10

8 1 0
                                    

Aku melongo bukan main. Keheran-heranan dengan tas juga koper yang dibawa Ayana, sekarang aku mengetahui apa isinya. Ransel yang dibawanya berisi makanan ringan semua. Sedangkan, barulah koper kampret itu berisi barang-barang pribadi Ayana. Melihat itu aku hanya diam dan tersenyum sebal padanya. Ayana yang mengetahui makna senyumanku hanya meringis menyogokku dengan makanan manis. Huhh, dasar Aya. Untung makanan manis adalah hobiku. Sekarang akukan jadi tidak punya alasan menjitaknya.

Sambil makan, kesempatan waktu luang itu kugunakan untuk curhat tentang kejadian tentang Kak Jordan waktu itu. Reaksi Aya pertama kali juga kaget sama sepertiku.

"Gilaaa, gila banget." Ucap Ayana

"Menurutmu Kak Jordan sengaja gak?" Tanya Ayana

"Kalo menurutku enggak. Soalnyakan jalan emang licin sama lumut, tangganya juga ga lebar. Ekspresi Kak Jordan juga lumayan kaget."

"Yakin? Perasaanku ga enak Dir. Kalau dia cowok harusnya dia ngehindar. Dilihat dari perlakuannya dia ke kamu, bisa jadi dia juga suka sama kamu."

"Ah, ga ada bukti. Kalo Hesa jelas, dia udah pernah nyatain perasaannya ke aku, kita juga pernah ciuman."

Mampus, gobloknya aku yang kelepasan. Mataku terbuka lebar-lebar mendengar apa yang barusan kukatakan. "Gila aku" itulah yang ada dipikiranku sekarang. Aku mana bisa berbohong kepada Ayana.

"Wait, wait,ciuman gimana? Jangan bilang waktu di UKS itu?"

Aku menceritakan semua kejadian yang terjadi padaku dan Hesa. Setelah mendengar ceritaku, reaksi Ayana berubah SEMBILAN PULUH DERAJAT. Dia kaget bukan main. Ayana dan aku tidak pernah sekalipun pacaran seumur hidup. Sekali ada yang menyukai kami, kami tak pernah banyak memikirkannya.

"Ay, kaget banget ya." Guncangku kepada Aya yang masih mematung.

"Gila!!! Kamu ke-ke-kesambet apa?" Ucap Aya gagap.

"Mampus aku, salah deh cerita ini ke Ayana." Sesalku dalam hati karna mendapati Aya yang shock berat.

"Makannya itu, aku juga engga tau Ay. Terus gimana dong? Ga ada saran gitu?"

"Aku juga ga tau menau, tauk. Tapi, saranku sih ikutin kata hatimu. Aku ga tau seberapa tulus Hesa suka ke kamu atau seberapa serius dia sama perasaannya. Ada baiknya kamu tanya ke dia juga, kayaknya sih tapi" ucap Aya tak yakin.

"Aku masih trauma ay, jujur masih takut. Tiap keinget yang enggak-enggak pasti perasaanku ga enak. Otomatis malah jauhin Hesa sendiri. Ada perasaan mual dan gelisah yang ngekor dari masa lalu."

Sontak Ayana memelukku dan menepuk-nepuk pundakku. Dirinya tak mengeluarkan sepatah katapun, akan tetapi, perasaan yang Ayana salurkan tersampaikan dengan hangat padaku.

***

"Brakkkk"

"Brukkkk"

Dari luar barak medis, terlihat panitia yang ramai berkumpul disana. Aku dan Ayana sempat bingung kenapa panitia berlarian kesana. Tidak semua sih, sebagian besar anak acara.

Lalu, terdengar kata-kata, "Eh, Hesa berantem sama Kak Jordan di barak medis. Tolongin! Tolongin itu!" Ucap seorang cowok yang tidak sengaja melintas dari jendela.

Aku dan Ayana baradu tatap. Mata kami bingung dan mulut kami tak henti-hentinya menganga seakan berkata, "Hah?" Apa maksudnya itu? Hesa bertengkar? Sama Kak Jordan?

Kami berlari menuju barak medis. Akan tetapi, kami sudah tidak menemukan keramaian lagi di barak tersebut. Keadaannya juga terlalu tenang hingga seperti tidak ada pertengkaran sebelumnya. Orang-orang beraktivitas seperti biasa. Aku mendongakkan kepala kepada Ayana tanda bertanya. Namun, Ayana membalasnya dengan kode tubuh yang sama.

Hesa, Aku, dan Kami [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang