4

11 1 0
                                    

Pulang

Apa artinya pulang?
Dimana tempat yang dimaksud dengan pulang?
Apakah ada di dunia ini?
Atau ada di dimensi lain yang tidak kita kenali?

Aku disini diam, tak berkutik
Merasakan kekosongan yang mengerikan
Begitu terluka, dingin, dan perih

Bukankah aku memilikinya?
Tempat dimana kita semua pulang
Tempat itu kalian sebut dengan "rumah
Sungguh aku memilikinya
Namun, apakah artinya akan sama?

Rumahku bukanlah kepulangan yang hangat
Tempat itu merupakan sarang penyakit mengerikan
Yang menggrogoti dan mengejarku
Yang tetap ada meski aku merasa baik-baik saja
Penyakit itu membuatku tak hidup dan tak mati
Mencengkramku jatuh dalam derita dibalik selimut kehidupan

Aku rindu...,
Rindu untuk pulang menuju tempat sesungguhnya.
Rindu dengan kata "pulang yang sebenarnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Semua peserta makrab merapikan barang-barang mereka. Mereka berusaha beradaptasi dengan tempat ini. Ada yang berjalan-jalan atau hanya beristirahat di dalam barak. Sedangkan, para panitia sedang rapat di barak yang lain. Sepertinya panitia akan membahas mengenai kegiatan nanti malam. Akan ada pembacaan puisi dari orang-orang terpilih. Kami memilihnya secara acak.

Saat aku menyimak penjelasan Davin, mataku tak henti-hentinya terperanjat. Panitia juga diharuskan membuat puisi dengan tema PULANG. Entah apa yang membuatku terkejut dengan tema itu. Entah mengapa kata yang keluar tersebut membuat hatiku sakit. Membuat mataku hampir saja meneteskan air mata.

Selembar kertas disodorkan padaku oleh Riana. Pantas saja kami disuruh membawa bolpoin, ternyata untuk ini. Untung saja aku membawa bolpoin dan pensil di dalam ranselku. Dan beruntungnya aku yang sekarang membawa bolpoin.

Semua orang mulai menulis dan mencurahkan inspirasi mereka. Namun, berbeda denganku, aku tidak ingin menulis puisi ini. Aku tidak ingin, sangat tidak ingin. Rasanya jari-jemariku kaku tak bergeming.

Kertasku masih saja kosong tanpa satu inspirasi bagus yang datang padaku. Lebih tepatnya, aku tidak memiliki pengalaman bagus tentang hal ini. Tidak ada pengalaman bagus yang membekas pada diriku atau pengalaman tentang hal yang berkaitan dengan kata "pulang. Selama ini aku sendirian. Sendirian tanpa ada orang lain yang mengasihiku. Tanpa ada seseorang yang mungkin mau menggandeng hangat tanganku.

"Dira?" Tegur Ayana

"Ya?"

"Kok belum diisi?"

"Gak mau ngisi. Ini wajib ya?" Ucapku dengan ragu.

"Iya wajib. Kenapa ada kesulitan?"

"Enggak."

"Oke, guys. 10 menit lagi dikumpulin ya kertasnya." Teriak Davin

Aku pasrah. Pelan-pelan aku menulis apa yang hanya bisa kutulis. Aku hanya memberi judul puisi itu seadanya tanpa memberi namaku. Dengan terpaksa aku menyondorkan kertas yang kutulis tadi kepada salah satu panitia.

Ketika aku mengumpulkan kertasnya, ada perasaan tidak enak yang mengganjal dalam hatiku. Sungguh ini bukan suatu keberuntungan. Aku berharap ketika pengacakan nanti, bukan puisiku yang terpilih. Tapi firasatku berkata lain. Hatiku gelisah. Aku takut kalau-kalau feelingku benar, kalau-kalau puisikulah yang terpilih.

Panitia mulai mendekorasi barak acara. Menggelar karpet atau tikar, lalu menyiapkan panggung pembacaan puisi, dan banyak hal lain. Kemudian setelah waktu yang ditentukan para peserta makrab dituntun untuk memasuki acara makrab hari ini di barak yang telah kami siapkan.

Hesa, Aku, dan Kami [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang