30

147 5 0
                                    

Rose

Tubuh hangatnya berada di bawahku, napasnya tak beraturan saat aku mengusap jari telunjukku di atas kulitnya yang berkeringat.

"Ibuku tahu tentang kita." Aku memberitahunya, mengingat percakapanku dengannya sebelumnya. Matanya terus menatapku, jantungnya berdetak seperti jarum jam.

"Apa yang dia tahu?" Tanyanya, duduk sedikit. Aku menjauh dari dadanya dan mengawasinya tegang, tidak yakin bagaimana menangani informasi ini.

"Dia bilang itu jelas bahwa kita memiliki sesuatu yang akan terjadi, jangan khawatir dia tidak akan memberitahu Daniel." Aku duduk, berharap itu menenangkannya. Dia berdiri, menyapukan jari-jarinya ke rambut, jantungku berdetak lebih cepat.

"Ini akan lebih berbahaya, Rose. Nick memiliki segalanya di tangannya." Dia menarik-narik rambutnya, lalu menatapku, tatapannya penuh ketakutan.

"Apa maksudmu?" Tanyaku. Duduk, aku meluncur dari tempat tidur lalu berjalan ke arahnya.

"Aku tahu kita kehabisan waktu, Rose, dia akan memberitahu Daniel." Jelasnya, setiap kata yang dia keluarkan menyengat lebih dari yang sebelumnya.

"Bagaimana dia bisa melakukan itu padamu?" Aku menggeram dengan jengkel. Bagaimana dia berada dalam kehidupan Luca selama bertahun-tahun, tapi sekarang dia ingin menikamnya dari belakang?

"Dia terobsesi denganmu, Rose, dia menyukai hal-hal terlarang. Dia bukan orang baik dan aku benar-benar mulai melihatnya, aku menghabiskan bertahun-tahun hidupku bersamanya dan ini adalah pertama kalinya dia menusukku di belakangku dan sengaja menghancurkanku. " Racaunya. Dia menjangkauku, menjalin jari-jarinya dengan jariku. Aku menatap mata birunya, dia menatapku dengan was-was.

"Bisakah aku memanfaatkan sepenuhnya apa yang kita miliki?" Dia bertanya, aku terus menjaga mataku padanya.

"Iya." Jawabku dengan terus terang. Apa yang kita miliki? Apa itu?

"Apa itu, Luca?" Tanyaku, jelas aku tidak memiliki filter di mulutku. Matanya masih tertuju padaku, dia tersenyum padaku dengan lembut, lalu mengulurkan tangannya dan memegang bahuku, menarikku ke dadanya. Aku memeluk pinggangnya saat dia memelukku erat.

"Yang aku tahu adalah, aku ingin kau menjadi milikku dan aku ingin menjadi milikmu." Napasnya yang hangat menyapu pelipisku saat dia memelukku lebih erat. Menjadi milik Luca, itukah yang aku inginkan? Apakah aku ingin sebuah 'hubungan' di antara kami? Ya, tuhan ya, aku ingin melakukannya.

"Jangan biarkan Nick memakanmu seperti ini." Aku menarik diri, lalu meraih rahangnya yang tegas. Tatapannya menusuk ke arahku dengan begitu banyak emosi sehingga aku hampir tidak bisa bernapas, rasa bersalah menyebar di setiap inci di wajahnya yang indah.

"Aku tidak bisa menahannya, semuanya mungkin akan memakanku." Balasnya. Tangannya melingkari pinggangku, menarik tubuh telanjang kami lebih dekat.

"Santailah." Bisikku. Aku berdiri dan berjinjit untuk menciumnya dengan lembut, berharap dan berdoa agar dia tidak berubah pikiran.

Kami butuh berminggu-minggu untuk menyadari perasaan kami, memahami bahwa kami menginginkan komitmen, kami saling menginginkan. Aku hanya berharap pada Tuhan, Nick atau siapa pun tidak akan mencoba menghentikan ini, aku merasa jika ini berakhir dengan buruk saat semuanya akan berantakan. Lagi.

———————————————

Pekerjaanku akhirnya telah selesai hari ini, aku sangat membutuhkan kopi. Aku mengambil barang-barangku dan keluar dari kantor, semua orang bergegas keluar dari gedung untuk pulang hari ini. Ini sudah tiga hari berlalu sejak aku bercakap-cakap dengan Ibu, aku merasa tegang bahwa akan ada sesuatu yang buruk dalam perjalanan untuk menghancurkan segalanya bagiku, seperti yang selalu terjadi. Suara dering ponselku seketika menghentikan langkahku, lalu mengeluarkan ponselku dari tas.

Delicious Rose (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang