•PART LIMA•

144 26 22
                                    

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengerti atas segala-sesuatu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengerti atas segala-sesuatu"

( al Hujurat 13 )

BeautyInside


Di waktu magrib, terlihat santriwati tengah melancarkan hafalannya untuk mereka setorkan pada ustazah. Untuk bisa hafal satu kaca 'pun, penuh dengan perjuangan, melawan rasa malas yang begitu melanda, segala godaan yang menghalangi, mereka lawan. Demi ayat-ayat suci Al-Qur'an bisa mereka dekap.

Bahkan, air mata sering kali terulur pada pelupuk mata para penghafal Qu'an, kala mereka sulit sekali untuk menghafal 'kannya. Harus diakui, menghafal Qur'an, memang tidak semudah membalikan tangan. Bagi yang belum terbiasa, amalan ini akan dianggap membosankan, atau jenuh. Bahkan, tidak sedikit dari kita, meski hanya meluangkan waktu lima menit saja untuk menyapa kitab suci umat Islam, Al-Qur'an, rasanya sangat sulit, malas, atau mungkin sudah lupa akan membacanya.

Namun, bagi orang-orang yang sudah terbiasa menghafalnya hingga bisa merasakan nikmatnya menghafal, amalan ini akan sangat menyenangkan, bahkan sudah seperti santapan mereka, atau seperti pujangga yang membacakan puisi indah pada pujaan hatinya.

Hafidzah terkekeh setiap kali melihat para muridnya yang menghafal akan berbagai macam cara. Ia duduk beralaskan sajadah merah dengan meja kecil di depannya. Ia memantau santriwati yang tengah berjuang dengan mulut yang juga mendaras. Ada yang duduk di bawah meja, dan dengan khusyuk mereka hafalkan, ada yang menghafal tanpa suara, ada juga yang menggunakan suara keras, agar mudah masuk, ujar mereka.

"Kiran, jangan tidur. Ayo, daras lagi," ucap Hafidzah pada gadis yang hampir menjatuhkan Qur'an di lengan kanannya sebab rasa kantuk yang ia rasa. Melenggok badan yang tidak seimbang sebab mengantuk ke kanan, ke kiri, ke depan, hingga tubuhnya menjungkal ke belakang.

Begitu lah perjuangan mereka menahan kantuk saat menghafal Qur'an.

"Astagfirullahal'adzim, Kiran! Bangun, dan ambil wudu. Agar tidak mengantuk lagi," tegur Hafidzah. Sedang teman-temannya yang melihat Kiran ikut tertawa sebab tingkah Kiran yang semakin linglung.

"Eheheh, baik, Ustazah." Gadis itu pergi ke kamar mandi dengan mata yang dikucek agar setan yang menengger di kelopak matanya pergi.

"Ayo, siapa yang sudah siap. Maju kedepan."

"Ana, Ustazah," gadis munyil mengangkat tangan dan maju menghadap Hafidzah untuk menyetorkan muroja'ahnya. Setiap magrib jadwal untuk muroja'ah (mengulang kembali hafalan) dan setiap subuh, ashar untuk setoran (menambah hafalan).

Namanya Cahaya, ia gadis berumur 11 tahun, tubuhnya munyil tidak sebanding umurnya. Tiga tahun lalu, orang tuanya menitipkan atau menyerahkan sepenuhnya pada pembingbing Pondok pesantren. Mereka mengharapkan putrinya itu menjadi Ahlul Qur'an. Terbukti, gadis itu kini menjadi santriwati dengan hafalan terbanyak juga baik dalam segi apa'pun.

BEAUTY INSIDE || Hiatus Sementara WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang