"Menangislah jika itu membuatmu kuat setelahnya. Dan pastikan tak akan ada air mata yang turun karena kesakitan yang sama."
Happy reading....
Dyra mematung menatap selembar kertas yang masih setia menempel di dinding dekat pintu kamarnya, sembari melipat kedua tanganya di depan dada. Di tanganya sudah ada bolpoin merah muda yang sudah terbuka tutupnya. Perlahan tangan kananya terlurur menepelkan telapak tanganya pada selembar kertas itu, menggoreskan tinta merah muda terang berbentuk melingkar di bagian poin yang ketiga “Belajar tidur di tempat orang lain dan berbagi tempat tidur,” di poin-poin seberlumnya interaksi dengan orang lain, dan berada di keramaian, sudah bernasip yang sama-sama mengenaskan. Tanda centang merah yang ia toreskan besar-besar di bagian angkanya membuat Dyra hanya mampu menghembuskan nafas beratnya.
Meskipun jatuh yang selalu Dyra dapatkan, namun jauh dalam hati terdalamnya masih ada sebersit harapan yang berbisik-bisik lamat. Dyra masih ingat secarik kata yang Aska berikan padanya beberapa hari lalu di taman kampus, waktu itu dengan perasaan gundah Dyra duduk beralaskan rumput di bawah pohon rindang mengamati kerumunan orang yang tertawa riang cukup jauh darinya. Sangking asiknya Dyra memandanginya sampai-sampai Dyra tak sadar jika Aska sudah duduk di sisinya cukup lama, mengikuti arah pandang Dyra dalam diamnya. Bahkan jika pria itu tetap diam dan tak memilih membuka suara mungkin hingga pria itu pergi Dyra tak akan menyadarinya.
“Ada hal yang bisa dirubah dan tidak, seperti halnya Takdir dan Qadar. Takdir adalah ketetapan Allah yang dikukuhkan berdasarkan ikhtiar manusia, sedangkan Qadar adalah ketetapan Allah yang tidak bisa diubah, contohnya seperti kematia, kelahiran. Meskipun merubah garis hidup adalah takdir namun kita juga tidak boleh melupakan satu hal jika yang menentukan tetap Allah. Bisa jadi kita menganggap sesuatu itu buruk padahal menurut Allah itu yang terbaik untuk kita menurutnya,” ujar Aska.
Meskipun Dyra tak benar-benar yakin dengan apa yang ia pahami dari kalimat itu, namun Dyra dapat menyimpulkan jika hakikat kehidupan itu ada yang bisa dirubah dan ada pula yang sifatnya mutlak atau sulit untuk dirubahnya.
☆☆☆☆
Karena adegan tidak nafsu makan itu Dyra harus terserang demam tinggi hingga Nadia dan Saras bebondong-bondong menginap di Apartemen-nya. Mbak Helen sedang izin beberapa hari karena akan mudik menjenguk orang tuanya yang sakit, dengan gantinya Dyra menyiapkan beberapa makanan matang yang ia siapkan dilemari pendingin untuk berjaga-jaga dalam kurun waktu empat hingga lima hari.
“Ini Mbak udah tinggalin rendang daging sapi, ayam ungkep yang tinggal kamu goreng sewaktu mau makan, kering kentang sama tempe yang bisa kamu makan kalau capek atau nggak sempet beli diluar,” kata Mbak Helen sambil menyusun seluruh makanan yang ia bawa dari rumahnya ketika berpamitan akan pulang kampung.
Awalnya Dyra tak ingin merepotkan siapapun, namun karena kedua temanya itu tak sengaja mengetahui ketika sedang berkunjung ke Apartemen Dyra ingin mengambil tugas, keduanya mendadak khawatir melihat Dyra yang sudah lemas dan pucat ketika membuka pintu.
“Dyr kamu sakit?” kata Saras khawatir. Tanganya memegang lengan kanan Dyra. Layaknya dokter professional ia menempelkan punggung tanganya di kening Dyra.
“Istirahat di kamar aja, aku bantu. Ini pasti karena kamu nggak ada minat hidup kemarin kan?” omelnya. Dyra hanya menurut saja, bagain tim yang bekerja dengan kompak kedua temanya itu sepertinya bagi tugas untuk merawat Dyra. Setelah mengantarkan Dyra kekamar dan berpamitan keluar, beberapa menit kemudian Nadia sudah membawa baskom berisi air hangat yang sudah mengepul dan juga handuk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert Star☆
AdventureDyra Danya hari-hari harus dipenuhi dengan sifat introvert. Dari yang membuatnya terpuruk, terkucilkan, hingga membawanya kesebuah kasus yang berhasil memaksanya untuk mencari berbagai macam metode khusus, menjalankan beberapa aksi yang tak pernah i...