Sebetulnya, mengabaikan betapa rusak kualitas vokal Kazu, Seki menikmati ekspresi pemuda itu sepanjang lagu.
Kata orang, percaya diri dan tidak tahu malu batasnya cuma seujung kuku. Tapi mau Kazu murni hanya pecaya diri atau betulan tidak tahu malu, dia jelas paham bagaimana caranya menikmati musik dengan segenap hati.
Di ruangan kedap suara berlampu totol-totol, energinya ruah. Agak berantakan, tapi menyenangkan dilihat. Seandainya suara Kazu lebih bagus sedikit, mungkin anak itu sudah lama rekaman.
(Band macam apa yang Kazu dan Shuu naungi? Seki bertanya dalam hati.)
Setelah lagu pertama habis, Shuu tiba-tiba berdiri. Dia menarik Kazu dari tengah ruangan, lalu mengalihkan mikrofon ke tangannya. Ada jatah satu lagi mikrofon di meja. Langsung Seki rampas, meski tahu ini masih jatah lagunya Kazu. Pokoknya, tidak ada lagi kesempatan nyanyi buat Kazu. Titik.
"Curang!"
"Bodo amat!"
Seki defensif. Shuu melindungi. Mungkin ganti permohonan maaf karena hampir membuat kuping Seki tuli.
Dua lawan satu. Kazu tersudut. Apa-apaan ini!
Kazu protes. Tapi, toh, tidak lama. Sebab waktu Shuu dan Seki mulai menyanyi, dia mulai jadi tim hore. Mungkin karena Kazu dasarnya gampang dihibur. Atau bisa jadi juga, karena Shuu dan Seki menyanyi dengan padu. Dia suka semua yang merdu.
Suara Shuu adalah suara yang rata-rata dimiliki pria. Tidak terlalu berat, tidak terlalu tinggi. Tengah-tengah. Jangkauan nadanya juga tidak istimewa. Agak sengau dan banyak napas yang menyusup di celah vokal, kadang terasa diseret, sebab tidak pernah dapat pelatihan menyanyi secara serius.
Kazu mafhum. Kualitas pita suara memang bukan yang Shuu banggakan.
Seki. Seki ... Seki ....
Meski tidak kelihatan dari luar, rupanya anak itu tahu caranya menyanyi. Suaranya lebih tinggi daripada Shuu. Entah kenapa terasa cocok dengan cara Seki menyanyi: hampir riang. Kau tahu, energi yang sama ketika bocah polos disuruh menyanyi waktu darmawisata. Menyenangkan didengar dan kau gatal mau ikut bergabung juga.
Kazu tidak memperhatikan apa semua nadanya tepat. Tetapi ini tempat karaoke di area urban, bukan panggung audisi dengan sekian banyak juri. Peduli setan kau bisa menyanyi dengan keakuratan nada 100 persen atau tidak.
Dan,
perasaannya saja atau memang cara Seki menyanyi mengingatkan Kazu pada seseorang?
Sosok yang presensinya di panggung begitu membutakan.
Jupiter.
Kazu kurang mengerti.
Yang Kazu pahami, dia sudah bergabung bersama Shuu dan Seki.
Kamera ponsel di tangan Kazu aktif.
Mode video.
/We*/
/Become idiots, dance in midair/
/And forget about the present, rat-tat-tat/Seperti kata liriknya. Hari itu, dalam ruang karaoke yang disewa dua jam, mereka menyanyi, menari dan menjadi para idiot.
*Lagu yang dinyanyikan oleh Shuu dan Seki adalah Nonsense Literature - Eve ft Sou.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Call to Jupiter
General FictionPulih pasca operasi, Hagiwara Seki kembali ke universitas. Dengan jantung baru, ia mengekspektasi hidup yang luar biasa. Mengejar ketertinggalan perkuliahan. Pergi karaoke. Bersenang-senang. Namun setelah menghabiskan satu malam di ruang karaoke ber...