#15 CINTA TAK BERSTATUS

214 28 6
                                    

Pukul 02.00, aku terbangun dari tidurku karena suara deringan telepon yang berbunyi di atas nakas di samping tempat tidurku.

"Baru aja tidur tiga jam yang lalu, siapa sih nelepon malam-malam gini?" Gumamku pada diri sendiri.

Mataku yang masih berusaha membuka dan otakku yang masih memaksa untuk beristirahat tetapi tanganku berusaha mencapai smarthpone ku yang terus berdering.

Aku angkat dengan posisi masih sama seperti aku sedang tidur sebelumnya.

"Halo..." ucapku mengawali pembicaraan dengan orang disebrang sana.

"Drea, siap-siap sekarang! Besok kamu dan aku harus pergi ke Malaysia selama satu minggu untuk mengecek proyek kita disana bersama investor."

Mendengar pernyataannya, mataku tiba-tiba segar seperti dipagi hari, aku terbangun dan langsung mengambil koper untuk menyiapkan kebutuhanku disana.

"Iya, tapi kok dadakan sih yon. Bukannya janjinya besok lusa ya?"

"Iya, investornya memajukan jadwal dari sebelumnya. Siap-siap! nanti kamu aku jemput jam 07.00 pagi."

"Oke-oke aku segera siapkan berkas dan keperluannya."

"Yaudah, makasih ya Drea."

"Iya sama-sama."

Kemudian teleponnya terputus dan aku segera menyiapkan berkas dan perlengkapan pribadiku dengan fokus.

"Oh tuhan, gimana ini? Lancarkan hariku disana ya Tuhan." Gumamku sambil mengacak-ngacak rambut.

Waktu subuh tiba, aku segera mandi dan mengambil wudlu. Sehabis itu, aku sholat dan segera berpakaian rapi, kemudian menghampiri ibu untuk berpamitan.

"Bu, maaf ya dadakan. Aku pamit harus ke malaysia untuk kerjaanku. Boleh kan bu?"

"Sama siapa?"

"Sama Dion. Tapi kita nanti dikasih dua kamar hotel kok bu. Dion dan aku akan tidur beda atap. Ibu tenang aja, aku bisa jaga diri kok, lagian Dion anak baik kok bu. Gak mungkin berbuat yang enggak-enggak."

"Mmm, berapa hari disana?"

"Satu minggu bu, boleh kan bu? Ini kerjaan penting dan genting soalnya."

"Yaudah, bener ya sama Dion perginya?"

"Iya bu, sama Dion suwer. Nanti Dion juga jemput kesini kok bu."

"Yaudah, ibu izinin kamu pergi kalo sama Dion."

"Sepercaya itu ibu sama Dion." Gumamku dalam hati. Kemudian aku berterimakasih pada ibu.

Tak lama setelah aku berbincang, Dion datang dengan supir pribadinya.
Memarkirkan mobil di halaman rumah dan masuk ke rumah ibuku untuk menjemputku.

"Eh bu, maaf ya Andrea nya saya pinjam dulu. Maaf juga dadakan gak bilang dari jauh-jauh hari." Ucap Dion pada ibuku tepat dihalaman rumah.

"Ibu percaya sama kamu. Jaga Andrea ya, ibu titip. Jangan ada yang terluka, jangan ada air mata yang menetes karena tergores." Pesan ibu pada Dion.

"Iya bu, saya akan selalu menjaga Andrea dengan sebaik mungkin."

Aku yang hanya diam dibelakang ibu, mendengar pernyataan Dion tadi membuat aku semakin jatuh ke dalam jurang cinta yang entah mau dibawa kemana.

Semua ucapannya seakan sangat berarti bagi hidupku, satu kata yang keluar dari mulutnya mampu membuatku luluh, apalagi senyumannya yang khas, membuat aku terperangkap dalam cinta tak berstatus.

"Yaudah yuk Drea kita pergi. Pamit ya bu!" Kata Dion sembari menyodorkan satu tangannya untuk aku genggam.

"Oh tuhan, di depan ibu aku gandengan dan ibu gak marah sama sekali. Kuatkan aku dari cinta tak berstatus ini ya Tuhan." Gumamku sebelum aku memberikan satu tanganku dan menggenggam tangan Dion.

Aku mengikuti langkahnya, menuju mobil mewah yang mengkilap dengan fasilitas lengkap.
Tangannya yang masih menggegam erat tanganku yang semakin lama suhunya seakan menurun.

Jari tanganku mulai mendingin dalam genggamannya.
"Kenapa Drea? Sakit?" Tanya Dion padaku dengan ekspresi khawatirnya yang tidak tertutupi.

"Hmm, enggak kok. Cuma agak dingin aja, efek cuaca mungkin." Jawabku ngeles, padahal saat itu cuacanya tidak sedang dingin.

"Pak, AC nya matiin aja ya!" Pinta Dion pada supirnya yang sedang menyetir.
"Pegang aja tangan aku. Sentuhan antara kulit dengan kulit bisa menghangatkan kok. Sini tangan kamu, kita coba!" Pinta Dion padaku sembari mengambil tanganku yang satunya.

"Ngapain?" Tanyaku heran dan agak gugup.

"Pembuktian."

"Iya aku percaya kok, gak usah pake bukti."

"Yaudah kalo gitu biar kamu nyaman."

Pernyataan Dion mampu membuat jantungku berhenti dalam satu detik dan dilanjutkan dengan degupan super cepat yang berkali-kali lipat.

Aku yang hanya diam tak berontak, merelakan kedua tanganku digenggamnya erat. Ini membuatku sangat nyaman, namun pipiku sudah semakin memerah tak karuan.

"Yon, udah."

"Masih dingin Drea."

"Malu sama supir kamu."

"Yaelah, gak apa-apa kali. Ya kan pak? Bapak juga pernah muda." Tanya Dion akrab dengan supirnya.

"Iya neng, gak apa-apa. Bapak doain semoga kalian cepet nikah ya. Aamiin." Kata supir pribadi Dion yang tak mengetahui status aku dan Dion.

"Hehe iya pak. Aamiin." Jawab Dion yang membuat aku tercengang.
"Hei, ada yang kasih doa baik itu di amin-kan. Bukan malah ngelamun." Dion menyadarkanku ketika aku terdiam seperti melamun.

"Eh, hehe."

Tak terasa, setelah banyak drama seperti adegan film korea, aku dan Dion telah sampai di bandara tepat pada waktunya.

Sesuai jadwal dan prosedur bandara dan maskapai penerbangan, kami melakukannya dengan segera dan baik. Dan kami pergi meninggalkan indonesia dan akan segera tiba di malaysia.

Perjalanan tidak memakan banyak waktu, kami segera sampai di malaysia. Disambut beberapa petugas disana, disediakan hotel mewah yang berbintang.

Tanpa sadar, tanganku masih digenggam sebelah oleh Dion. Sampai akhirnya genggaman itu terlepas dan kami tersadar di depan pintu kamar hotelku.

"Eh, kamu masih ngerasa dingin gak?" Dion memastikan keadaanku.

"Udah agak mendingan kok. Makasih ya udah buat aku nyaman."

"Sama-sama, istirahat gih. Besok kita kerja."

"Siyap."

Akhirnya kami masuk ke kamar hotel masing-masing, kami sibuk dengan aktifitas masing-masing. Aku yang melakukan aktifitasku dan Dion yang melakukan aktifitasnya.

Di pagi hari, kami disediakan sarapan enak yang didatangkan pelayan ke kamar masing-masing. Setelah itu, kami pergi menuju tempat tujuan kami untuk bekerja.

Hari-hari kami dipenuhi dengan kegiatan bekerja sampai akhir pekan. Setelah semua selesai, kami memutuskan segera pulang ke Indonesia.
.
.
.
Typo masih bertebaran flen. Harap maklum.
Setelah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak dengan menekan bintang flen.

BEAUTINESS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang