•PART DELAPAN•

106 20 85
                                    

Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang terkadang membantuku, dan terkadang menentangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Belum pernah aku berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwaku sendiri, yang terkadang membantuku, dan terkadang menentangku.


(Imam Al-Ghazali)

•BeautyInside•


Di setapak jalan gelap. Wanita paruh baya dan putri kecilnya berjalan untuk pulang setelah pekerjaan sebagai asisten rumah tangga sudah selesai. Paginya wanita itu harus kembali mengerjakaan tugasnya. Sangat letih. Namun, hal itu selalu terobati kala putri kecil memancarkan kebahagiaan.

"Ibu, tadi aku belmain hujan-hujanan." Ceritanya dengan antusian. Jalanan kala itu juga sangat licin karena hujan turun beberapa jam lalu.

"Oh, ya?! Apa kau senang?" Ia mengangguk.

"Cangat cenang. Tadi anak laki-laki itu ajalin aku belajar belhitung, menggambal, telus aku juga ajalin dia ngaji."

"Huah, itu sangat bagus. Baik sekali yah dia. Memangnya Putri ibu ini belum menanyakan nama anak laki-laki itu siapa?!" Putri kecil menepuk jidatnya sendiri.

"Aku lupa, Bu. Tapi aku seling panggil dia kuda laut. Soalnya dia cuka joged-joged. Hihihi." Putri kecil melepaskan gengaman ibunya lalu berdiri di depan ibunya seraya memperagakan kembali bagaimana jogedan anak laki-laki itu.

Ibunya terkekeh melihat kelakuan putrinya.
"Ahahaha, kau ini ada-ada saja. Sudah hentikan, perut Ibu sakit melihat tingkahmu."

"Dia berjoged seperti ini, Bu. Tang ting tang ting tung...."

"Sudah-sudah, ibu tidak kuat melihatnya. Ayo jalan lagi,"
Ibunya kembali mengulurkan tangannya agar putri kecil berada dalam genggamannya.

Setiap jalan, putri kecil tidak hentinya menceritakan tentang dirinya dan anak laki-laki saat bermain. Hal tersebut membuat wanita paruh baya itu bersyukur karena pada akhirnya putri kecil bisa merasakan senangnya bermain, juga mendapatkan teman.

Ketika dirinya melalu suatu toko, mata putri kecil itu terfokus pada suatu benda yang terpajang cantik dalam toko. Dirinya menginginkan itu setiap kali berlalu. Ibunya menyadari hal itu, ia tahu apa yang diinginkan putri kecil. Namun, uangnya tidak cukup untuk membeli sesuatu tersebut.

"Peli kecil," tunjuk putri kecil pada sebuah boneka barbie yang terpajang. Ia hanya bisa melihatnya dari luar jendela.

"Kamu menginginkannya?"

"Uhm, aku pengin peluk peli."

"Nanti Ibu akan belikan, tapi tidak sekarang, ya." Ibunya meraih tangan munyil sang putri untuk melanjutkan langkahnya. Dalam hati, wanita berparuh baya itu akan mengumpulkan uang untuk membelikan putri kecil sebuah boneka peri yang ia sukai.

BEAUTY INSIDE || Hiatus Sementara WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang