Selesai mengurus surat-surat nya, Ajja langsung menuju kantor Raka. Baru awal-awal saja Ajja sudah dibuat pusing. Ajja hanya bisa berharap ia bisa terbiasa dengan pekerjaan nya ini.
>>>><<<<
Ajja menoleh sana sini mencari keberadaan Zyodan, karena banyaknya siswa dan siswi keluar gerbang membuat Ajja susah untuk mencarinya.
Sudah sepuluh menit lamanya Ajja menunggu tetapi orang-orang tak kunjung sepi, semua tampak mengerubungi tukang jajanan.
Ketika ia melihat-lihat lagi Ajja pun menemukan keberadaan Zyodan yang sedang membeli telur gulung.
Ajja terus memperhatikan Zyodan yang kesusahan untuk memesan karena banyaknya orang yang membeli. Ajja tertawa saat Zyodan menjahili teman-teman nya dan berakhir kepala Zyodan di pukul.
Ajja mengeluarkan handphone nya berniat untuk memvideokan Zyodan. Pada saat Ajja menekan tombol rekam, Zyodan tiba-tiba mengambil telur gulung yang berada ditangan sang penjual lalu lari terbirit-birit menuju mobil Ajja. Ajja tahu, Zyodan belum membayarnya.
Clek! Brak!
Zyodan memasuki mobil Ajja sambil tertawa. "Udah bayar belom?" tanya Ajja.
Zyodan memakan telur itu dengan lahap, "Udah lah," jawabnya sambil mengunyah.
Ajja tidak menjalankan mobilnya, ia menghitung telur gulung yang berada ditangan Zyodan, cukup banyak menurut Ajja.
Ajja pun mengeluarkan dompetnya dan memberikan selembar uang kertas sepuluh ribu, "Bayar dulu gih, gak boleh begitu, kebiasaan!"
Zyodan hanya terkekeh lalu mengambil uang yang Ajja berikan. Zyodan menaruh makanannya di tempat duduknya. Ajja pun mengambil satu dan memakannya.
Diperjalan.
"Kita tengokin dede bayi yuk, Ja," ajak Zyodan, sungguh ia sangat ingin melihatnya dan menggendongnya.
Ajja mengangguk setuju dan bergegas menuju rumah sakit.
>>>><<<<
Sebelum memasuki ruangan, Ajja dan Zyodan mencuci tangannya hingga bersih. Ajja membuka pintu ruangan itu yang sudah terdapat Seva, Resti, dan Gibran.
Ajja menghampiri bayi nya yang berada di gendongan Resti. "Anakmu ganteng banget, Ja," ucap Resti.
Ajja tersenyum sambil mengelus pipi sang bayi. Zyodan pun ikut mengelusnya seketika itu Seva berbicara, "Jangan sentuh,"
Mereka menoleh ke arah Seva yang sedang menatap Zyodan tak suka. "Maaf," hanya itu yang bisa Zyodan katakan lalu kembali melihat bayi itu.
"Pegang aja gak papa," kata Ajja.
"Sampai lo pegang-" ucapan Seva terpotong.
"Kenapa? Anak lo, anak gue juga kan? Kalo gue gak ngelakuin hal itu, lo gak bakal punya Yeza sekarang,"
Suasana pun menjadi hening. Resti dan Gibran bungkam, entah apa yang harus mereka lakukan.
"Gue takut anak gue ketularan," ucap Seva sinis.
"Itu bukan penyakit! Sekalipun itu penyakit juga gak ada efek menular nya! Emang lo kira gue kayak gini ketularan? Enggak sama sekali! Cinta gue ke dia murni, tumbuh dengan sendirinya," Ajja berkata dengan mata yang berkaca-kaca, ucapan Seva sangat menyakiti hatinya.
"Jujur, om, tante, Ajja seneng banget waktu denger Seva hamil, Ajja udah bertekad untuk bahagiain Seva dan anak kita nanti, Ajja kira cuma Seva yang bisa nuntun Ajja ke jalan yang benar, tapi apa? Ajja udah cukup tersakiti dengan kelakuan dan perkataan nya selama ini," jelas Ajja. Ia pun menarik lengan Zyodan untuk keluar dan pergi dari sana.
Sesampainya di mobil tangis Zyodan pun pecah, Ajja juga ikut menitikkan air mata nya. Akhir-akhir ini hati Ajja penuh dengan kegelisahan dan kemarahan. Semua berawal karena Seva.
>>>><<<<
Tok! Tok!
"Nak Ajja di panggil papa," ucap seseorang dari luar kamar.
Ajja tidak bangkit dan berkata sedikitpun, ia terus memeluk Zyodan. Zyodan menatap pintu, "Biarin aja," ucap Ajja.
Tak lama, suara ketukan pintu kembali terdengar. "Ja, keluar dulu sebentar papa mau ngomong," kini Raka lah yang berbicara.
Ajja tahu, orang tua Seva datang ke rumahnya, entahlah mereka ingin ngapain Ajja tidak ingin melihatnya.
Dirasa percuma, Raka pun menyerah dan pergi meninggalkan pintu Ajja yang terkunci.
"Ja, emang bener gue ini pembawa sial, kalo gue gak ada disini, lo gak bakal ngerasain ini," ucap Zyodan.
"Cukup, Zy, sampai lo pergi ninggalin gue, gue juga akan pergi untuk selamanya."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at First Sight (BXB) END✓
Teen Fiction"Gue tipe orang yang blak-blakan. Gue tertarik sama lo, gue minta Julio buat deketin gue sama lo, bukan hanya sekedar teman atau sahabat tetapi sebagai kekasih, jujur gue baru pertama kalinya punya perasaan aneh sama sesama jenis. Kalo lo gak kebera...