Kafetaria (2)

50 23 2
                                    

Maju lagi ke waktu sekarang.

Seki masih di kafetaria dan masih memandangi pamflet yang tidak tahu mau diapakan.

Konversasi dengan Inoue membawa bahan pertimbangan bagi Seki. Baik pertimbangan untuk menolak dan juga untuk yang lain.

Di satu sisi, Seki bersyukur tidak langsung bilang 'iya' pada Kazu. Di sisi lain, dia ingin tahu lebih banyak.

Jujur saja. Selama ini Shuu tidak kelihatan seperti orang yang cakap di atas panggung. Apalagi Kazu. Riwayat karaoke bersama satu kali membuat Seki meragukan lebih banyak soal dia.

Tetapi MAN!FEST-O dalam deskripsi Inoue adalah band yang luar biasa. Inoue mungkin cuma mendeskripsikan garis besarnya. Tetapi Seki bisa membayangkan bagaimana suasana saat itu.

Kalau mereka begitu bagus, kenapa vokalisnya pergi?

Pertanyaan semacam itu melintas secara alami di kepala Seki.

Sayang, kemarin dia tidak tanya soal itu pada Inoue. Lupa. Terdistraksi gara-gara Inoue memberi saran.

Apa Seki hubungi Inoue lagi saja buat tanya-tanya?

Ide bagus. Tapi Seki tidak punya nomornya Inoue.

Mereka tidak pernah chat. Cuma saling sapa kalau ketemu muka, lalu ngobrol biasa.

Sepanjang ingatan Seki, dia juga tidak pernah berhubungan secara khusus dalam mata kuliah dengan Inoue. Tidak pernah satu kelompok. Tidak pernah minta tolong macam-macam.

Kembali lagi ke awal: mereka memang tidak dekat-dekat amat.

Haah. Apa mesti keliling fakultas buat mencari Inoue?

Di tengah kebimbangan yang menyerang, ada seseorang yang mendatangi mejanya.

Laki-laki. Tinggi. Jaket kulit dan rambut yang agak gondrong entah kenapa memberi sedikit intimidasi.

"Hagiwara Seki?"

Suaranya dalam tapi renyah dan ramah sekali.

"Uh, iya?"

"Salam kenal. Aku Mihara Kohei."

Hah? Siapa lagi ini?

A Call to JupiterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang