Yang duduk di hadapan Seki namanya Mihara Kohei. Mahasiswa jurusan psikologi.
Buat apa mahasiswa psikologi susah-susah mencari Seki? Jawabannya menyambung dengan identitas yang satu lagi.
Selain mahasiswa jurusan psikologi, rupanya Mihara Kohei ini juga merupakan anggota MAN!FEST-O. Posisinya drummer.
Seki seketika bisa menduga tujuan Kohei ke sini.
Tidak jauh-jauh dari Kazu. Kalau bukan untuk membujuk, pasti menagih jawaban.
"Aku dengar dari Kazu kalau Hagiwara-san hobi menyanyi."
Sama seperti Kazu kemarin. Kohei mengawali percakapan mereka dengan basa-basi. Tipikal.
"Apa ini soal penawarannya Kazu?" Seki membuka duluan. Agak agresif, tapi nadanya masih berkesan hati-hati.
Beda dengan Kazu yang sudah dia kenali. Mihara Kohei ini seratus persen asing. Meskipun sejauh ini Kohei hanya duduk santai dan tidak menunjukkan gelagat mencurigakan, Seki tidak boleh langsung percaya.
Ngomong-ngomong, kenapa juga dia bisa menemukan Seki?
Padahal Seki yakin, dia sudah kabur sebaik mungkin.
(Agak jauh di meja depan, ada gerombolan mahasiswi. Kawan gosip Kazu. CCTV berjalan. Seki tidak seantetif dugaan.)
Gelagat Seki yang seolah segan melonggarkan waspada ini tertangkap mata Kohei. Jadi alih-alih langsung menjawab, pemuda itu justru menatap Seki penuh simpati.
"Ah. Kazu pasti sudah membuat harimu berat, ya."
Mulut Seki tidak menjawab. Tetapi muka sedihnya seperti bilang 'iya'. Seperti anak anjing yang mukanya gampang terbaca. Kohei merasa tidak enak.
"Maaf, ya. Kalau terlalu bersemangat sama sesuatu, dia suka tidak memperhatikan sekitar."
"Tidak perlu minta maaf. Anak itu cuma menggangguku satu hari."
Betul. Cuma satu hari. Karena besoknya langsung mati-matian dia hindari.
"Selain itu, sebetulnya aku baru mau bilang pada Kazu kalau aku menolak tawarannya."
Seki jarang-jarang bicara langsung ke inti. Tapi saat ini, dia berharap pembicaraan ini selesai. Kohei pun bisa segera pergi.
Akan tetapi, pemuda itu tidak bergerak dari kursi. Malahan dia santai menyeruput es kopi.
"Tidak apa-apa." Kalimat Kohei masih ramah. "Sejak Kazu menghubungiku dan bilang mau merekrutmu, aku sudah memprediksi kau akan menolak."
Mata Seki, yang irisnya warna hitam, berkilat kebingungan.
Prediksi dari mana? Mereka bahkan belum pernah ketemu. Apa orang ini cenayang?
"Betul. Aku ini cenayang!"
Seki loncat dari kursi. Kaget betulan. Pikirannya dibaca. Astaga. Mimpi buruk macam apa ini?!
Karena refleks Seki terlalu cepat, orang-orang sampai menoleh ke tempat mereka. Heran.
Kohei malah tertawa keras.
"Aku bercanda, Hagiwara-san!"
Seki kelihatan tidak percaya.
"Serius. Astaga! Ini tahun berapa dan kau masih percaya cenayang?"
Seki akhirnya duduk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Call to Jupiter
Ficción GeneralPulih pasca operasi, Hagiwara Seki kembali ke universitas. Dengan jantung baru, ia mengekspektasi hidup yang luar biasa. Mengejar ketertinggalan perkuliahan. Pergi karaoke. Bersenang-senang. Namun setelah menghabiskan satu malam di ruang karaoke ber...