Chapter 20

88 13 3
                                    

Malam, sekelebat waktu yang singkat, tapi punya arti besar bagi bumi dan manusia. Malam ini tak seperti biasanya. Lebih dingin, tak seperti pekan-pekan atau bulan-bulan yang telah berlalu.

Seoul, kota ini mulai bersimbah sejuk malam. Mungkinkah  menurunnya suhu pada bumi ini yang semakin menderu dari waktu ke waktu, dan menyemburkan hawa dingin? Tak tahu pasti, yang jelas malam ini cukup dingin.

Gadis cantik, putih mulus, rambut panjang bergelombang ikat satu, tinggi semampai, memakai blus kantor berwarna nude leher berpita, lengan kerut berpita dengan rok hitam sepanjang lutut serta sepatu formal berwarna peach melba paduan garis silver, tinggi sepatu 7cm.

Dia berdiri sembari menunggu bus mengantarnya pulang ke rumah, sekali-kali mengembuskan napasnya untuk menghangatkan tangannya yang terasa membeku.

Kembali duduk memagutkan kedua kaki jenjangnya. Dia tak memakai celana panjang alhasil kakinya ikutan kedinginan.

"Kau paling anti dengan dingin." tepat di hadapan gadis itu, berdiri entah siapa. Dia menatap jenjang kaki beralas sepatu kets.

Dia menengadah ke atas melihat sosok pria, pria itu tersenyum.

"Kau... Kenapa ada...  Di sini?" rasanya canggung berhadapan dengan pria itu lagi. Gadis itu benar-benar kikuk.

Dia berdiri menatap datar pria di hadapannya, namun pria itu tetap memancarkan senyuman manisnya.

"Aku kebetulan lewat dan melihatmu. Biar kuantar kau pulang." Gadis itu berpikir, apakah ini bagus untuknya? Mungkin ini kesempatannya untuk berbicara berdua.

Dia mengangguk, pria itu memarkir motornya di depan bus mengambil satu helm untuk diberikan pada gadis itu.

Di tempat yang sama, seorang pria geram dengan apa yang dilihat dengan matanya. Dia berusaha mengejar tapi terlambat, mereka berlalu lebih dulu dari sana.

"Keparat kau Yong Hwa." dia meninju tiang halte membuat orang lain menatapnya heran.

Dia tak peduli, saat ini emosionalnya menguasai dirinya.

****

"Sudah sampai." Gadis itu turun dari motor dan memberikan helmnya kembali.

Lantas pria itu menyimpan helmnya, digantung celah stir motornya. Gadis itu tidak beranjak dari sana, dia masih berdiri menunggu sesuatu.

"Yong Hwa..." panggilnya.

Pria itu berbalik menatap gadis itu, "Iya, Shin Hye. Ada apa?"

Shin Hye menunduk menatap pagutan kakinya, "Kau masih marah?"

Yong Hwa mengembuskan napas dalam-dalam, "Apa kita bisa membicarakan soal ini lain kali? Kau perlu istirahat." Sikap pengertian inilah yang membuat Shin Hye merasa tak ingin kehilangan Yong Hwa.

"Baiklah." dia berjalan dengan lesu. Hari ini dia ingin semuanya beres biar hatinya pun tidak ikut berkecamuk terus menerus.

"Kalau kau memilih Joong Ki aku bisa apa. Kau benar, cinta tidak harus dipaksakan tapi menerima dengan lapang." Shin Hye berbalik mendengar Yong Hwa.

Senyuman tulusnya membuat Shin Hye merasakan kehangatan kembali. Dia berlari ke Yong Hwa memeluknya erat.

"Aku senang akhirnya kau kembali menjadi sahabatku, Yong Hwa." dia melepaskan pelukannya.

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang