"Merelakan, bukan tentang seberapa menyakitkan. Merelakan adalah tentang melepaskan, yang memang sudah seharusnya dilepaskan"
~RLdynt
(Recomend Backsound: Paul Kim
& Chung Ha-Loveship )***
Riza dan seluruh murid kelas 12 telah berkumpul di aula sekolah untuk melaksanakan upacara kelulusan. Memang tak terasa semuanya sudah dilalui, dengan rangakian ujian dan perjuangan yang telah mereka hadapi sampai pada hari ini menjadi hari yang membahagiakan dan bersejarah bagi mereka semua.
Angkatan mereka lulus 100% dengan hasil yang baik, begitu juga dengan Riza yang lulus dengan hasil nilai tertinggi dan mendapat beberapa penghargaan dari sekolah. Oh ya, ia juga menerima beasiswa untuk kuliah di London, dengan waktu dekat ia akan berangkat dan mengurus berbagai keperluannya menjelang kuliah.
"Mbaa ayuk kita foto" ucap Sinta dan Sharen yang saat ini mereka bertiga sedang ada di lapangan setelah acara selesai.
"Ohh ayo dong kita foto" ucap Riza yang sedang memegang bucket bunga dan beberapa penghargaan yang ja dapat dari sekolah.
"1... 2... 3... cekreek!!!"
Saat mereka sedang asyik berfoto tiba-tiba seorang laki-laki yang tak jauh lebih tua dari mereka, dengan rambut yang tertata rapih juga dengan setelan jaz formal berwarna hitam plus dasi berwarna biru tua, menghampirinya sambil membawa bucket bunga berukuran sedang.
"Rizaa...." ucap Vian yang menghampirinya dan langsung memberikan bucket bunga tersebut.
"Makasih ka" Ucap Riza kaku.
"Selamat yaa kalian semua atas kelulusannya" ucap Vian dengan ramah.
"Iyaa terima kasih kak" ucap mereka bertiga dengan serentak.
"Ehmm saya boleh pinjem Riza nya dulu sebentar?" Ucap Vian dengan senyum manis nya.
"Oh boleh kak silahkan ambil aja" ucap Sharen
Vian langsung menarik tangan Riza tanpa seizinnya. Ah masih sama saja!
"Aku pergi sebentar ya Ren, Sinta" ucap Riza yang berusaha melepas tangan nya dari genggaman Vian.
***
Kali ini Vian membawa Riza ke taman sekolah. Mereka duduk di bangku yang berada di bawah pohon yang sejuk. Sama seperti kala itu.
"Ada yang mau kaka bicarakan?" Tanya Riza yang sudah tak tahan berada dalam keadaan ini untuk kesekian kalinya.
"Terima kasih" ucap Vian yang tersenyum dengan tipis.
"Terima kasih untuk apa?" Jawab Riza yang terlihat bingung.
"Untuk semua yang udah kamu ucapkan ke saya beberapa minggu lalu. Terima kasih sudah meyakinkan saya dan membuat saya sadar untuk berubah jadi lebih baik" ucap Vian
"Saya hanya melakukan apa yang sudah seharusnya saya lakukan kak." Ucap Riza yang tak menatap ke arah Vian.
"Sekarang saya sudah tau tentang diri saya, hati saya. Dan cinta saya untuk siapa" ucap Vian yang setelah itu langsung menatap Riza dan mengarahkan gadis itu juga untuk menatapnya.
"Rizaa...." ucap Vian dengan senyum bahagianya.
"Saya akan menikah.... dengan perempuan yang saya cintai. Perempuan yang sudah saya pilih yang benar-benar ia ada di dalam hati saya." Ucap Vian yang membuat Riza sangat terkejut dengan apa yang ia katakan.
"Saya akan menikah dengan Syafra"
"Selama ini saya baru menyadarinya kalau saya memang cinta dengan nya. Dan saling mencintai. Terima kasih Riza telah menyadarkan saya untuk lebih mengenali hati dan perasaan saya"Sukses! Membuat Riza terkejut. Entah ia harus bahagia atau.... sudahlah.
Riza hanya tersenyum mendengar kabar yang baru saja ia dengar, yang membuat hati nya 'cukup' tercekat."Syukurlah kalau ka Vian udah menyadarinya. Dan berubah menjadi lebih baik" ucap Riza
"Selamat untuk kalian yang akan segera menikah. Semoga kalian selalu bahagia" tambah Riza
Vian kembali menghadap ke arah Riza, ditatapnya perempuan itu dengan intens.
"Riza, maafkan saya jika saya tidak bisa memberikan kisah cinta yang bahagia buat kamu"
"Maaf jika selama ini saya hanya membuat kamu tersiksa dengan perasaanmu ke saya"
"Maaf... jika pada akhirnya kita tidak bisa bersama. Saya hanya bisa mendoakan semoga kamu dapat seseorang yang jauh lebih baik dari saya, seseorang yang kamu cintai dan ia juga mencintai kamu dan selalu ingin membahagiakanmu"
"Maafkan saya, yang tidak pernah bisa membahagiakanmu"
Vian memeluk Riza dengan erat, tanpa sadar air mata mereka telah mengalir dengan sendirinya.
"Terima kasih sempat mengisi hati saya, terima kasih telah membuat saya merasakan jatuh cinta" ucap Riza saat menatap Vian.
"Terima kasih telah menuntun saya untuk menemukan seseorang yang saya cinta" ucap Vian
"Bahagiakan ka Syafra, jaga dia dan keluarga kaka nantinya. Maaf jika saya tak bisa hadir ke pernikahan kalian. Lima hari lagi saya berangkat ke London" Riza
"Jaga dirimu baik-baik disana, Jangan pernah putus asa! Harus selalu semangat!" Ucap Vian sambil mengepalkan kedua tangan nya ke atas. Sama seperti saat itu.
"Mulai detik ini... saya akan berusaha benar-benar menghapus segalanya. Menghapus kenangan yang udah kita laluin dan menghapus rasa cinta saya" ucap Riza yang hanya dibalas senyuman oleh Vian.
Sekali lagi Vian memeluk Riza dengan erat. Mungkin untuk terakhir kalinya sebelum mereka benar-benar berpisah dan terpisahkan.
Hari ini menjadi hari dimana mereka berpisah. Setelahnya mereka akan menjalani hidup dengan ceritanya masing-masing.
Vian dengan kebahagiaan hidup baru bersama seseorang yang ia cinta, Riza dengan kehidupan baru nya di tempat yang jauh dengan memulai segala perjuangan untuk meraih mimpinya.
Pertemuan mereka kemarin akan menjadi kesan dan kenangan tersendiri. Mereka memang pernah berada di dalam buku yang sama namun dengan halaman yang berbeda. Pertemuan mereka adalah sebuah lembar sinopsis yang didalamnya terdapat sebagaian dari cerita mereka yang pada akhirnya mereka kembali dengan halaman mereka sendiri dengan cerita masing-masing.
Next....

KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Sinopsis
Non-FictionRiza Lidyana gadis yang tidak pernah menemukan seseorang yang bisa benar-benar mencintai dirinya, ketika ia sudah hampir tidak percaya dengan adanya cinta. Takdir mempertemukan dirinya dengan Vian Fernand Pratama sosok laki-laki panutan yang baik. S...