#4

9.4K 772 27
                                    

"Gue.. Cinta sama lo, Zyodan."

Belum sempat Zyodan berbicara, Ajja sudah menempelkan bibirnya dengan bibir milik Zyodan.

Kaget? Jangan ditanya. Zyodan berusaha mengakhirinya namun dengan cepat Ajja menguncinya ditembok.

"Mmph.. Jaa.. Stopp.."

Di lain tempat.

"Eh liat deh, itu cowo sama cowo ciuman di balkon," ucap mbak-mbak alf*mart sambil nunjuk balkon apartemen.

"Ihhh iya, mereka lucu bangettt!" mbak-mbak itu bergidik geli saat temannya yang fujoshi kegirangan.

"Kayak di paksa gitu gak sih? Kasihan tuh yang satunya kayak pengen nangis gitu,"

"Gak tau deh, gak kelihatan terlalu jauh mata gue kan minus,"

"Azab kebanyakan nonton BL tuh."

Balik lagi ke balkon.

Tanpa memperdulikan Zyodan, Ajja terus melumat sesekali menggigit lidah milik Zyodan.

Kini wajahnya memerah, Zyodan butuh nafas. Dengan mendorong tubuh Ajja menggunakan kakinya, Zyodan berhasil menyudahinya.

"Ha.. Ha... Maaf Ja, gue gak kuat," Zyodan mengelap bibirnya yang sudah dibanjiri oleh air liur dengan tangan kirinya.

"It's okey, gue yang seharusnya minta maaf. Maafin gue.." Ajja menunduk merasa bersalah.

"Jangan bikin kaget." Zyodan menepuk pundak Ajja pelan.

>>>><<<<

Di meja makan. Ajja dan Zyodan menikmati steak dengan kentang goreng bikinan Ajja. Sangking enaknya, Zyodan meminta Ajja untuk bikin lagi.

"Enak Ja, baru kali ini gue makan steak, makasih Ja." ucap Zyodan girang.

Ajja yang sedang minum melangkahkan kakinya mendekat ke Zyodan lalu mengusap rambutnya gemas.

"Zy, gue minta maaf sama perlakuan gue tadi,"

"Gak papa," ucap Zyodan singkat.

"Kenapa lo gak marah? Kenapa malah senyum? Lo gak kaget? Apa lo udah belok dari dulu?" kata Ajja bertanya-tanya.

"Enggak. Ini pertama kalinya buat gue. Katanya lo sayang sama gue kan? Gue gak mau sia-siain orang yang sayang sama gue."

Ajja bingung dengan perkataan Zyodan. Ia berpikir sejenak sampai lamunannya buyar saat Zyodan tiba-tiba berdiri dan menaruh piring di tempat cucian.

15:55

Mereka asik main ps di kamar Ajja sambil sesekali tertawa.

Saat pertama kali Zyodan masuk ke kamarnya Ajja ia sedikit terkejut. Ternyata laki memanglah laki. Di luar tak seindah di dalam.

"YEAYYY!! Gua menang!" ucap Zyodan.

"Terus?" balas Ajja dengan datar.

"Ya-yaudah," Zyodan yang tadinya menampilkan wajahnya yang ceria seketika berubah datar.

Ajja menarik lengan Zyodan yang membuatnya jatuh ke dada bidang Ajja.

Deg. Deg. Deg.

Zyodan mendengarnya, detak jantung Ajja. Berdetak kencang.

"Selamat ya,"

"Hah?" Zyodan beralih menatap Ajja bingung.

"Selamat, kan lo menang," Ajja mengulurkan tangan kanannya.

"I-iya," Zyodan membalasnya.

"Ehh? Jam 4 lewat?! Ja, gue pulang dulu ya," Zyodan segera mengambil tasnya lalu memakai sepatunya dengan buru-buru.

"Nginep aja,"

"Gak bisa, gue harus pulang, makasih ya," Zyodan berdiri hendak membuka pintu namun Ajja mencegahnya.

"Tunggu, gue ambil kunci motor,"

"Gak usah, gue bisa sendiri,"

"Yuk!" Ajja menarik lengan Zyodan sampai ke parkiran.


>>>><<<<

"Disini Ja,"

Ajja berhenti tepat di depan rumah berwarna putih hijau. Ajja sedikit terkejut karena ia mengira bahwa Zyodan orang berada.

Zyodan turun dari motor besar milik Ajja dan mengembalikan helmnya.

"Makasih Ja,"

"Sama-sama." Ajja ingin mencubit pipi Zyodan namun Zyodan menahannya.

Ajja terkekeh lalu pergi meninggalkan Zyodan.

Wajah Zyodan seketika berubah. Perasaan takut mulai menyelimutinya. Dengan keberanian yang ada, Zyodan melangkahkan kakinya ke pintu yang tertutup rapat. Tangannya terangkat, ia ragu untuk mengetuknya.

Ceklek!

Pintu terbuka yang menampilkan sosok pria yang lebih tinggi darinya.

"Baru pulang ya?" tanya pria itu. Zyodan menunduk tak menjawab.

"Kok diem? Masuk aja," Zyodan membuka sepatunya dan menaruh tasnya di sofa.

Bruk!

Tubuh Zyodan terpental mengenai kaki bangku akibat dorongan dari pria itu. Zyodan meringis, ia mencoba bangun.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Zyodan.

"Enak ya kelayapan gak mikir orang tua kerja capek capek!" ucap pria itu.

"Dari mana aja lo jam segini baru pulang? Bawa apa lo?" tanyanya.

Bugh!

Satu tendangan mengenai pinggang Zyodan saat pria itu tak menemukan apapun dalam saku Zyodan.

"DASAR GAK BERGUNA! Bun," seorang wanita yang di sapa 'bun' itu seketika mengerti apa yang dimaksud sang suami.

Pria itu menarik lengan Zyodan hingga ke dapur lalu menjatuhkannya di lantai.

Badan Zyodan bergetar hebat. Ia memeluk lututnya dan berdoa.

Byur!

Tubuhnya basah. Dingin, ini bukan air biasa. Syukurlah pakai air es bukan air panas.

Zyodan terkejut saat melihat bundanya membawa...

****

Love at First Sight (BXB) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang