Kehilangan yang paling berat adalah
Ketika terlambat untuk membahagiakanmu sebelum kamu benar-benar pergi dari nestapa hidup.
•BeautyInside•
Merelakan seseorang yang berarti dalam hidup memang begitu sulit. Pikiran dan hati akan terngiang wajahnya, tetesan air bermuara bebas pada pipimu. Ada perasaan sedih yang teramat dalam disertai rasa kesepian. Seolah mengisyaratkan bahwa diri kian kehilangan.Semua berubah, ia pergi tak lagi menyapamu. Ketika bangun tiada lagi lengkungan hangat pada pipinya. Mencari ke sudut kamar tiada lagi hadir dirinya, hanya ada kamar kosong tak berpenghuni.
Sejak kepergian ibunya, putri kecil hanya berdiam diri. Mengurung diri akan sepi. Tiada pun yang peduli akan hadirnya. Ia seolah tak mengerti akan takdir yang menerpanya. Ayah yang tiada lagi kasih baginya seolah acuh dan lupa jika ia mempunyai seorang putri.
Sejak semalam, putri kecil sudah menggigil. Tubuhnya rentang demam, terlebih kulit tak perporinya hingga membuat putri kecil sulit beraktivitas dengan normal.
Kaki munyilnya melangkah untuk mencari makanan. Dibukanya tutup saji, dan hasilnya kosong."Ibu, aku mau makan. Ibu! Aku lap---" kalimatnya ia hentikan. Tersadar jika kata 'ibu' telah tiada.
"Ibuku sudah pelgi. Aku lapar, Bu." Lirih bibirnya kembali menjebi, tangan kanannya mengelus perut yang sudah keroncongan.
"Ayah, aku pengin makan," pintanya ketika sang ayah baru keluar kamar.
Suasana malam semakin mencengkam dengan gemuruh hujan. Dinginnya angin menembus ke pori-pori. Ketika itu sang ayah nampak membawa tas berisikan pakaian.
"Makan? Pergi keluar, dan ganjal saja perutmu dengan air hujan itu." Ucap sadis sang ayah.
Manik-manik mata putri kecil sudah berkaca. Perutnya benar-benar kelaparan, tubuhnya pun sudah merasa sangat lemah. Beberapa kali ia mengeluarkan darah dari lubang hidungnya, namun apa reaksi sang ayah? Ia sungguh tidak memperdulikannya.
"Ayah mau kemana?" Tanyanya saat sang Ayah hendak keluar dengan tas yang ia bawa.
"Mencari sedikit kebahagiaan. Bukan denganmu, Anak cacat!" Ucapnya dengan sorot mata yang begitu tajam.
"Ayah, mau kemana?" Tangan munyil itu meraih lengan sang ayah untuk menghentikan langkahnya. Dengan keras sang ayah menghepaskan tangan munyil itu.
"Lepaskan! Sudah saya bilang, saya akan mencari kebahagiaan di kota besar." Kalimatnya terhenti, pria berparuh baya itu menyamai posisinya dengan putri kecil. Kedua tangannya menangkup keras bahu putri kecil. "Dengar, jangan cari saya jika besok belum juga pulang. Diamlah disini, jalani hidupmu sendiri. Saya sungguh tidak akan peduli. Kau paham?! Hah?"
Pria itu mengangkat dagu putri kecil yang menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY INSIDE || Hiatus Sementara Waktu
Teen Fiction📖📖📖 Bila mata bertemu mata, akan temui cinta manusia. Bila dahi bertemu sajadah, akan temui cinta Allah. (Imam Al-Ghazali) Seperti halnya seorang pria yang bernama Reza Fattah Firdaus, ia bertemu dengan sosok gadis yang tiba-tiba saja bisa menemu...