"Hargailah setiap perjuangan yang orang lain lakukan, karena di balik itu. Kita tidak pernah tahu apa yang telah ia korbankan untuk bisa meraihnya."
Happy reading...Pagi-pagi betul Dyra sudah duduk bersila di atas sofa ruang keluarga, memangku setoples jajanan ringan kesukaanya, keripik kentang. Bahunya terguncang-guncang ketika sikembar kepala botak membuat ulah hingga dimarahi Kakaknya atau sejenisnya, Upin Ipin. Entah mengapa Dyra tak pernah bosan menonton dua anak botak itu, padahal sudah diulang-ulang hingga puluhan kali ditelevisi. Hari ini hari Ahad (Minggu) dan Dyra sudah memiliki janji dengan Nadia dan Saras untuk mengerjakan tugas bersama.
Ini kali pertamanya Dyra mengudang orang lain, atau ke rumahnya. Seumur hidupnya ia paling anti dengan yang satu itu, tamu hanya dari kalangan teman Papa Mama atau Kakak-nya saja, Dyra merasa tak nyaman jika ada orang asing yang mengusik benda pribadinya. Terlebih hanya untuk memanfaatkan pertemanan mereka saja ketika mereka tahu bagaimana Dyra yang sebenarnya. Namun tekatnya untuk membuka diri sudah benar-benar kuat, meskipun Dyra tak tahu apa yang akan terjadi nanti dan apakah akan berjalan dengan baik atau justru sebaliknya. Namun ia ingin membuktikan satu hal apakah benar adanya ia sudah bisa menerima Nadia dan Saras dalam hidupnya.
"Mbak Dyra, permisi bersih-bersih dulu ya." Mbak Helen, wanita dewasa muda yang bertugas membersihkan Apartement dan memasak disetiap harinya. Jika hari-hari biasa Dyra jarang bertemu dengannya, karena ketika Mbak Helen datang Dyra pasti sudah di kampus. Hanya sesekali saja mereka bertemu.
Mbak Helen memang tidak tinggal bersama Dyra, ia hanya akan datang setiap harinya untuk melakukan tugasnya dan kembali pulang. Dyra pernah bertanya sejak kapan Mbak Helen kerja di sini padahal kan juga ada pegawai Apartemen, namun sambil tertunduk-tunduk wanita itu menjawab, "sudah sejak sebelum Mas Andi yang nempatin rumah ini Mbak. Pemilik yang lama dulu orangnya tempramental, dan pemilih sekali. Jadi tidak bisa sembarang orang masuk kerumahnya atau menyentuh barang-barangnya, kebetulan saya anak dari pembantu orang tuanya jadi Alhamdulillah dipercaya. Tapi setelah beliau meninggal dunia, semua keluarganya pindah ke Jakarta."
"Meninggal mbak?" potong Dyra cepat, matanya membola.
Mbak Helen mengangguk lembut sebelum kembali melanjutkan ucapanya. "Iya beliau meninggal karena serangan jantung Mbak," dia diam sejenak. Seketika bulu roma Dyra menegang, sepontan tangan kananya mengusap lembut lengan kirinya.
"Dan waktu itu saya lagi beres-beres rumah karena memang belum ada pemberhentian langsung walaupun saya sudah mendengar jika rumah ini akan dijual. Mungkin Mas Andi waktu itu sedang melihat-lihat rumah ini, melihat saya sedang di dapur beliau bertanya dan akhirnya menyuruh saya untuk tetap bekerja di sini." Pandangan mbak Helen kosong, ia hanya menarik sudut bibirnya tipis-tipis, mungkin wanita itu sedang membayangkan masa-masa itu.
Sejak saat itu Dyra lebih sering mengobrol dengan Mbak Helen ketika mereka diizinkan oleh Allah untuk bertemu, bahkan Dyra sudah menganggap mbak Helen seperti Kakak wanitanya karena umur Mbak Helen sepantaran dengan Kakak-nya, dan beliau juga sudah memiliki suami dan anak. Dyra sering protes meminta Mbak Helen memawa putri gembulnya. Dyra memanggilnya si gembul padahal namanya Vivi karena ia melihat foto gadis kecil itu dari Handphone jadul Mbak Helen, pipi gadis kecil itu memang seperti bakpau. Namun Mbak Helen selalu menolak dengan beribu alasan. "Dia nakal sekali Mbak, nanti malah saya nggak jadi kerja," itu katanya. Namun Dyra masih bersikukuh bertanya sertiap kali mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Star☆
AventuraDyra Danya hari-hari harus dipenuhi dengan sifat introvert. Dari yang membuatnya terpuruk, terkucilkan, hingga membawanya kesebuah kasus yang berhasil memaksanya untuk mencari berbagai macam metode khusus, menjalankan beberapa aksi yang tak pernah i...