela nafas, lelah juga kucing-kucingan seperti ini.
"Gapapa kok tan, gapapa kalau kalian masih mau sembunyiin semuanya dari Risku. Tapi perlu Tante tau, Risku diam bukan berarti gatau apa-apa." Katanya setenang mungkin. Mata Sabina membulat terkejut, seketika menoleh, ia semakin gugup.
Risku menunduk lalu membenarkan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Ditatapnya Sabina yang saat ini masih duduk diam disampingnya. Rasanya sudah tidak bersemangat berbincang dengan tantenya.
Diamnya sang tante membuat suasana menjadi semakin dingin. Padahal beberapa menit yang lalu, sebelum membahas sang papa, mereka masih bercanda ria dan bercerita, Risku heran, sampai kapan mereka akan menyembunyikan hal ini pada dirinya.
"Apa yang kamu tau Risku, apa yang kamu sembunyikan dari aku dan kakakmu?" Tanyanya kemudian, Risku tidak suka jika Tante sudah membahasakan dirinya sendiri dengan 'aku' karena itu membuat mereka terasa jauh.
Sabina kadang heran juga dengan Risku, ada saatnya dimana ia merasa sangat mengenal keponakannya itu, tapi tidak jarang ia juga merasa sedang berhadapan dengan orang baru yang tidak ia kenal sama sekali.
Padahal Ia ikut andil membesarkan Risku dari kecil, tapi tidak pernah benar-benar mengerti apa yang dipikirkan oleh Risku. Anak itu, seperti bisa menipu siapa saja.
Risku menarik bibirnya, "Tante ga salah nanya gitu? Bukannya kalian yang sembunyiin sesuatu dari aku?" Katanya diakhiri kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
my freak brother
Teen Fiction"Kenapa ngerokok? katanya sakit."-Dinda "Biar cepet mati."-Risku Risku Aditya Bima, lelaki tampan dengan segala luka, kesedihan dan keabsurdannya. Tak ada yang paham isi otaknya, tak ada yang mengerti dengan isi hatinya, kecuali dia yang mengutarak...