Selamat Membaca****
Riza berjalan menyusuri koridor menuju ruang OSIS untuk menemui sekretaris. Acara event show memang sudah selesai, tetapi masih ada beberapa tugas yang masih harus diselesaikan. Membuat laporan pertanggungjawaban salah satunya.
Disatu sisi riza merasa sedih dan rindu akan perjuangannya bersama para panitia dalam mempersiapkan acara tersebut, karena acara itu juga hubungan ia dengan Vian menjadi lebih dekat dan berkesan. Namun sekarang acara telah usai dan semua sudah berlalu.
"Apakah kedekatan kita seperti acara ini? Acara sudah usai, panggung sudah dibongkar. Dan semua telah menjadi kenangan" Dalam hati Riza.
Riza menyadarkan lamunannya dan bergeleng kecil. Ia tidak ingin berprasangka buruk dengan perasaannya, ia yakin pertemuannya dengan Vian bukan hal yang salah. Karena Tuhan telah mengatur kapan dan akan siapa kita akan dipertemukan.
Riza memasuki ruang OSIS dan menemui Jihan sebagai sekretaris. Ia ingin segera menyelesaikan laporan tersebut secepatnya.
"Jihan, kamu udh ngumpulin berkas acara kemarin belum??" Tanya riza dengan ramah
"Sudah mbak riza, aku lagi mau nyusun laporan nih" jawab jihan
"Alhamdulillah deh, jangan lupa konfirmasi ke bendahara ya buat perhitungan keuangannya" riza
"Siaaapp mbak ketoskuuuu" jawab riza sembari memberikan senyum gemashh
Jangan heran mengapa hampir semua teman riza memanggilnya dengan tambahan "mba" karena Riza memang berusia paling tua di antara mereka. Meskipun ada juga beberapa teman riza yang sama tua nya dengan riza, tetapi teman-temannya selalu memanggilnya dengan sebutan itu. Mungkin juga karena sikap riza yang cukup bijak dan dewasa sekaligus menjadi kakak untuk teman-temannya.
"Assalamualaikum mamaaanggg...."
Tiba-tiba suara cempreng datang dengan gerak gerik kerusuhan. Iyaaa Adit datang sambil membawa es kebo.
Memang ampun deh sama waketos sableng yang satu ini.
"Aadiiittt!!! Lu itu dari mana aja si hah bukannya bantuin gua" riza pun langsung menjewer adit. (Tenang adit mah santuyy)
"Aa-duuhh sakitt riza lepasin dong" adit meringis kesakitan
"Lagian lu itu kemana gw cariin ga ada, lu kan partner gw masa iya lu tega ninggalin gua sendirian mulu!" Riza sangat geram
"Assalamualaikum gaesss"
Sharen datang sama rusuhnya -_-"Yah suami istri lagi berantem" Sharen
"Gw tuh ke kantin mbak rizz, gw laper terus gw harus nemuin para fans gw di sana" ucap adit penuh kepedean
"Idih amit banget si lu dit! Udah punya mba riza sebagai istri juga" Jihan ikut menimpal
"Ett si jihan ogah gw punya suami macem dya" riza
"Ah apaan istri galak begitu, kerja nya jewer mulu, tiap pagi selalu bawel nelpon bangunin gua" adit
"Yah gua di kacangin dah" sharen
"Idihh gua punya suami kaya lu gua siram tiap pagi pake air sebaskom" riza emosi gaes wkwk
"Yaudah kalian nikah aja sana berdua " jihan
"Ih apaansih kenapa jadi bahas nikah, gw nikah ama dya bisa bonyok gua kena kdrt" tambah adit
"Gua juga ogah nikah ama lu panjull" riza
"Heloowww ada orang disini tau!!" Sharen
Sharen masih di kacangin gaes.
"Ah nyerocos mulu lu dit, nih mending lu bantuin cek divisi perlengkapan buat laporan" riza
"Iyaa ibu ketoskuu yang galak" senjata rayuan adit -_-
"Yaudah gua mau ke pak juan dulu, awas aja ya lu sampe kabur"
"Gua cerein lu jadi wakil" Riza
"Iyaa sayangkuuu" Adit
"Yah beneran dikacangin ini gua. Syedih" Sharen duduk di depan jihan dengan muka datar.
Mba Riza galak banget pantesan jomblo :v
"Aaadiiitttt mau bayar utang pulsaaa!!!" Tiba-tiba Sharen teriak seperti toa bocor.****
Riza duduk di hadapan pak Juan, mendengarkan beberapa penjelasan tentang tugas nya dengan pihak sponsor setelah acara dilaksanakan.
Tetapi Riza seperti kurang fokus memperhatikan pak Juan, karena ia melihat Vian yang sedang duduk di sofa ruang konseling ia sedang asik bercanda dengan rekan kerjanya kak Anisa yang juga menjadi staf.Riza merasa kurang nyaman melihat Vian yang asik bercanda, posisi duduk mereka pun cukup dekat. Hati Riza terasa panas seperti ada api yang membakar, bahkan AC di ruangan ini pun tak cukup mendinginkannya. Mungkin ini yang dinamakan rasa cemburu.
"Jadi kira-kira itu tugas yang harus kamu kerjakan setelah acara. Karena kita udah sepakat dengan pihak sponsor" Pak Juan
"Selain membuat surat ucapan terima kasih dan memberi piagam apa ada lagi pak yang harus kita buat??" Riza
"Sepertinya sudah cukup riz, kamu koordinasi ke sekretaris ya. Paling lambat 3 hari kedepan harus sudah selesai"
"Baik deh pak, kebetulan nanti saya mau rapat OSIS" Riza
"Oh iya bersama pak Hendra ya, kebetulan beliau lagi pergi. Jadi ga bisa hadir sekarang mendampingi saya" Pak Juan
"Oh begitu ya pak, pantesan bapak sendiri" Riza
"Ngga sendiri sih sebenarnya bareng Vian, cuma liat tuh dya lagi asik sama Anisa sampe lupain saya" Pak Juan
"Oh iya pak hehe" Riza tersenyum kecil. Seperti senyuman yang dipaksa. Memang terpaksa karena sebenarnya ia cemburu.
"Kalau begitu saya permisi ya pak, mau kembali ke kelas" Riza sambil menyalami pak juan
"Baik, jangan lupa ya nak" Pak Juan
"Siap pak, Assalamualaikum"
Riza berjalan menuju pintu keluar, tetapi saat melewati sofa tatapannya bertemu dengan Vian dan Anisa mereka tersenyum kepada Riza. Dan Riza membalas dengan senyuman yang penuh usaha untuk menyembunyikan rasa cemburunya.
"Huft kenapa gua jadi begini sih" keluh Riza saat keluar dari ruang konseling.
"Kenapa gua ngerasa panas liat mereka berduaan"
"Kenapa rasanya menyebalkan banget"
"Apa iya gua cemburu?"Riza berjalan dengan tatapan kosong yang masih memikirkan apa yang ia liat tadi di ruang konseling. Wajar saja jika ia cemburu, tetapi ia tetap berfikir positif. Ia tidak mau berprasangka buruk dengan Vian, karena ia yakin laki-laki yang ia suka adalah seseorang yang baik yang tidak suka mempermainkan wanita.
"Apakah iya api cemburu sedang membara di hati ini?"
To be continue....
Jangan lupa saran dan suara kalian, maaf banget sedikit dan kurang jelas. Mood lagi kurang baik soalnya hehe.
Doain terus ya semoga Vian dan Riza selalu baik-_baik saja.
Terima kasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Sinopsis
Bukan FiksyenRiza Lidyana gadis yang tidak pernah menemukan seseorang yang bisa benar-benar mencintai dirinya, ketika ia sudah hampir tidak percaya dengan adanya cinta. Takdir mempertemukan dirinya dengan Vian Fernand Pratama sosok laki-laki panutan yang baik. S...