Sosok Sangar Berhati Sutra

18 2 0
                                    

"Setiap orang memiliki sisi baik dan buruk dalam dirinya. Tugas kita habya diizinkan untuk menerima dan mengormatinya. Bukan memakinya."


Happy readiing....

Banyak sekali sebetulnya drama yang diciptakan dari praktikum, tergantung apa mata praktikumnya, semua punya titik tersulitnya masing-masing. Ada yang Labolatorium disulap menjadi gudang sayuran dan buah-buahan. Jika sudah berhubungan dengan tumbuhan alam seperti itu biasanya berkaitan dengan mata praktikum Farmakognosi, atau KPA. Tentu saja buah dan sayur itu tidak untuk dimakan, bahkan ada larangan keras untuk makan di dalam Labolatorium, hanya diizinkan untuk minum.

Dyra masih ingat betul ketika pertama kali ia pembekalan, wanita berbadan kurus berdiri tegap didepan Labolatorium untuk membacakan peraturan dan tata tertib di dalam Labolatorium. Suaranya yang menggelegar, terpantul-pantul di lorong Labolatorium yang sunyi. Membuat semua siswa kinslep, khusuk mendengarkan semua ucapanya. “Dilarang keras makan di labolatorium,” katanya. Ia hingga menekan disetiap hurufnya dan menambahkan volume suara lagi. Pikir Dyra mungkin sudah pernah ada yang ketahuan makan selama praktikum berlangsung. Namun jika memang benar, berani sekali orang itu, bahkan Dyra saja jika harus melewati lorong laboratorium, bulu kuduknya sudah berdiri dan mempercepat langkah kakinya karena takut.

Setelah perkuliahan benar-benar dimulai barulah Dyra tahu jika wanita kurus itu tenyata laboran senior sekaligus ketua laboran yang terkenal tegas dan sadis, dia memang tak segan-segan memarahi siapapun yang melanggar peraturan. Namanya Mbak Heni, bahkan ketika mahasiswa tak sengaja berpapasan denganyapun, khususnya mahasiswa baru. Kebanyakan akan menunduk-nunduk takut, atau memilih putar balik untuk menghindarinya, padahal beliau biasa saja, terkadang justru menebarkan senyum terlebarnya.

Namun di balik ketegasanya, sebenarnya beliau adalah orang yang baik hati dan perduli. Pernah sekali responsi berlangsung, responsi itu semacam ujian akhir praktikum dilakukan baik tertulis lisan maupun praktek. Dengan lembut beliau menasehati para peserta yang pucat karena akan mendapat giliran masuk kedalam ruang ujian. “Jangan gerogi, santai aja. Nanti malah buyar semua kalau gerogi,” katanya, sambil menatap mahasiswi yang duduk di kursi tunggu dengan lembut.

☆☆☆☆

Yang paling berkesan menurut Dyra adalah masa-masa praktikum Farmakologi. Jika di Labolatorium biologi akan tersulap menjadi gudang buah dan sayur maka di lab Farmakologi ini cocok disebut sebagai kebun binatang. Dari kelinci, tikus mencit, mereka penduduk tetap Labolatorium, yang cemas-cemas menunggu giliranya untuk di suntik, disayat, ditusuk-tusuk mulutnya bahkan dieksekusi mati sekalipun. Tentu saja semua ada prosedur kerjanya dan ada tujuanya. Binatang-binatang itu akan menjadi bahan percobaan sebelum obat dikonsumsi manusia. Karena praktikum ini juga Dyra bisa tahu jika si selengekan Imam, bisa tekulai lemas hanya karena sebuah darah. Dia seperti orang yang tengah hamil muda ketika sudah masuk Labolatorium ini. Dan akan menjadi bahan ledekan satu golongan praktikum terlebih Saras. Gadis itu akan jadi orang pertama yang meledek Imam habis-habisan dan tertawa keras-keras.

Lah lah Mam Mam, gayamu tok, karo koyongono wae lemes. Gayanya doang, sama kaya gitu aja lemes,” ledek Saras berkacak pinggang berdiri dihadapan Imam yang sudah terkulai lemas, kakinya ia luruskan di lantai depan labolatorium sambil memijat-mijat keningnya. Ketika Saras mengucap kata lemas, tanganya ikut telapas dari pingangnya sambil memiringkan kepalanya kekanan, seolah menirukan Imam ketika sedang terkujur lemas.

“Sumpah nyerah aku Ras,” jawabnya tak bertenaga, tangan kirinya ia lambai-labikan di udara.

Layaknya seorang pahlawan kesiangan Reno membawa segelas teh hangat yang ia dapatkan dari kantin kampus. Dengan telatennya ia membantu kawan karipnya itu untuk memegangi gelasnya ketika Imam meminumnya hingga kandas.

Sedangkan Dyra sedang sibuk menampung darah didalam tabung akan selalu jadi langganan terpercaya untuk mengurus semua binatang-binatang itu, tanpa takut sedikitpun ia akan memegang mess atau pisau bedah dan menancapkanya di kulit binatang targetnya, mengeluarkan darah atau organ apapun sesuai kebutuhan. Maka jika urusan binatang terselesaikan Nadia dan Saras Akan mencampurkanya dengan bahan-bahan yang lain, sedangkan Reno dan Imam yang kebagian mengurusi di bagian mesin dan alat-alat. Pria memang lebih jago prihal yang semacam itu. 

Sewaktu SMK Dyra sebenarnya mengambil jurusan keperawatan. Entah apa yang mendasari semua itu, namun hati nuraninya selalu memandang pekerjaan itu adalah pekerjaan yang mulia, bisa membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan. Itulah mungkin salah satu penyebab utama kenapa ia tak takut dengan darah dan selalu bisa diandalkan teman sekelompoknya jika berurusan dengan hal yang berkaitan dengan itu. Namun karena tuntutan dari kedua orang tuanya alhasil Dyra harus memupuskan harapanya dan impianya. Meskipun harus terjadi peperangan hebat antara dirinya dan keluarga.

“Mama kan udah bilang dari awal, boleh kalau SMA-nya mau ambil apapun tapi kuliahnya harus tetap ambil Farmasi.” Acuh tak acuh Mama berucap itu sambil meniup tehnya yang mengepul, kakinya ia silangkan memperlihatkan pergelangan kaki putihnya.

“Tapi kan udah ada Kak Andi, biarin Dyra tentuin jalan hidup Dyra sendiri,” ujar Dyra takut-takut. Ini adalah momen perdananya menentang permintaan kedua orang tuanya. Pelupuk matanya yang semakin terasa berat ia tahan kuat-kuat agar tidak menumpahkan air mata.

Mama meletakkan cangkir tehnya keatas meja, menoleh kesisi kanan dimana Dyra sedang berdiri tegap menghadapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mama meletakkan cangkir tehnya keatas meja, menoleh kesisi kanan dimana Dyra sedang berdiri tegap menghadapnya. “Besok Kakakmu yang nemenin daftar, jangan lupa siapin semua persyaratanya,” kata Mama kemudian bangkit dari duduknya, melewati Dyra begitu saja. Jika sudah seperti itu maka artinya tak ada bantahan apapun. Papa-pun yang biasanya akan membelanya jika sudah yang satu ini beliau pasti hanya akan berkata, “Itu yang terbaik untuk Dyra.” Sembari mengusap lembu kepala Drya.

Sedangkan Andi, ia hanya akan mampu menatap nanar adik satu-satunya yang paling ia sayangi itu. Setelah Dyra meringkuk diatas tempat tidurnya sambil menangis maka sejurus kemudian belaian lembut di pundak Dyra akan tercipta disela-sela tangisnya. “Nggak papa nanti kita herjuang bareng-bareng ya?” kata Andi. 

To Be Continue....

Introvert Star☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang