24

159 5 0
                                    

Rose

"Jangan memakan chicken balls milikku, Rose!" Seru Lee seraya melompat ke arahku dari seberang sofa, saat aku mendorong bola ayam terakhir ke mulutku. Berusaha keras untuk tidak tersedak ketika aku tertawa terbahak-bahak, wajahnya penuh rasa jijik saat aku mengunyahnya perlahan.

"Damn." Luca tertawa di sampingku, tangannya diam-diam berada di punggungku ketika Lee duduk di sebelahnya dengan raut wajah sedih.

"Kau benar-benar menyebalkan, jika kau bukan adik perempuan Daniel, aku akan menendang pantatmu." Geram Lee, aku selesai menelan makanan itu yang aku raih.

"That's fucking bullshit mate." Ujar Luca sambil terkekeh dan menepuk kepala Lee.

"Sialan." Rintih Lee seraya memegang kepalanya, sementara Luca dan aku tertawa. Tangannya meremas pinggangku, intiku berdenyut karena sentuhannya di tubuhku.

"Di mana kakakku?" Tanyaku pada mereka berdua, mencoba mengalihkan perhatianku dari pikiran seksualku.

"Kurasa dia sedang bekerja, aku tidak yakin sebenarnya." Lee menjawab, akhirnya selesai juga tingkahnya yang seperti ratu drama. Aku menganggukkan kepalaku untuk memahami, aku tidak berpikir dia mulai bekerja setidaknya dua jam lagi.

Ponsel Lee mulai berdering, aku menyaksikan dia mengambilnya dengan senyum di wajahnya yang manis.

"Speaking of the devil." Jawab Lee seraya menunjukkan nama Daniel yang berkedip di layar ponselnya, dia berdiri, dan berjalan keluar dari ruang tamu.

"Kau tidak tahu betapa aku sangat menginginkanmu di kamarku." Bisik Luca, bibirnya yang lembut menyentuh telingaku. Aku menghela nafas rendah ketika aku melihat matanya.

"Jangan menggodaku, Luca." Aku balas berbisik, aku bisa merasakan tatapan keinginannya dan aku tahu aku tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Aku menjauh ketika Lee berjalan ke ruang tamu, dan menutup panggilannya.

"Apakah kalian ingin minum? Daniel sedang keluar bersama beberapa teman kerjanya, dia ingin seseorang menjemputnya." Ujarnya. Dia menatap Luca tatapan putus asa. Aku harap dia mengatakan tidak, tolong katakan tidak.

"Tidak, aku cukup lelah tapi kau bisa pergi." Luca tersenyum padanya, aku menangkap cahaya di mata Luca saat dia dengan cepat melirik ke arahku. Bibirku menyeringai licik saat Lee menarik jaketnya di tubuhnya.

"Kau baik-baik saja, Rose?" Lee menatapku dengan prihatin, aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum pada pria yang manis itu.

"Aku yakin Luca akan mengantarku pulang?" Aku memandangnya berusaha bersikap sesantai mungkin.

"Ya, tidak masalah." Luca menjawab, mengangkat bahu.

"Pastikan kau melakukannya." Lee merengut pada Luca yang berusaha bersikap seperti kakak yang melindungiku, kami melambaikan tangan padanya saat ia berjalan melewati flat dan keluar dari pintu depan.

"Jadi," bisikku, mencoba memecah keheningan yang menyelimuti kami, beberapa menit telah berlalu sejak Lee pergi dan yang bisa kudengar hanyalah suara jantungku yang kencang. Wajahnya berbalik untuk menatapku, matanya menusuk ke mataku membuat perutku teraduk.

"Apa yang kau lihat?" Tanyaku. Aku mengerutkan kening ketika matanya masih menempel di wajahku. Aku berdiri dengan cepat berjalan ke cermin yang tergantung di lorong, panik karena ada saus asam manis di wajahku.

"Rose." Dia muncul di belakangku, aku berbalik menghadapnya begitu aku yakin tidak ada apa-apa di wajahku.

Jantungku berdegup kencang, mata topaz-nya menatap dadaku sebelum memindai seluruh tubuhku. Matanya menangkap mataku lagi ketika seringai seksi muncul di wajahnya, lalu dia mendorongku ke belakang, menjepitku ke dinding. Napasku tidak menentu ketika tubuhku mulai membakar dan menginginkan sentuhannya, tubuhnya menekanku sebelum menciumku dengan penuh semangat. Bibirnya lembut dan sempurna di bibirku, lidahnya lembut.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang