"Kepuasan berbanding lurus dengan rasa syukur. Jika ingin merasa puas maka bersyukurlah, karena hal besarpun tidak akan pernah merasa puas jika tidak pandai beryukur."
Happy reading....Dyra pandangi wara-wiri siswa-siswi di area lapangan kampus. Ia tarik nafasnya dalam-dalam, membiarkan udara panas memenuhi paru-parunya. Bahunya sudah melorot tanpa seizinya, majahnya memasam. Entah mengapa setiap kali situasi semacam ini terjadi, maka tubuhnya akan merespon seperti ini tanpa perintahnya. Di paling depan menghadap kearahnya, berdiri gagah panggung berisi peralatan music, dari gitar, drum, piano, bast, mungkin ada seruling juga. Di pinggir-pinggir lapangan, berjejer tenda kecil warna-warni, stand milik setiap kelas dari setiap angkatan atau organisasi. Sedang diadakan acara peringatan Hari Apoteker Sedunia hari ini, dan acara seperti ini selalu berlangsung disetiap tahunnya, untuk sekedar merayakan.
Teriknya mata hari di pagi hari tak melunturkan sedikitpun semangat dari mereka yang mepersiapkan acara ini. Lapangan besar ini sudah seperti pasar kaget yang sedang dipersiapkan untuk menyambut para pembeli beberapa menit lagi. Beberapa stand sudah berisi dihias sedemikian rupa, meja-mejanya sudah berisi beraneka ragam produk kebangganya untuk siap dipasarkan. Lamat-lamat bau wangi sosis bakar bercampur dengan parfum mulai tercium dari salah satu deretan stand itu.
“Dyr ngapain diem disitu. Ayo ke stand kita.” Nadia, tergopoh-gopoh membawa keranjang biru besar hingga menutupi sebagian wajahnya. Baju gamis dan juga kerudungnya yang menjuntai panjang tak menghalangi sedikitpun kegiatanya. Sesekali membenarkan posisi keranjangnya untuk merenggangkan otot-ototnya yang mulai menegang karena menahan berat.
“Ayo Dyr, jangan melamun aja disitu, udah macem Tugu Muda kamu berdiri ditengah lapangan gitu,” sambungnya lagi.
Dengan berat hati, Dyra langkahkan kakinya perlahan. Mengekori Nadia dengan jarak yang cukup jauh. Kedua tanganya mencengkram erat serempang ranselnya. Ia sampai di sebuah stand sederhana, dengan atap warna biru laut yang hanya berisi meja berukuran sedang dan empat kursi atum yang tertumpuk di pojok bagian belakang.
“Karena kita cuma nyediain jajanan pasar jadi sedikit lebih santai,” jelas Nadia, sambil memindahkan toples-toples berukuran sedang berisi jejanan pasar dari onde-onde, kue lapis, putu ayu, arem-arem, klepon, lemper, nagasari dan beberapa lainya. Dyra hanya mangut-mangut seolah paham, menjulurkan tanganya meraih kue-kue itu, ikut membantu Nadia menyusun jajanan-jajanan itu agar terlihat rapih di atas meja.
“Yang bikin ini Saras loh Dyr!” ujarnya bangga.
“Semua ini?”
“Enggak sih cuma kue lapis, klepon sama arem-aremnya aja. Lainnya kita pesen sama ibu-ibu yang biasa jualan jajanan pasar di Pasar Johar,” mereka saling diam sesaat, “kamu tumben dateng keacara begini, biasanya dipaksa ikutan buka puasa bersama saja selalu nolak." Sudah Dyra duga jika pertanyaan ini adalah inti dari maksut yang membuat Nadia bercerita kesana kemari. Setiap orang yang melihatnya saat ini juga pasti akan menanyakan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Star☆
AdventureDyra Danya hari-hari harus dipenuhi dengan sifat introvert. Dari yang membuatnya terpuruk, terkucilkan, hingga membawanya kesebuah kasus yang berhasil memaksanya untuk mencari berbagai macam metode khusus, menjalankan beberapa aksi yang tak pernah i...