16

250 7 0
                                    

Rose

Suara ketikan keyboard dan suara kuku yang diketuk itu menggangguku membuatku terlalu banyak mendengar kebisingan dan membuatku merasa tegang, aku ingin merobeknya. Meremas mataku erat-erat, aku menarik napas panjang sebelum membuka mataku lagi.

Aku tidak yakin apa yang harus ku lakukan semalam, aku melakukan seks dengan Jacob dan itu bagus. Sangat bagus. Aku masih tidak mengerti mengapa aku tetap tidak bisa mengeluarkan Luca dari benakku.

Jacob menarik dan lucu tapi setelah semalam, aku tahu itu tidak akan pernah lebih dari sekedar seks, mungkin hanya teman. Aku tidak tahu bagaimana perasaannya dan itu membuatku khawatir karena aku tidak ingin bersamanya, aku hanya bingung.
Suara dering dari ponselku seketika menarikku keluar dari pikiranku.

Panggilan masuk: Mum

Aku ragu sejenak sebelum menerima telepon.

"Halo sayang, kuharap kau tidak terlalu sibuk." Suaranya terdengar manis, aku tersenyum pada diriku sendiri. Aku belum berbicara dengannya beberapa waktu ini.

"Hai Mum, tidak apa-apa. Apakah kau baik-baik saja?" Tanyaku, sedikit khawatir bahwa Ibu jarang sekali menelponku, dia tidak pernah benar-benar menelepon.

"Apakah kau bebas malam ini, aku akan pergi ke flat Daniel untuk makan malam, aku akan senang jika kau ikut bergabung." Suaranya tegang, tapi masih dengan penuh kasih. Aku bisa membayangkan rambut pirangnya yang ikal melengkung dengan sempurna dan senyumnya cerah seperti biasanya.

"Aku bebas, aku akan langsung kesana pulang kerja." Aku membalas.

"Good baby, sampai jumpa beberapa jam lagi, love you ." Suaranya yang ceria membuatku tersenyum.

"I love you, Mum." Aku menutup teleponnya, bingung.

Kenapa dia datang ke London? Dia memang sudah lama tidak melihat kami. Kenapa dia mengundangku? Daniel adalah anak emasnya, aku adalah seorang anak yang menyaksikan ayahnya meninggal dan menyebabkan perceraian antara Ibu dan Wayne.

Aku memperhatikan jam-jam itu sambul mengantisipasi, semakin lama aku melihatnya, semakin lambat waktu agar segera pukul lima tiga puluh. Aku harus keluar dari sini dan mencari tahu mengapa Ibu benar-benar ada di sini? Atau aku hanya terlalu banyak berpikir? Mungkin.

Akhirnya aku sampai dan langsung mengetuk pintu apartemen Daniel, menunggu dengan gugup. Aku menyampirkan helai rambutku ke belakang telingaku dan mendorong sisanya di belakang bahuku. Melihat pintu kayu itu terbuka, jantungku berhenti berdetak. Bagaimana mungkin aku bisa lupa?

"Hei Rose, apa kau menguntitku?" Sapa Luca, bersandar pada kusen pintu dengan tampangnya yang sombong yang ingin ku pukul.

"Jangan harap." Ujarku. Aku mendorong melewatinya untuk masuk ke ruang tamu.

"Biarkan dia sendiri, kawan." Daniel mengejek Luca dengan bercanda. Ya Tuhan kalau saja kakakku tahu.

"Di mana ibu?" Aku bertanya pada Daniel ketika aku memeluknya dengan cepat.

"Ibumu datang?" Tanya Lee sambil melenggang ke ruang tamu, aku mengangguk cepat tahu persis apa yang akan dia katakan selanjutnya. Apa yang dia katakan setidaknya selama tiga belas tahun.

" Your mum is so fucking hot." Kata Lee Dia duduk kembali ke kursi sambil menggerakkan alisnya ke arah Daniel.

"Jangan mulai Lee, tidak adik perempuanku, terutama ibuku." Tegur Daniel. Dia cemberut pada Lee dan Luca. Kulihat Luca mengangkat tangannya untuk membela diri.

"Bukan aku." Ujar Luca sambil tertawa canggung.

Daniel memutar matanya dan berjalan menuju pintu depan saat terdengar suara ketukan. Mata Luca menangkap pandanganku ketika aku melihatnya, bola mata birunya membuatku terpesona ketika dia melekat padaku. Stop it Rose. He thinks you're psycho.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang