#20 Sahhhhh

297 26 0
                                    

"Saya terima nikahnya Andrea Mariana Putri Utama binti Satria Utama dengan mas kawin tersebut tunai" Dion mengucapkan kalimat ijab dengan lancar tanpa hambatan dan tanpa pengulangan di depan orang tuaku dan para saksi.

"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya pak penghulu pada saksi disana.

"SAH" Jawab mereka serempak.

Aku yang masih di dalam kamar sambil menguping acara khidmat itu, mengucap syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan kepadaku.

Tak lama, Dion yang sudah berganti status untukku menghampiriku di dalam kamar. Mengajakku ke depan untuk menandatangani surat nikah sebagai bukti kami menikah dan menemui para tamu undangan yang datang untuk mengucapkan selamat.

Setelah menandatangani buku kecil berharga itu, aku dan Dion saling memasangkan cincin pernikahan sebagai tanda adanya ikatan diantra kami. Kemudian, aku menyalaminya sebagai tanda hormat dan dia mencium keningku sebagai tanda kasih sayang.

Acara berjalan sesuai rencana dan ekspektasi yang aku dan Dion inginkan.

Meskipun Dion adalah anak dari seorang yang kaya raya dan dia sudah mapan, tapi aku dan Dion memutuslan untuk merayakn pernikahan kami dengan sederhana.

Di atas langit, matahari telah tergantikan oleh bulan. Kini, acara telah berakhir. Keluargaku dan keluarga mertuaku akan pulang segera dari tempat acara itu, disusul oleh aku dan Dion yang masih membersihkan make up di ruang ganti.

"Nak, ibu titip Drea ya. Ibu serahkan dia sama kamu, sekarang dia sudah menjadi tanggung jawab kamu. Ibu gak akan pergi, ibu akan selalu ada buat kalian. Ibu sama ayah pamit ya." Ibu pamitan pada aku dan Dion dengan pelukan hangatnya.

"Iya bu, pasti Dion jaga. Makasih ya bu, yah atas semuanya." Jawab Dion pada ibuku.

"Iya nak, sama-sama." Jawab ibuku kemudian pergi keluar ruangan dan disusul oleh ayah setelah aku dan Dion menyalaminya.

Sama dengan orang tuaku, orang tua Dion juga pamit untuk pulang.

Setelah aku beres bersih-bersih dengan sisa make up tadi, aku kemudian diajak Dion untuk pulang.

"Udah bersih-bersihnya? Kita pulang yuk!" Ajak Dion padaku.

"Udah, yuk!" Aku menyetujui untuk pulang dengan jantungku dag-dig-dug seerrr.

Saat dimobil, tidak ada sepatah katapun yang dia atau aku ucapkan.

Tak lama, mobil sampai di halaman rumah megah berlatar putih.

"Yon, ini rumah..." pertanyaanku terpotong sebelum selesai.

"Ini rumah kita, sengaja aku beli buat kamu dan sekarang kita bisa tinggal disini." Jawabnya seakan tau pertanyaanku yang terpotong.

"Rumah kamu yang dulu?" Tanyaku lagi.

"Rumah yang dulu masih ada, tapi kayaknya ini lebih baik buat kita. Yang dulu kita pake sesekali aja kalau disini lagi bosen." Jawabnya padaku.
"Yuk masuk!" Ajaknya.

"Hmm, oh iya." Jawabku gugup dan semakin gugup ketika aku memasuki sebuah ruangan yang berisi dua orang saja, yaitu aku dan Dion suamiku.

Didalam kamar itu, aku duduk disebuah sofa putih bersamanya, dimeja sudah disediakan camilan dan minuman yang segar.

"Kamu lapar gak Drea? Makan dulu aja abis itu mandi!"

"Hmm, nggak kok yon, masih kenyang. Tadi kan pas acara makan juga. Hehe"

"Yaudah, siapa dulu nih yang mau mandi? Kamar mandi di kamar ini cuma satu."

"Kamu aja, nanti aku mandi di kamar mandi yang di bawah."

BEAUTINESS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang