#26

4.4K 344 5
                                    

Keesokan harinya.

Ajja, Zyodan, Julio, dan Aufan sudah rapih dan bersiap kembali ke Jakarta. Mengingat mereka pergi berlibur dihari selasa malam dan sekarang sudah hari kamis, Zyodan dan Aufan harus kembali sekolah.

Ya, Aufan seharusnya sudah lulus bersamaan dengan Ajja dan Julio namun karena masalahnya waktu itu jadi ia tidak diluluskan bersama teman-temannya.

Mereka pun berjalan menuju parkiran. Ajja membawakan barang bawaan Zyodan yang sedari tadi memasang wajah murungnya. Ajja tahu Zyodan marah padanya.

"Kuncinya mana, Ja? Gue aja yang bawa," ucap Julio. Mereka berempat pergi menggunakan mobil Ajja.

"Pelan pelan aja Jul bawa mobilnya," pinta Zyodan. Julio mengangguk mengerti.

Ketika barang semua sudah berada di bagasi, Julio pun menjalankan mobilnya menuju restoran untuk makan siang.

Selama perjalanan, Zyodan hanya tiduran di pangkuan Ajja karena ia sudah tak sanggup lagi untuk duduk.

>>>><<<<

Setelah mengantar Julio dan Aufan, Ajja melanjutkan perjalanannya menuju rumah Raka. Sebenarnya Ajja masih ingin berduaan di apartemen dengan Zyodan, namun Raka memintanya untuk pulang kesana.

Sesampainya mereka disana, Raka menyambutnya dengan hangat. Raka sangat rindu kepada kedua anak lelakinya. Raka pun memeluk keduanya secara bersamaan.

"Miss you both!" ucap Raka.

"Miss you too, pa!" balas Ajja. Zyodan masih dalam mode tadi, diam dan memasang muka murungnya.

Raka melihat Zyodan yang berbeda pun bingung. "Kenapa, Zy?" tanya Raka sambil mengelus pipi Zyodan.

Zyodan hanya menggeleng, yang ia inginkan saat ini hanyalah tidur. Zyodan sudah tak sanggup berdiri bahkan susah untuk berjalan.

Raka yang tahu apa yang membuat Zyodan seperti ini pun langsung menoleh ke arah Ajja. Ajja hanya menatap kembali Raka dengan tersenyum kikuk. Segera Raka membawa Zyodan untuk beristirahat di kamar.

"Sana gih, ke apotek beli salep," suruh Raka. Ajja hanya berdeham sambil menaruh kopernya di samping kasur.

"Sekarang!"

Seketika Ajja langsung berlari mengambil kunci motornya lalu pergi sesuai dengan perintah Raka.

>>>><<<<

Dimeja makan, Raka, Ajja, dan Zyodan sedang menikmati makan malamnya. Tidak ada yang berbicara sampai semua telah menyelesaikan makannya.

"Pa, abis Seva melahirkan Ajja pengen cerai," ucap Ajja membuka suara.

Raka sama sekali tidak terkejut. Anaknya ini sudah besar, sudah bisa menentukan pilihannya sendiri. "Ya terserah Ajja, papa cuma pengen kamu pikirin baik baik lagi kedepannya, harus punya pendirian dan tanggung jawab, pernikahan juga bukan permainan," nasihat Raka.

"Iya Ajja tau. Sebenarnya Ajja juga udah serius sama dia, tapi Ajja bersyukur sekarang tuhan udah bongkar semua sifatnya,"

Raka mengangguk mengerti. Sifat Seva yang pendiam, sopan, dan murah senyum membuat Raka mempercayainya dan menyerahkan Ajja padanya, namun ternyata semua berubah saat Ajja menelpon sambil terisak.

Di samping itu, Zyodan tampak sesekali menyembunyikan senyumannya. Entahlah, mungkin ia menjadi jahat saat ini. Zyodan tidak peduli, jarang-jarang ia senang sampai ingin berteriak sekencang-kencangnya.

>>>><<<<

Setelah makan malam, Zyodan memutuskan untuk kembali ke kamar dan melanjutkan tidurnya. Tubuhnya juga masih terasa sakit.

"Aku mau cerai, kamu seneng gak?" tanya Ajja tiba-tiba berbaring disebelahnya sambil memeluknya.

Zyodan yang terpejam pun membuka matanya, pertanyaan macam apa ini? Tentu ia sangat senang, tidak perlu ditanyakan lagi. Namun Zyodan tidak boleh berkata seperti itu.

"Ya enggak lah, kasihan nanti anaknya," Zyodan berucap jujur, sungguh Zyodan sangat memikirkan anak yang berada dalam kandungan Seva. Entah mengapa perasaan Zyodan aneh ketika mengingat kandungan itu.

Ajja menghembuskan nafasnya. "Andai kamu bisa hamil, Zy," ucapnya sambil mengelus perut rata Zyodan.

Zyodan memegang tangan Ajja yang berada di perutnya. "Gak boleh gitu, harus bersyukur," ucap Zyodan, padahal dalam hatinya berkata amin, tetapi tetap saja tidak mungkin dan tidak akan terjadi.

Lagi-lagi Ajja menghembuskan nafasnya. Ia mempererat pelukannya dan memejamkan matanya. Ajja bingung, seharusnya Ajja memikirkan bagaimana kedepannya nanti, ia menganggap dirinya bodoh.

"Bisa gak ya kita sampai tua terus bersama seperti ini, sebagai kekasih, bukan saudara," gumam Ajja. Ucapan Ajja membuat mata Zyodan berkaca-kaca.

Ajja sangat takut kehilangan Zyodan. Suasana hati Ajja hancur. Mengapa ia bisa menaruh hati pada Zyodan? Apa yang membuatnya sampai tergila-gila dengan anak ini? Entahlah, mungkin ini yang namanya Cinta tidak mandang apapun.

Ajja menitikkan air matanya. "Kok nangis??" tanya Zyodan. Ajja menggeleng, menghapus air matanya lalu tersenyum dan menangkup pipi Zyodan untuk menciumnya.


****

Makasihh yg udh baca sampai sejauh ini:D semoga suka dan jangan lupa vote😁🙏

Love at First Sight (BXB) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang