A Call to Jupiter

Rekam Jejak

"Mereka sudah pernah live? Berarti secara teknis, mereka bagus?"

"Waktu dulu, mereka cuma jadi pembuka buat live konser band yang mau kutonton. Tapi aku tidak bisa bohong. Mereka betulan bagus."

Inoue menceritakan bagaimana bagusnya permainan mereka, sampai live house berkapasitas 50 penonton yang dia datangi ketika itu terasa seperti konser betulan.

Permainan mereka rapi. Hentakan drumnya tajam. Kemudian vokalis dan MC yang sama-sama tahu bagaimana caranya menghidupkan panggung.

Band yang mau Inoue tonton sudah lumayan punya nama di kalangan pecinta rock Indie. Asalnya dari Hokkaido, tapi mereka sudah tur sampai ke Yokohama. Setiap tur, mereka selalu menggaet satu band baru bertalenta sebagai pembuka.

Itu merupakan kesempatan luar biasa. Biar posisinya cuma sebagai pembuka, tapi manggung bersama band yang sudah punya nama bisa mengumpulkan sumber daya paling penting: basis fans.

Di tahun itu, MAN!FEST-O dapat kehormatan.

Kalau mendengar cerita Inoue, jantung Seki berdegup-degup. Tidak menyangka di sekelilingnya ada Kazu dan Shuu—orang yang sudah pernah merasakan panggung dengan sebegitu meriah.

"Mereka sangat berpotensi jadi rising star, kalau menurutku. Tampil live beberapa kali lagi, mereka pasti bisa masuk ke Rockdeck."

Rockdeck Festival atau biasa cuma disebut Rockdeck adalah salah satu festival yang rutin diselenggarakan tiap musim panas di Tokyo. Pesertanya adalah band-band Indie. Seki pernah nonton liputannya di televisi satu kali.

"Tapi kalau mereka cari vokalis begini, sepertinya mereka bakal butuh waktu untuk penyesuaian lagi, ya. Maksudku, mereka ternyata sebagus itu ...."

Inoue menatap Seki. Alisnya naik sebelah. "Kau tertarik buat jadi vokalis mereka, Hagiwara?"

Seki menggaruk belakang kepala. "Aku ... ditawari. Tapi aku masih tidak tahu mereka band macam apa dan sejujurnya aku—"

"Aku kasih saran ya; Jangan."