•PART ENAM•

136 24 91
                                    

Kebaikan tidak sama dengan kejahatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kebaikan tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, sehingga yang memusuhimu akan seperti teman yang setia. (Q.S Fusshilat: 34)


•BeautyInside•

Wanita berparuh baya masih sibuk melakukan pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga. Ia tengah menyetrika pakaian majikannya. Sedang putri kecil menunggu sang ibu dengan bermain bersama anak laki-laki majikan itu.

"Peri kecil, kamu kenapa nggak sekolah?" Tanya anak laki-laki.

"Ibu bilang, aku tidak usah bersekolah. Aku sakit, ibu bilang belajar di rumah aja uga udah cukup,"

"Lasanya sekolah bagaimana? Pasti cangat menyenangkan, anyak cemen-cemen, aku dengal bu gulunya galak, iya?!" Antusias putri kecil dengan bahasa cadelnya. Maklumi saja, di umurnya yang lima tahun, namun gigi dari putri kecil itu belum tumbuh sebagaimana anak kecil biasanya.

Putri kecil tengah duduk di ayunan, sedang anak laki-laki itu yang mengayunkannya. Mereka terlihat begitu akrab.

"Menyenangkan, aku bisa belmain, menggambar, membaca, menulis, apalagi bu gulunya cantik. Hihi, bu gulu Lisha sangat cantik, dia juga baik. Aku suka jika bu Lisha mengelus lambutku. Dia tersenyum manis, bu Lisha juga----"

"Hey! jangan tellalu kencang."

Anak laki-laki itu tak menyadari jika ayunannya ia gerakan cukup cepat. Putri kecil sedari tadi sudah menahan takutnya, ia tidak bisa bermain terlalu aktif.

"Maaf, heheh" ujar anak laki-laki.

Putri kecil turun dari ayunannya dan berjalan ke Gazebo. Ia duduk berdekatan dengan kolam ikan, kakinya ia masukan. Nyaman. Putri kecil itu sudah merasa kulitnya sangat panas, dengan merendamkan kakinya, akan sedikit menyejukannya.

"Kamu suka ke bu Lisha?"  Tanya polos putri kecil dengan mengayuh-ngayuhkan ujung kaki munyilnya pada air.

Anak laki-laki mengikuti posisinya. Ia mengangguk untuk menanggapi pertanyaan polos dari putri kecil. Mereka mendongak ke atas langit. Gelap. Rintikan hujan mulai menetes pada pipi mereka yang tengah menengadah.
Putri kecil tersenyum girang. Ia teramat menyukai hujan. Hal itu tidak dirasakan oleh anak laki-laki. Karena ia tidak menyukai hujan.

"Ayo main hujan-hujanan!" Ajak putri kecil dan meraih tangan anak laki-laki itu untuk bermain hujan di taman rumahnya.

"Tidak, nanti ayah akan malah. Ibu juga akan menjewer kupingku jika belmain hujan." Redup anak laki-laki. Dirinya memang ingin bermain seperti anak di usianya yang gecar saat hujan tiba. Apalah dayanya, karena tubuhnya yang kerap demam jika terkena hujan.

"Yaaaah," sedihnya.

"Tidak apa-apa, Peli kecil bermain saja, aku akan melihatnya dari sini. Hihi, bagaimana?!"

BEAUTY INSIDE || Hiatus Sementara WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang