Lollipop Mendarat Di Selokan

33 4 0
                                    

"Jangan terlalu sibuk mendengarkan apa kata orang dan berusaha membuat orang lain menerimamu atau bahkan menyukaimu. Karena sejatinya kamu hanya membuat kecewa orang-orang yang sebenarnya menyukaimu lebih dari apapun."

Happy reading...

Aksi gagal totalnya dengan empat wanita ahli ghibah tak menggentarkan tekat Dyra sedikitpun. “Sabar,” itu katanya ketika putus asa mulai memporak porandakan hatinya. Keesokan harinya di tengah-tengah letihnya tubuh setelah melakukan praktikum, perlahan-lahan Dyra mendekat pada segerombolan orang jenius dan gaul yang sedang berdiskusi panas di lorong Labolatorium, baju yang sudah kusut sana sini, jas Lab yang sebagian orang hanya di sampirkan di pundaknya saja membuat Dyra menelan ludahnya hingga beberapa kali.

“Yo enggak to Rif, harusnya diinkubasi dulu kalau langsung digores nanti gak tau kalau misal kontam itu dari medianya atau dari bakterinya,” ujar siwanita berkacamata, sesekali ia membenarkan posisi kacamatanya yang melorot hingga menutupi hidungnya.

“Enggak yo abis medianya padat langsung digoresi bakteri, nggak perlu diinkubasi dulu,” bantah sipria jangkung.

Seperti tak cukup kuat melawan sendiri si wanita berkaca mata mencari kawan, bertanya pada teman di sebelahnya, “Din, peremajaan bakteri itu medianya sebelum di gores di inkubasi dulu kan?”

“Kalau di buku praktikum sih gitu, buat media kosong, inkubasi 18-24 jam, abis itu di gores terus diinkubasi lagi.”

“Tapi aku baca di jurnal Marlah,dkk.2018 itu cara kerjanya nggak perlu diinkubasi jadi nunggu padet aja langsung digores baru di inkubasi.”

Disini ada sekitar enam orang membentuk lingkaran, dua pria dan sisanya wanita, namun hanya dua orang itu saja yang sejak tadi berdebat tak ada ujung, sisanya hanya layaknya suporter tinju yang alih-alih cemas jagoanya kalah talak. Ragu-ragu Dyra menggeser tubuhnya, mulutnya ia buka perlahan, cukup lama hingga akhirnya ia mulai angkat bicara, “dua-duanya bener, emang ada yang nggak pakai diinkubasi dulu. Jadi buat media Nutrien Agar, tunggu sampai beku terus di gores, kaya buat media cair. Tapi untuk mengantisipasi terjadinya kontaminasi, karena ini peremajaan jadi lebih utamanya emang diinkubasi dulu media kosongnya buat memastikan kalau memang nggak ada kontaminasi yang disebabkan karena medianya,” jelas Dyra panjang lebar. Seluruh mata tertuju kepadanya, ada yang mengangguk cepat seolah ingin segera mengakhiri aksi debat itu, salah satunya si pria jangkung, namun justru berbeda reaksi dengan si wanita berkacamata.

“Cuma kan dibuku petunjuk praktikum gitu, dan kurasa Bu Susi juga bakal ikutin buku petunjuk,” ujarnya. Bu Susi adalah sesosok dosen yang terkenal tegas dan disiplin di fakultas Farmasi, ketika ada mahasiswa yang melanggar aturanya maka sejurus kemudian akan mendarat pasrah di ruangan ber-AC nya. Pernah sekali Dyra terjebak di ruangan kecil dengan dua AC itu, karena kesalahan yang tak disengajanya hingga membuat Dyra menunduk pilu tak berdaya. Hanya mampu berdiri pasrah, merasakan kedua telinganya yang semakin memanas.

“Saya masih tidak menyangka, berani-benarinya anda meremehkan tugas saya MBAK DIYRA DANYA,” wanita paruh baya menancapkan tatapan antara kesal, kasihan, tidak menyangka terkumpul menjadi satu di wajahnya. Memberi penekanan ketika nama panjang Dyra disebutnya. Alisnya yang menjutai lancip hingga terangkat, membuat kedua matanya terbuka lebar meskipun sebenarnya justru seperti orang yang baru saja terbangun dari tidur singkatnya.

“Saya tidak habis fikir, apa di mata anda tugas dari saya itu tidak penting Mbak?”

Dyra menunduk lemas, menatap nanar sepasang sepatu kets merah mudanya, sembari memainkan kedua jemari tanganya dalam diam. Sudah 15 menit, dosen yang bertubuh tak jauh berbeda denganya itu mengatakan tak menyangka dan tak habis fikir. Membumbuhi kata-kata gertakan yang membuat Dyra hanya mampu semakin menundukkan kepalanya.

Introvert Star☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang