#10 UNDANGAN

228 29 6
                                    

Waktu yang kami tunggu, kabar yang kami nantikan, kini sudah tiba. Tiga bulan lamanya, aku, Ghea, Dion dan Yanto berada di jalan masing-masing, mencari jati diri, menjadikan nyata sebuah mimpi.
Selama kami tidak bertemu bersama, telepon genggam adalah sarana dan aplikasi whatsapp adalah pendukungnya.

Kami masih berkomunikasi dengan baik, tidak ada kata berpisah, tidak ada kata sombong, tidak ada kata egois, dan tidak ada sikap marah.
Mengerti satu sama lain, saling mendukung satu sama lain sesuai kemampuan dan saling menyemangati kegiatan yang kami lakukan.

Tiga bulan yang lalu, tepat di tanggal ini, kami membuat grup whatsapp dengan nama “PEJUANG HALU”
Yang melambangkan aktifitas dan mimpi kami ketika kuliah.

Seperti yang kalian tahu, aktifitas favorit kami semasa kuliah hanya duduk di rumput hijau, melihat langit biru dengan awan yang bergerak sesuai arah angina, dan mengunyah permen karet.

Itu kami lakukan tanpa berbicara, terkadang jika sangat lelah, kami berbaring di rumput hijau sambil meniup permen karet yang kami kunyah, kemudian membuat mimpi indah untuk masa yang akan datang.
Kami sering membuat mimpi dan harapan, namun tidak ada perlakuan. Seperti nama grup whatsapp kami “PEJUANG HALU”.

Yang kami lakukan hanya membuat mimpi, membuat mimpi dan membuat mimpi. Dan kami berjanji pada diri masing-masing akan berusaha setelah kami lulus kuliah.
Pemikiran yang menunjukan bahwa kami itu para pemalas, yang ingin hasil instan. Semoga hasilnya nanti tidak mengecewakan.

Pemikiran dan perilaku yang tidak patut di contoh ini, seharusnya di musnahkan dan di kubur dalam-dalam.
Aku tahu dan teman-temanku pun tahu bahwa yang kami lakukan itu kurang tepat. Tapi kami suka dengan aktivitas ini.

Bermimpi yang tinggi, menghayal sampai langit ke tujuh, mengarungi samudera dalam sekejap mata.
Sungguh malas hidup kami.

Aku pecinta quotes dari Jack ma, yang selalu memberikan inspirasi kehidupan nyata. Setiap hari aku selalu mencari quotesnya sampai galeri ponselku dipenuhi kata-kata bijaknya. Terkadang aku suka menulisnya dalam buku memoku.

Ketika aku sedang membaca beberapa quotes yang telah aku simpan, ponselku berbunyi dan muncul notifikasi pesan whatsappp.
Aku membuka pesan itu, dan ternyata berasal dari grup pejuang halu.
Pesan berupa dokumen dan video berdurasi pendek dikirimkan Yanto kepada kami. Tanpa menunggu waktu lama, aku buka isi pesan itu. Ternyata dokumen dan videonya berisi undangan pernikahannya dengan Gea.

Aku mengetik untuk membalas pesan darinya. “Alhamdulillah, jadi juga kalian nikah.” Kemudian aku kirim dan disusul ucapan selamat dari Dion. “Selamat broo, gue kira kagak jadi. Hehe..” Tidak membutuhkan waktu lama, Yanto sepertinya akan mengirimkan pesan kembali.
“YANG DATENG HARUS BAWA PASANGAN TITIK GAK PAKE KOMA!!!!” Seperti itu dia menulis, menggunakan huruf kapital dengan tanda seru di akhir yang tidak hanya satu, menandakan sebuah kalimat perintah yang wajib di lakukan.

Tidak berpedoman pada EYD, KBBI ataupun sejenisnya. Hanya kebiasaan kami ketika mengirim pesan yang harus di lakukan, biasanya menggunakan huruf kapital dengan penggunaan tanda seru yang lebih dari satu.

“Jadi aku gak boleh dateng gitu ke acara kalian?” pesanku terkirim kembali di grup chat kami.

“Nggak gitu Drea, maksud Yanto datengnya sama siapa aja. Asal jangan sendiri.” Ghea menjawab pertanyaanku satu menit kemudian.

“Yon, muncul napa. Lagi ngapain sih, orang kaya sibuk mulu ya!” Dion mengirim kalimatnya karena Dion tiba-tiba offline.

“Yaudah, aku nanti dateng sama ibu aja. Kalo gak di bolehin gak akan dateng.” Balasku yang sedikit memaksa tapi bercanda.

“Gak bisa, ibu kamu kita undang juga. Pasti berangkatnya nanti sama ayah kamu. Dan setiap satu undangan kan harus dua orang yang dateng. Aku undang mama kamu sama kamu, jadi kamu cari pasangan yang lain. Ok!” balas gea pada pertanyaanku.

“Gak dateng, gue labrak!” pesan Yanto sedikit memaksa, tapi aku tahu itu hanya bercanda.
“Kan adan Dion, apa susahnya sih kalian dateng bareng ke sini.” Saran yanto padaku.

“Dion kan diundang juga sama kalian. Pasti punya undangan sendiri juga dong.” Balasku.

“Kata siapa? Dion gak kita undang kok. Kan undangannya satu berdua sama loe.” Yanto membalas pesanku dan aku sedikit terkejut membaca pernyataannya.

“ih, jahat banget Dion gak diundang kalian.” Balasku kembali.

“Ada apa sih rame gini, warganya Cuma ber empat tapi ramenya kaya ber lima puluh.” Dion mengiirim pesan setelah beberapa menit dia offline.

“kemana aja sih lu? Nih si Andrea lagi cari gandengan.” Yanto mengirim pesan.

“Yee, apaan sih. Enggak juga.” Balasku sedikit gugup. Untung chat, jadi tidak terlihat ketika aku gugup dan jariku sedikit gemetar.

“Horang sibuk, maaf-maaf. Kenapa ada apa? Andrea kenapa?” balas Dion.

“Tanya aja sama Andrea tuh.” Balas Ghea.

Tak berselang lama, tiba-tiba ada notifikasi personal chat dari Dion padaku.

“Drea, cari gandengan? Jangan dong. Kalo kamu cari yang lain, aku gak bisa dateng ke acara mereka.” Dion mengirim pesannya.

“Maksudnya?” tanyaku.

“Undangan yang ada di kamu, nanti di kirim sama Ghea itu buat aku sama kamu. Katanya sih kekurangan satu dan karena kita udah deket, jadi undangannya Cuma satu aja. Dan kuota tiap satu undangan itu dua orang. Jadi aku wajib ikut kamu.”

“Oh, iya.”

“Ok. Nanti aku jemput ke rumah kamu.”

“Iya.”

“Oh tuhan, apalagi ini. Aku semakin sulit melupakan rasa ini dan membuangnya jauh. Kuatkan aku ya Tuhan.” Gumamku setelah membalas pesan dari Dion.
.
.
.
Akhirnya selesai juga part ini.
Semoga flen suka
Tinggalkan jejak dengan menekan bintang.
Menerima kritikdansarandi kolom komentar.
Ditunggu di part berikutnya flen online😄

BEAUTINESS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang