#6

8.4K 691 3
                                    

"Kenapa lo telat?" tanya Ajja.

"Kesiangan, semalem gue bergadang nonton bola sampe jam 3," ucap Zyodan sambil cengengesan.

Tangan Ajja mengusap lembut dahi Zyodan lalu turun ke pipi dan berakhir di bibir. Dengan perlahan Ajja menyatukan bibir Zyodan dengan miliknya.

Mereka saling menikmati.

Tangan Ajja mulai nakal, ia meraba penis Zyodan yang sudah mengeras.

Tangannya beralih ingin membuka sweater yang Zyodan pakai namun dengan cepat Zyodan cegah.

"Buka aja," kata Ajja.

"Nanti aja dikelas,"

"Kenapa? Lo masih sakit? Mau ke uks aja?"

Zyodan menggeleng. Keduanya saling diam.

Ajja tidak betah dengan situasinya, ia memandang Zyodan lekat. Ajja membawa Zyodan ke dalam pelukannya.

Zyodan membalasnya, wajahnya ia benamkan di leher Ajja. Ajja mengelus dan mencium rambut Zyodan.

Ketika Ajja ingin mencium leher Zyodan, ia tak sengaja melihat tengkuk Zyodan yang terdapat luka goresan.

Ia terkejut. Ajja membuka sweater Zyodan dengan paksa. Agak susah karena Zyodan berontak namun dengan segala kekuatannya Ajja membukanya hingga kancing baju seragam Zyodan terlepas semua.

Ajja semakin terkejut. Luka goresan dan beberapa memar terpampang jelas ditubuh Zyodan.

Zyodan meringis karena tubuhnya sempat terdorong ke lantai.

"Kenapa?! Siapa yang lakuin ini semua?!" tanya Ajja emosi.

Zyodan membisu. Ia tak tahu harus menjawab apa.

"JAWAB! Apa yang mau lo sembunyiin dari ini? Hah?! Lo mau ngelindungin dia setelah dia berbuat ini ke lo?! Gak mungkin lo yang lakuin ini sendiri kan? JAWAB ZYO SIAPA YANG LAKUIN INI?!!" bentak Ajja.

Lagi lagi Zyodan dimarahi. Ia masih terdiam. Kenapa semuanya memarahinya? Tidak bisakah berbicara dengan baik dan halus? Apa dengan membentak semuanya bakal terjawab?

"Lo... Siapa? Maksa-maksa gue buat jawab?"

Ajja tertegun. Ia tak membayangkan bakal jadi seperti ini. Zyodan, marah padanya.

"Bukan gitu, maksud gue..."

"Kalo gue gak mau jawab kenapa? Lo bakal ikut nyumbang luka disini?" Zyodan menunjuk bagian dadanya.

Ajja memegang kedua pipi Zyodan.

"Gak gitu. Zyo pliss.. Lo ikut gue sekarang."

>>>><<<<


Disini, ditempat ini lagi. Lagi-lagi Zyodan bolos.

Ajja keluar dari kamarnya membawa kotak p3k.

Zyodan sesekali meringis saat obat itu menyentuh lukanya.

Ketika selesai, Ajja membalutinya dengan perban. Tubuh Zyodan sekarang telah terbungkus dengan perban.

"Maka.." ucapan Zyodan terpotong saat Ajja langsung memeluknya.

"Lo kebanyakan makasih,"


>>>><<<<

09:10

Zyodan baru saja bangun dari tidurnya. Ia hanya bisa membuka matanya, seluruh tubuhnya terasa sakit. Entah apa yang diberikan Ajja, efek obatnya berbeda dengan minyak yang dibaluri oleh Kiana semalam.

Samar samar Zyodan mencium bau masakan. Bau nya seperti steak buatan Ajja waktu itu. Zyodan berharap Ajja membuatnya lagi untuk dirinya.

Sudah 5 menit Zyodan menunggu akhirnya Ajja datang membawa dua piring ditangannya.

"Udah bangun?" tanya Ajja sambil menaruh piring itu di meja sebelah kasurnya.

"Shhh..." Zyodan mendesah. Ia bangkit melawan rasa sakitnya demi steak buatan Ajja.

Ajja membantu Zyodan untuk duduk dan mereka pun menikmatinya.

Setelah selesai makan. Ajja dan Zyodan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Zyodan sibuk bermain ps sedangkan Ajja sibuk chattan dengan Julio yang sedang marah-marah gak jelas.

"Halo,"

"..."

"Apaan sih lo marah marah gak jelas,"

"..."

"Berkas apaan sih? Lo aja deh yang urus,"

"..."

"Yaudah bilang ke Pak Usup gue ngundurin diri jadi ketos,"

"..."

"Ribet lo, yaudah gue balik lagi kesana tapi gue gak mau ke kelas jadi gue minta tolong bawain tas gue, oke? Thanks nyet." Ajja memutuskan panggilan.

Ajja memakai kembali seragam sekolahnya lalu mengambil kunci motornya.

"Zyo, gue mau balik lagi ke sekolah lo disini aja ya bentar doang gak lama,"

"Tunggu, anterin gue pulang sekalian dong,"

"Lo nginep aja, gue gak mau lo kenapa-napa,"

"Kalo lo gak mau gue kenapa-napa, anterin gue pulang sekarang,"

"Gue pergi dulu," Ajja berlalu meninggalkan Zyodan.

>>>><<<<

Sekarang Ajja berada di rumah Julio dengan mood nya yang berantakan. Tadi, setelah Ajja kembali menemui Julio disekolah, ia tak menemukan Zyodan di apartment nya.

"Telpon goblok," kata Julio ngegas.

"Gue aja gak punya nomor nya, mana? Lo ada gak?" tanya Ajja.

"Bukannya lo dah deket sama dia? Kenapa gak minta? Tololnya amit-amit," ucap Julio yang sudah kesal.

"Anjing lo, gue gak kepikiran, lagian setiap gue bareng dia gak pernah tuh keluarin hp nya,"

"Eh.. Iya juga ya,"

"Tololnya amit-amit." ucap Ajja sambil mengetuk-ngetuk meja dengan tangannya.

Ajja bangkit dari duduknya mengambil tas sekolahnya lalu pergi begitu saja tanpa pamit.

Bruk!

"Dasar monyet."

"Lo tai nya." bales Ajja dari tangga.

****

Love at First Sight (BXB) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang