Lokasi karaoke yang mereka kunjungi letaknya agak jauh dari kampus. Sengaja. Kazu dan Shuu sudah sering ke sana. Jadi mereka lebih familier dengan suasananya.
"Aku nggak tahu Shuu suka karaoke." Seki berkata, sementara mereka sedang memilih-milih lagu. Kazu sedang pergi kencing, tapi sudah lebih dulu memilih dua lagu di awal. Semangat sekali.
"Kalau sedang tidak latihan, kami biasa pergi karaoke."
Kami itu maksudnya Shuu dan Kazu.
"Latihan apa?"
"Band," jawabnya. "Aku dan Kazu ada dalam satu band."
OH.
Mulut Seki membulat.
Pantas saja Shuu yang semurni susu bisa akrab dengan gembel macam Kazu. Mereka ada dalam lingkaran yang sama. Satu frekuensi, seperti Yukiteru dan Seki.
Kalau dipikir lagi, penampilan Kazu memang dari awal sudah nyentrik. Sementara Shuu, meski tidak terlalu mencolok, dasarnya memang sudah ganteng. Keren. Kualitas utama personel band.
Seki mulai tercerahkan.
Pemuda itu mau bertanya lagi. Band macam apa yang Shuu masuki? Karena imej Shuu yang baik, mungkin genre-nya jazz. Tapi Kazu yang dekil tidak punya vibe jazz sama sekali. Tidak classy. Mungkin pop alternatif? Atau justru yang lain?
Sayangnya, waktu Seki baru mau bertanya, Kazu sudah selesai kencing. Pemuda itu seenaknya melemparkan pantat di antara Seki dan Shuu. Kemudian meracaukan sesuatu tentang mahasiswi cantik yang ditemuinya di koridor menuju kamar mandi.
Hmph. Tidak jadi. Seki tanyanya kapan-kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Call to Jupiter
General FictionPulih pasca operasi, Hagiwara Seki kembali ke universitas. Dengan jantung baru, ia mengekspektasi hidup yang luar biasa. Mengejar ketertinggalan perkuliahan. Pergi karaoke. Bersenang-senang. Namun setelah menghabiskan satu malam di ruang karaoke ber...