•PART SEMBILAN•

140 23 85
                                    

Jika saja aku menjadi peri,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika saja aku menjadi peri,

Akan aku hancurkan hati yang begitu nyeri.

Jika saja aku menjadi peri,

Akan aku bakar semua penyiksa diri.

Jika saja, semesta tidak menghapus peranmu,

Karena kini, aku bukanlah aku tanpamu.

•BeautyInside•

Apa yang lebih bahagia dari harta?
Tentang harta, semua hal itu tidak lah berguna tanpa adanya kekayaan dalam diri. Hati yang dipenuhi dengan ketakwaan juga kesyukuran lah arti sebuah kekayaan. Mencari celah hidup bahagia namun nyatanya hanya bisa tersenyum pilu dalam lara. Tidak ada kebahagiaan tanpa kasih. Berlari hingga ke sudut dinding dunia lalu berjalan mundur kembali hingga lorong dunia, tetap tidak menemukan kebahagiaan!

Tanyakan pada diri, apa ada jeritan kasih disana? Tanyakan pada diri, apa yang kau cari selama ini?! Tentu saja, kau bodoh. Mengapa tidak mencari kebahagiaan abadi hingga kau 'pun tak bisa mengelaknya dalam diri. Kasih bahagia yang tak hanya bersemi sementara, ia akan tetap hinggap dalam hatimu. Hingga Sang Illahi akan memanggilmu, kasih tersebut akan mengikutimu. Percayalah.

Wanita berparuh baya sudah terbangun sejak ayam jago berkicau. Segar udara masuk pada celah bilik di rumahnya. Suara tetesan air masih bernyanyi pada ember yang digunakan untuk mewadahi cercakan air hujan yang jatuh sebab atapan yang bocor. Bisingan katel sudah beriuh, menandakan wanita itu sedang memasak.

Putri kecil keluar dari bilik kamarnya. Menggosok-gosokan matanya sebab bangun tidur. Namun, lihatlah. Ada sesuatu yang basah di ujung pelupuk matanya, tanda ia menangis.

Berdiri di belakang ibunya dengan mulut yang menjebi, suaranya berbising menahan tangis. Ibunya yang menyadari itu langsung menghentikan pekerjaannya.

"Ada apa, Nak. Kamu merasa sakit? Hah? Kulitmu terasa panas?" Tanya ibu itu dengan menyamakan posisi sang anak.

Putri kecil menggeleng, dan kini tangisnya menjadi.
"Hiks hiks hiks, Ibu kenapa tidak membangunkanku?" Ucapnya disela tangis.

"Itu karena kamu semalam sangat panas, jadi Ibu tidak tega untuk membangunkanmu."

"Huaaaaaah, Ibu jahat, kulitku akan lebih panas, Bu. Hiks hiks."

Masya Allah. Putrinya bahkan sangat marah ketika sang ibu tidak membangunkannya untuk menunaikan kewajiban. Padahal umurnya belum baligh, namun ketakwaan putri kecil mengalahkan orang dewasa dimana mereka bahkan mengabaikan atas apa kewajiban seorang muslim. Salat.

Sang Ibu mengusap puncak kepala yang tak berhelai rambut itu. "Maafkan Ibu. Lain kali, nanti Ibu akan bangunkan, yah. Sekarang bangun, ayo. Allah nggak suka lho melihat putri kecil nangis." Jemarinya menghapus buliran air dari pipi sang anak.

BEAUTY INSIDE || Hiatus Sementara WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang