Praktikum Berujung Duka

19 2 0
                                    

"Keindahan memang tak selamanya mampu terlihat namun siapapun yang melihatnya mampu menciptakan senyuman yang tak kalah indah."


Happy reading....


“Laporan menumpuk” bagi anak Farmasi laporan adalah makanan sehari-harinya. Aturan yang mutlak sebagai syarat mengikuti praktikum adalah membuat laporan sementara sebagai tiket masuk labolatorium, biasanya laporan ini berisi seperti Tinjauan Pustaka dan Cara Kerja Praktikum yang akan dilakukan hari itu. Setelah masuk maka mahasiswa diwajibkan mengerjakan Pri Test sebagai kunci boleh tidaknya mengikuti praktikum. Jika nilai memenuhi syarat ketentuan maka diizinkan untuk mengikuti praktikum, namun jika tidak maka silahkan pulang dan mengulang di hari-hari akhir di luar jadwal ketika akan berlangsungnya UAS ujian akhir semester.

Belum selesai sampai di situ, bagi peserta yang lolos maka diizinkan untuk melakukan praktikum, di akhir akan dilakukan Post Test sebagai nilai ujian harian, ketika pulang maka di kedua pundaknya akan memikul tugas yang lebih berat lagi. Laporan Resmi, yang mencakup semua hal yang berkaitan dengan praktikum di hari itu dan akan dikumpulkan di praktikum selanjutnya. Dan semua sifatnya tulis tangan dan dilarang keras untuk dituliskan. Untuk laporan sementara yang sifatnya lebih ringan dikerjakan individu, sedangkan laporan resmi biasanya untuk kelompok namun tak jarang juga ada yang individual. Jika sudah individu semacam itu maka hari selanjutnya, perpustakaan, kelas akan riuh dengan mahasiswa yang sibuk sana sini mengerjakan laporanya.

Seperti saat ini, Saras yang semula bagai Tom and Jerry jika dengan Imam kita mendadak bagai Anjing dan Majikan. Keduanya sudah menggulung diri dengan setumpuk buku dan juga kertas serta bolpoin di tangan masing-masing. Sesekali kadang Imam menjulurkan kepalanya ke kertas di hadapan Saras, dan dengan suka rela maka gadis itu akan memberi waktu dan peluang Imam untuk membacanya dengan ia yang berhenti menulis. Atau terkadang mereka juga berdiskusi ringan, tak ada keributan sedikitpun seperti biasanya.

“D1 kali sama dengan 2 mg, D1 hari sama dengan 3 kali 2 mg sama dengan 6 mg." Saras mendikte apa yang ia tuliskan pelan-pelan, sesekali tangan kirinya membetulkan kaca matanya yang hampir melorot.

Dari sebelah Imam yang tak ingin kalahpun ikut bergumam lamat-lamat, “menimbang asam salisilat, memasukkan mortier tambahkan beberapa tetes alkohol. Aduk-aduk kemudian tambahkan talcum ¼-nya, aduk rata sampai kering dan keluarkan,”

Mendengar hal itu Saras seketika mengentikan aktivitasnya, menatap Imam yang sedang sibuk menulis, “harus SPOK Mam,” tegurnya.

Imam menoleh, membalas tatapan Saras dalam diamnya, seolah sedang mencerna ucapan Saras. Tanpa banyak cakap, Saras langsung membuka lembaran kertas folionya, mengeluarkan selembar kertas yang sudah di penuhi dengan goresan tinta dan memberikanya pada Imam. Dyra yang melihat hal itu hanya diam menikmati saja. Pikirnya jika kedua orang musuh bebuyutan sedang akur seperti ini ternyata lucu juga.

☆☆☆☆

Tailing lagi Dyr?” Dyra sudah terduduk lemas di kursi Laboratorium. Bhunya melorot, wajahnya sudah ia tekuk berlipat-lipat. Sudah ketiga kalinya ini ia mencoba dan mengulang dengan berbagai perbandingan fase gerak, namun hasilnya nihil tetap saja Tailing kalau kata Imam mah "Bercaknya ngekor" alias senyawanya tidak mampu terpisah secara sempurna. 

Nadia mengusap bahu Dyra lembut, hari ini praktikum KPA, Kimia Produk Alam. Dan kebetulan seperti biasa NIM Nomor Induk Siswa, Nadia, Saras, Imam, Dyra dan Reno yang saling berurutan membuat kelimanya berada disatu kelompok. Ada lima tugas yang diberikan di praktikum ini, untuk mengidentifikasi lima senyawa dari ekstrak tumbuhan yang sudah disediakan. Untuk menghemat waktu dan tenaga mereka memutuskan untuk membagi tugas. Saras dan Imam sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik bahkan keduanya sudah duduk-duduk santai sambil membaca buku dan berdiskusi ala kadarnya, sedangkan Nadia sudah mencapai titik akhir. Gadis itu kini sedang mengeringkan lempeng silika gel dengan hair dryer supaya cepat kering, sebelum dilakukan pembacaan di bawah sinar UV. Sedangkan nasip Reno sepertinya tak beda jauh dengan Dyra karena pria itu saat ini sedengan berdiri tegap menjaga oven untuk lempengnya yang keempat. Sesekali ia mengusap ramputnya kasar atau berkacak pinggang sambil melirik arlijonya.

“Coba Dyr pake metanol : kloroform,

“Iya kali ya Nad, mau pake BAA harus nunggu sampe besok, lagian juga tadi hasilnya lebih parah dari etil asetat : n-heksan,” ujar Dra, memijat-mijat pelipisnya lembut.

“Iya sih Dyr, harusnya juga pake etil asetat: n-heksanbisa, soalnya fraksinya kan jugan-heksan.”

Dyra sudah pasrah dengan keadaan, hanya harapan setengah menyerah yang mampu ia torehkan di menit-menit terakhir ini. Kekuranganya dari praktikum adalah waktu yang terbatas, maksimalnya delapan jam. Hasil apa yang diperoleh jika waktu sudah menujukkan saatnya selesai maka mau tidak mau harus menyerahkan hasil apa yang ada, berbeda dengan penelitian yang memiliki waktu yang relative panjang dan kesempatan yang relative banyak pula.

☆☆☆☆

Dyra membentangkan tanganya, merenggangkan otot-ototnya hingga tubuhnya meliuk kekanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dyra membentangkan tanganya, merenggangkan otot-ototnya hingga tubuhnya meliuk kekanan. Matanya sudah merem-melek di balik kacamata baca yang sudah pengantung kokoh di batang hidungnya. Kegagalan hasil praktikumnya, benar-banar menyiksanya hingga berjam-jam lamanya berkelut dengan layar lapop. Krasak-krusuk kertas yang di balik kasar atau kertas folio yang terbang tertiup angin yang tercipta dan hantaman buku tebalnya terdengar nyaring di sela-sela kamarnya yang sunyi.

Sejak selepas shalat magrib tadi Dyra sudah membentang semua peralatan tulisnya itu di atas lantai kamarnya, tanpa alas. Menurutnya karpet hanya akan merusak konsentrasinya yang harus meleot sana meleot sini, terlipat sana terlipat sini. Jadi ketika ada lemburan keras seperti ini maka ini yang selalu ia lakukan, semalam apapun saat itu dan sedingin apapun lantai itu. “Semakin dingin semakin membakar semangat,” itu katanya.

Berbagai jurnal sudah ia telusuri, dari nasional hingga internasional, jika hal semacam itu terjadi maka konsekuensinya harus mencari alasan yang tepat sejelas-jelasnya mengapa hal itu bisa terjadi beserta solusinya.

Sebenarnya Nadia dan Saras sudah menawarkan diri untuk membantu, namun dengan keras Dyra menolak, “nggak papa nanti juga ketemu,” jawab Dyra. Bukanya ia tak ingin dibantu, hanya saja ia tak pernah bisa fokus jika harus mengerjakan tugas ramai-ramai. Yang ada hanya akan membuat kepalanya semakin ingin meledak, dan berujung membuang-buang waktu.

Sangking seriusnya ingin membantu dengan alasan mereka satu kelompok keempat temanya hingga berbondong-bondong mengirim pesan di grup WhatsApp dengan nama “Kelompok sampek tuek." Sudah bisa menebak kan nama itu ide siapa, gaya selengekan Imam itu memang selalu membuat suasana menjadi lebih hidup. Kadang mencengkram, kadang tegang, kadang kesal, kadang seperti drama komedi ala Imam namun jarang sekali sedih, bahkan nyaris tidak pernah jika ada Imam dan Saras disana. Contohnya saja seperti tadi ketika Nadia dan Saras kompakan mengirimkan pesan yang sama digrup itu, “kita ketempatmu ya Dyr?" dan memberi emoticon harapan di akhir pesanya.

Iman justru berkata, “allaaaaah cipil gitu doang buat Dyra mah, selesai-selai pasti, tinggal merem bentar terus melek lagi. Udah selesai deh.” Dyra bisa membayangkan ekspresi semacam apa yang akan pria itu berikan ketika mengatakan itu secara langsung. Berbeda sekali dengan Reno yang lebih pendiam dan sedikit penurut. Bahkan pria itu tak segan-segan menawarkan diri. “Kalau nanti butuh bantuan japri aja ya Dyr,” katanya dengan menyelipkan emoticon seolah ia sedang memamerkan gigi kelincinya setelah mengatakan itu.

Dyra baru menyelesaikan laporan itu setelah jam menunjukkan dini hari, dengan mata merem melek dan sesekali menguap panjang. Dyra membereskan semua bukunya, berjalan gontai kekamar mandi untuk melakukan ritual waji bsebelum tidur, bersih-bersih, wudhu. Dyra selalu menyempatkan diri seletih apapun untuk bersimpuh di atas sajadah merah mudanya. Kalau kata Dyra, “ketemu Allah dulu,” ketika sedang menyemangati dirinya sendiri.

To Be Continue...

Introvert Star☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang