"Hari ini masih sama. Aku dengan harapan yang pupus, angan yang terputus, dan perasaan yang tak pernah bisa di hapus."
~RLdynt~🎶Back Sound (Pergi, hilang, dan lupakan- Regita Echa Cover)
Selamat Membaca
****
7:30
Riza bersama para anggota OSIS yang bertugas berjaga pagi telah bersiap menuju kelas. Tugas mereka menjaga kedisiplinan murid telah selesai, dan sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.Riza berjalan menuju kelas dengan gontai, entah tidak seperti hari biasanya Riza seperti kehilangan semangat yang bahkan sebelumnya semangat itu tidak pernah padam.
"Mbak? Sehat kan?" Sharen menepuk Riza dari samping dengan senyuman khas nya yang penuh keceriaan.
"Sehat lah, tadi pagi masih marah-marah pas nelpon bangunin gua" timpal Adit si waketos sableng.
"Ah bicit lu dit, gw nanya mba riza kenapa lu yang jawab" ketus Sharen
"Yehh Sharenjingg bicit lau, bayar pulsa sini" Adit
"Kalian cocok." Tambah Riza sambil tersenyum tipis.
"Ih apaan si mba, aku ama adit kaya kucing ama meong tau ga" protes Sharen
"Yeh dasar sama aja sharenjiing" Adit
"Terus aja manggil gua sharenjing -_-" Sharen.
"Udh ah ayo ke kelas cepet. Keburu masuk" Ucap riza
"Yahh mba ga asik nih" Sharen
"Biarin si orang lagi galau mikirin gua" Adit
"Pede banget lu najis" Sharenjing
"Udah ayo cepet" ajak riza dengan raut muka yang datar
****
Tidak ada yang istimewa di hari ini. Hanya ada keheningan dan kekosongan yang dirasakan Riza. Sejak sebuah ungkapan itu terjadi di taman, Riza dan Vian tak lagi sama. Kedekatan yang dulu dirasakan oleh Riza semua hilang, saat mereka berpapasan pun tak ada tegur sapa seperti biasanya. Hanya tatapan lekat yang di terima Riza dari Vian. Entah mengapa Vian menatap Riza dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh perempuan itu.
Tatapan Vian begitu lekat dan sedikit tajam. Riza tau bahwa tatapan Vian kepadanya buka tatapan biasa, tetapi memiliki arti yang Riza sendiri tidak bisa mengerti.
Yang jelas setiap kali ia mendapat tatapan itu, saat itu juga usaha dirinya untuk melupakan Vian hancur dengan seketika.
Memang menyebalkan. Semua rasa kebahagiaan itu hilang semenjak mereka saling jujur dengan perasaan masing-masing.
Riza selalu rindu akan hadir nya Vian, rindu dengan segala cerita nya di setiap malam, rindu akan canda tawanya.
"Jujur aku tak pernah bisa melupakan semua tentang kita. Aku tak pernah bisa menghapus perasaan ini. Dan setiap detiknya aku selalu merindukanmu. Rindu akan hadirmu dan canda tawamu."
~Riza Lidyana.
~~Angin yang berhembus menyejukan hati. Tanpa sadar air mata jatuh di pipi Riza, menyadarkan lamunan Riza yang sedari tadi memikirkan hal yang sedikit menyakitkan.
"Mba? Aku dari tadi nyariin mba ternyata di taman"
Tiba-tiba Sharen datang duduk di samping Riza.Riza hanya menunduk menutupi wajah sedihnya
"Eh mba nangis? Loh kenapa mba??" Sharen terkejut dengan keadaan Riza.
"Gapapa ko mba baik-baik aja" jawab Riza dengan senyum tipisnya.
"Baik gimana orang abis nangis gitu"
"Kalo emang mau nangis silahkan mba, nangis sekejer mungkin"
"Gpp saat ini mba sedih tapi mba harus bangkit lagi"
Sharen memeluk Riza dengan erat, memberikan kehangatan dan kenyamanan. Begitupun dengan Riza yang menangis dalam pelukan Sharen. Meluapkan semua perasaan yang ia pendam. Air mata mengalir begitu saja dengan derasnya.
"Hikss... hiksss... rasanya menyebalkan ren, aku kecewa sama jawaban ka Vian"
"Kenapa kita ga bisa bersama"
"Sebenarnya jawaban ka Vian itu apa mba??" Tanya Sharen sembari memeluk Riza
"Aku sendiri masih ga bisa mengerti semuanya."
"Dya bilang meskipun kita ga bisa bersama tapi dya bakal selalu ada buat aku" Riza
"Terus mba nanya tentang perasaan dya ke mba ga?"
"Iyaa ren, dya bilang kalo dya kagum sama aku"
"Hmm mungkin sebenarnya kalian saling suka saling ada perasaan"
"Hanya aja waktu belum mengizinkan kalian buat bersama mba" tambah Sharen
"Tapi rasanya sakit ren, kenapa aku harus dapet jawaban kaya gitu lagi"
"Kenapa aku harus gagal dalam cinta lagi"
"Kenapa sih ga pernah bisa ada orang yang cinta sama aku ren"
Riza menangis dengan kerasnya, meluapkan semua rasa sakit yang ia pendam. Untung saja sekolah sudah sepi karena sudah lewat jam pulang.
"Mba ga boleh ngomong gitu, pasti ada kok mba. Mungkin ga sekarang"
"Tapi nanti di waktu yang tepat"
"Mba masih bisa sahabatan sama ka Vian" Ucap Sharen sembari mengusap pundak Riza.
Riza hanya terdiam dalam pelukan Sharen. Ia masih butuh waktu untuk mengerti semuanya.
Semua hal yang ia rasa masih sulit untuk diterima dan terasa menyakitkan.
To be continue....
Maaf late post. Karena bingung juga cerita ini harus dilanjutkan atau ngga. Mengingat pembaca juga masih sedikit huhu.
Tapi terima kasih sudah membaca..
![](https://img.wattpad.com/cover/223518514-288-k636549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Sinopsis
SachbücherRiza Lidyana gadis yang tidak pernah menemukan seseorang yang bisa benar-benar mencintai dirinya, ketika ia sudah hampir tidak percaya dengan adanya cinta. Takdir mempertemukan dirinya dengan Vian Fernand Pratama sosok laki-laki panutan yang baik. S...