Rose
"Aku juga mencintaimu, bye." Aku menutup panggilan dari Theo, lalu menjatuhkan punggungku ke bantal, perutku berguncang karena bahagia. Suara samar Ibuku berbicara di lantai bawah sebelum dia berangkat kerja.
"Rose, Ibu akan pergi!"
Aku mendengarnya memanggilku, aku melompat dari tempat tidur dan dengan cepat berlari ke lorong dan menuruni tangga. Ibuku berdiri di dekat pintu depan, tampak cantik mengenakan blazer dan rok pensil, aku memeluknya dengan erat, benar-benar tidak ingin dia pergi. Daniel saat ini berada rumah pacarnya dan Wayne berdiri di ambang pintu mengawasi Ibu. Aku benci liburan musim panas karena Wayne bekerja dari rumah dan Daniel tidak pernah ada disini, aku juga harus bertemu dengan gadis-gadisku. Tapi tidak hari ini.
"Aku akan pulang malam ini,sayang, love you both." Dia melepaskanku dan membuka pintu depan.
"Sampai jumpa, sayang." Wayne membungkuk untuk menciumnya dengan cepat sebelum Ibu melambai dan menutup pintu di belakangnya.
Aku memandangnya sebelum bergegas menyusuri lorong dan kembali menaiki tangga. Aku melihat keluar dari jendela ketika mobilnya mulai menyusuri jalan. Aku tahu dia melihatku dari bawah, menunggu beberapa menit sebelum dia naik ke atas.
Aku mendengar ketukan ringan jari-jarinya di pintu kamar tidurku, tubuhku mulai bergetar ketakutan ketika dia mendorong pintunya terbuka, dia berdiri tegak dan senang, aku menutupi diriku dengan selimut yang berusaha bersembunyi darinya.
"Jangan seperti ini, princess." Dia berjalan ke kamarku setelah membanting pintu di belakangnya, lalu duduk di tepi ranjang.
"Please, bisakah kau tinggalkan aku sendiri?" Aku berbisik, jari-jarinya menelusuri tanganku yang telanjang.
"Ck ck ck, kau tahu aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian." Dia balas berbisik, seraya mendekat ke wajahku. Aku menarik selimut, tapi pegangannya yang kuat seketika menariknya ke bawah, memperlihatkan diriku sepenuhnya. Hanya piyamaku yang dapat menyembunyikan tubuhku darinya.
"Kenapa kau belum siap untukku, sayang?" Dia mengangkat alisnya dengan kecewa. Aku menyilangkan tanganku di dadaku, berharap dia pergi. Detak jantungku semakin kencang saat jari-jarinya menyentuh ujung atasanku, menariknya ke atas perlahan dan memamerkan perutku.
"Tinggalkan aku sendiri, Wayne!" Aku meneriakinya ketika dia membelai kulitku, aku mencoba menarik atasanku ke bawah tapi tidak berhasil.
"Berhentilah melawan Rose, kau tahu kau akan sangat menyukainya." Dia mencondongkan tubuhnya ke wajahku, menyerang bibirku, aku berteriak kepadanya sementara tangannya mencengkeram pinggangku memaksaku berbaring di tempat tidur. Air mata hangatku mulai membasahi wajahku ketika ia mulai melepas atasanku sambil menciumku.
"Berhenti! Tolong berhenti!" Aku menangis ketika dia memperlihatkan dadaku yang telanjang, matanya yang kotor memindai setiap inci dadaku. Dia tersenyum ke arahku, aku mencoba duduk dan meraih kausku, tapi dia melemparnya ke lantai dan membantingku kembali ke tempat tidur.
"Berhentilah melawanku princess! Kau tidak akan menang!" Dia berteriak di wajahku, jarinya menarik ke bawah piyama dan celana dalamku. Aku meringkuk di bantalku, berbaring telanjang dan rapuh, jari-jarinya yang kasar menelusuri seluruh tubuhku.
"Kau membuatku mengeras setiap kali melihatmu, princess ." Desisnya.
Aku menatapnya dengan ngeri ketika aku mendengar celana jeansnya jatuh ke lantai, lalu membungkus miliknya dengan kondom. Jantungku berdebar ketakutan saat dia naik ke atas tubuhku dan menahan tanganku di atas kepalaku. Aku bergerak gelisah di bawah tubuhnya yang kuat dan berusaha keluar dari sentuhannya.
"Tetap diam, akan lebih menyakitkan jika kau memberontak." Dia berbisik di leherku, aku tidak bisa mengendalikan napasku saat dia memposisikan dirinya.
"NO! PLEA-SE!" Aku berteriak dan menangis ketika dia memasukiku, erangannya bercampur dengan tangisanku, dia mengambil kendali penuh atas tubuhku. Dengan setiap dorongan aku berteriak, memohon siapa pun untuk datang menyelamatkanku, tetangga, siapa pun yang berjalan melewati rumah. Siapa saja.
"Berhentilah menangis, sialan!" Serunya. Tangannya memegang leherku, tenggorokanku sesak saat dia mulai bergerak lebih cepat. Aku tidak bisa bernafas, aku hanya melihat cahaya di atas kepalanya dan siap memudar menjadi gelap. Tangannya melepaskanku saat aku merasa lemas di bawahnya, aku lemah dan tidak bisa bergerak lagi.
"Tolong hentikan." Aku memohon sekali lagi, napasnya memberat saat dia menyerang tubuhku lagi. Mataku melebar ketakutan saat dia bersandar lalu menggigit dadaku, meninggalkan bekas gigitan ungu gelap.
"Kuharap Theo melihat ini." Dia menggeram, aku menangis. Theo akan berpikir aku selingkuh, oh my fucking god.
"TOLONG HENTIKAN!" Aku berteriak lagi, aku harus menjauh darinya. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi, aku butuh seseorang untuk menyelamatkanku.
"Berhentilah menjadi anak nakal seperti itu!" Wayne bersandar lalu mengayunkan tangannya dan menampar wajahku. Tenggorokanku terbakar ketika aku menangis kesakitan.
"Rose?! Rose bangun sayang!"
"Tidak ada yang bisa menyelamatkanmu, princess." Bisiknya.
Wayne menabrakkan bibirnya ke bibirku lagi, aku berjuang untuk melepaskannya dariku.
"ROSE!!"
Aku seketika tersentak di tempat tidur, Luca duduk di sebelahku, tatapannya panik karena khawatir. Aku melompat dan memeluk lehernya. Aku membiarkan diriku menangis di bahunya ketika dia membelai rambutku, aku menggigil ketakutan dan dia mencium pelipisku.
"Aku di sini sayang, aku bersamamu, selalu." Dia berbisik di rambutku ketika aku mulai rileks di bawah sentuhannya.
"Selalu." Dia bernafas di telingaku saat aku merasakan diriku jatuh di kegelapan lalu tertidur lelap.
TBC
Please remember to vote and comment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicious Rose (Indonesian Translation)
RomanceKetika berusia 21 tahun, Rose Harrington menangkap tunangannya di tempat tidur bersama salah satu teman baiknya, hidupnya menjadi tidak terkendali. Setelah 6 bulan, ia lulus dari Universitas dan mendapatkan pekerjaan di London. Bergerak bersama dua...