Ketika gerbang di buka, Ajja membelokkan mobilnya.
Zyodan terkejut sekaligus terkagum melihat rumah yang begitu besar dengan mobil mewah yang berjejer rapih.
Clek!
Ajja membuka pintu mobil Zyodan. Sangking terkejutnya Zyodan tidak menyadari bahwa Ajja sudah memarkirkan mobilnya.
Ajja membawa Zyodan menuju pintu utama yang sudah ada dua orang dengan memakai jas hitam lalu membukakan pintu untuk Ajja dan Zyodan.
Zyodan lemas, betapa besarnya rumah ini.
"Rumah siapa ini?" tanya Zyodan masih tidak percaya.
"Mertua lo, lo mau ketemu?" tanya Ajja.
"Bo-boleh,"
"Yuk, biasanya jam segini doi lagi nyantai di belakang," kata Ajja yang dibalas dengan dehaman.
Zyodan memegang tangan Ajja. Zyodan gak ngerti lagi dengan semua ini, seperti mimpi baginya.
Suara air terdengar begitu tenang. Taman belakang yang terdapat kolam renang, kolam ikan, juga lapangan basket membuat Zyodan merinding.
Ajja dan Zyodan berjalan menuju pinggir kolam renang yang sudah ada seseorang sedang nyantai.
"Pa!" panggil Ajja sedikit keras membuat seorang itu tersentak kaget.
"Ja, belum pernah papa tinju ya?" ucapnya lalu terdiam saat ia melihat Zyodan.
"Siapa?" tanya papa Ajja.
"Pacar Ajja, jangan di galakin ya pa," ucap Ajja jujur.
Zyodan kaget dengan ucapan Ajja yang begitu jujur. Papa Ajja melihat Zyodan dengan tatapan seram, menurut Zyodan.
"Saya Raka, papa nya Ajja," Raka menyodorkan tangannya, Zyodan menerimanya.
"Zyodan, om," ucapnya tersenyum.
Raka berdiri. Tingginya melebihi Ajja sedikit, jika di setarakan dengan Zyodan, ia hanya sampai pada lehernya saja.
"Anak manis," kata Raka dengan mengelus pipi Zyodan lembut.
"Eitss, papa belum pernah Ajja tinju ya?" ucap Ajja yang sudah memeluk Zyodan seperti barang kesayangannya ingin di rebut.
"Bagi-bagi bisa kali," Raka menarik Zyodan menuju meja makan.
"PAPA! AJJA NYESEL SUMPAH!" teriak Ajja.
>>>><<<<
Zyodan memakan makanannya dengan lahap. Sungguh, ini surga dunia.
"Enak gak?" tanya Raka ketika sudah selesai makan.
"Enak banget, makasih om," ucap Zyodan.
Raka bangkit dari duduknya lalu mengacak rambut Ajja dan Zyodan.
"Sana gih, istirahat. Tiketnya udah papa pesenin, besok papa berangkat pagi, kalian malem," ucapnya dan berlalu pergi.
Ajja menarik lengan Zyodan menuju kamarnya di lantai 2.
Menurut Zyodan, walaupun rumah ini sangatlah besar namun tidak terlihat sepi. Zyodan menghitung sudah ada 3 orang di pos samping gerbang, 2 orang di depan pintu dengan berpakaian jas, 3 orang pembantu, 2 orang sedang bersih-bersih di ruang tamu, 1 orang berada di belakang menyiram tanaman, dan 4 lainnya sedang ngobrol di temani dengan beberapa cangkir kopi.
Sesampainya di kamar. Zyodan langsung menghempaskan tubuhnya di kasur yang sangat empuk.
Kamar ini mungkin kamarnya Ajja. Karena sudah ada beberapa alat yang menurut Ajja penting dalam hidupnya.
"Kenapa?" tanya Zyodan.
"Kenapa apanya?" Ajja bingung dengan pertanyaan Zyodan.
"Kenapa lo gak tinggal di sini aja? Lo gak betah apa gimana? Kalo boleh, suruh bokap lo angkat gue jadi anaknya aja,"
Ajja terkekeh.
"Kalo lo jadi adek gue, kita gak bisa nikah dong?" Ajja menindih Zyodan dengan tubuhnya.
Zyodan diam.
"Apaan dah," Zyodan mendorong tubuh Ajja ke sampingnya.
Mereka pun tertidur pulas.
>>>><<<<
Ajja yang baru saja bangun langsung menuju ke bawah untuk melihat papa nya yang akan pergi ke bandara pagi ini.
Ajja memeluk Raka erat.
Ajja cukup manja kepada papa nya. "Karena kalo engga nanti gue minta apa apa gak dikasih:)" (Ajja)
Raka pun menciumi rambut Ajja.
"Pa, udah mau berangkat ya?" tanya Ajja.
"10 menit lagi, kenapa emangnya?"
Ajja membawa Raka ke ruang tamu untuk duduk di sofa.
Ajja memeluk papanya sambil menghirup parfum yang sangat Ajja suka.
"Nanti kenaikan kelas, Ajja mau tinggal disini aja bareng Zyodan," kata Ajja.
"Kenapa harus bilang? Udah pasti papa ijinin kok," kata Raka mengelus rambut Ajja.
"Bukan gitu pa, Ajja minta papa tolongin Zyo," ucap Ajja mulai serius.
"Tolongin? Maksudnya?" Raka kebingungan dengan ucapan Ajja.
Ajja pun menceritakan apa yang terjadi pada Zyodan. Raka sedikit terkejut lalu mengangguk.
"Pasti sayang, tunggu aja ya, jaga Zyo sebisa Ajja papa pasti turun tangan," kata Raka yang membuat senyum Ajja merekah.
"Makasih pa," Ajja mencium pipi Raka.
"Iya,"
"Maaf pak, harus berangkat sekarang," ucap sang supir memperingati.
Raka mengangguk.
"Yaudah, papa berangkat ya, nanti Ajja papa jemput di bandara sana," kata Raka mencium dahi Ajja.
"Oke, heart heart ya, pa," Raka terkekeh.
Ketika mobil alph*rd putih telah keluar gerbang, Ajja kembali ke kamarnya untuk menemui Zyodan yang masih tertidur.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at First Sight (BXB) END✓
Teen Fiction"Gue tipe orang yang blak-blakan. Gue tertarik sama lo, gue minta Julio buat deketin gue sama lo, bukan hanya sekedar teman atau sahabat tetapi sebagai kekasih, jujur gue baru pertama kalinya punya perasaan aneh sama sesama jenis. Kalo lo gak kebera...