Malam yang Mencengram

22 2 0
                                    

"Daripada mengumpat dalam lagu, lebih baik mendoakan dalam kalbu. Tak usah perdulikan ia yang menyakiyimu, ia yang membencimu, atau ia yang meremehkanmu. Mereka hanya belum.mengenal siapa dirimu."

Happy reading....

Pelukan hangat sehangat sutra itu hingga menacap dalam hati Dyra sekaligus meluluhkan perasaanya. Otaknya mulai terbuka meskipun tidak terlalu luas. Ya setidaknya pelukan lama itu tidak berjung dengan kesia-siaan, karena nyatanya memang demikian, keesokan harinya dengan perasaan yang melambung tinggi Dyra sudah kembali ke-Dyra yang kedua sahabatnya kenal beberapa hari lalu, bangku keramat sudah kembali Dyra tinggalkan dan berganti dengan bangku di sisi Nadia atau Saras. Kedua temanya itu hanya mengukirkan senyum tiada henti ketika melihat Dyra yang tiba-tiba duduk di sisi keduanya.

Tak ada bantahan, tak ada komentar sedikitpun. Semua layaknya tahu dan paham bagaimana sifat Dyra yang akan berubah-ubah karena memang begitulah yang mereka tahu meskipun sebenarnya karena ada alasan tertentu yang membuatnya seperti itu.

Imam dan Reno tak kalah antusiasnya menyambut kembali Dyra, sambil menggendong Blacky, ia mangut-mangut tak jelas mengikuti alunan music dangdut, kalau kata Saras itu lagu yang lagi hits tahun lalu, "Pamer Bojo" Imam saja yang ketinggalan jaman karena terlalu menyukai pelantun lagu itu, Didi Kempot.

"Dyr besok kita main ke Apartemen mu ya," katanya setelah mematikan Handphonenya, Blacky sudah berpindah tangan di pelukan Saras sambil meong-meong memeberontak.

"Alah padune arep jalok jajan to koe? Alasan mau minta jajan kan kamu?" jawab Saras.

Imam yang seperti sudah tercium siasatnya hanya bisa terseyum-senyum saja.

"Jangan besok ya, aku mau nginep tempat Nadia Saras soalnya."

Sepontan ucapan itu berhasil mengundang tatapan jengah keempat temanya, terutama Nadia dan Saras yang justru bingung. Dyra memang baru mengatakan ini, belum meminta izin pula kepada keduanya.

Dyra menolehkan kepalanya kekanan menatap Nadia dan Saras secara bergantian. Yang ditatap justru saling menatap satu sama lain, Dyra justru merasa diabaikan.

"Kamu serius Dyr?" kata Nadia.

Dyra mengangguk cepat. Meskipun sebenarnya mereka belum terlalu yakin namun keduanya berusaha untuk percaya ketika Dyra mengatakan ingin datang ke Kost mereka jam lima sore dan tepat jam lima sore pula Dyra berdiri tegap di depan pintu kost Nadia dan Saras. Saat itu pula keduanya baru benar-benar percaya.

☆☆☆☆

Ceklek, suara saklar lampu yang ditekan seketika menghantarkan lampu kamar yang memadam, sesaat kemudian Dyra merasakan kasurnya yang bergetar. Nadia yang membentang selimut lebar-lebar hingga menggetarkan kasurnya. "Selamat tidur Dyra," ujarnya, kemudin wanita itu mulai terbaring menghadap kekakanan, menarik selimutnya hingga ke batas dadanya.

Suara dengkuran halus mulai terdengar lamat-lamat dari sisi kanan Dyra yang menandakan jika Saras-pun sudah larut dalam tidurnya. Hari ini Dyra memutuskan untuk menginap di kost Nadia dan Saras, sangking niatnya dirinya, Dyra tak kalah dengan Saras. Bahkan ia sudah memboyong selimut, bantal dan guling sendiri dari rumah. Saras yang melihat itu hingga terheran-heran ketika Dyra sudah berdiri tekap di depan pintu mengapit guling dan bantal sedangkan punggungnya sudah menempel ransel besar seperti orang yang akan pindah rumah.

Introvert Star☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang