Zyodan memejamkan matanya menikmati musik yang menurutnya bikin air mata menetes.
Ajja yang sedang menyetir melirik Zyodan lalu tangannya terangkat untuk memencet hidung mancung Zyodan.
"Apa sih Ja, ngagetin aja," omel Zyodan.
"Kalo lo tidur gue juga tidur," ucap Ajja.
Entah apa yang dilakukan Ajja, Zyodan hanya memandang nya bingung.
Ajja menurunkan tempat duduknya sedikit agar ia bisa rebahan.
"Hehh lo gila ya?! Ja, gak lucu sumpah kalo mau tidur minggirin dulu mobilnya," ucap Zyodan panik setengah mati hingga ia memegang stir dengan kuat.
Ajja yang tak tega melihat ekspresi Zyodan kini kembali dalam posisinya untuk menyetir.
"Tenang aja, mobil ini udah sahabatan sama gue,"
Zyodan menghembuskan nafasnya berusaha kembali tenang.
"Ada gitu mobil bisa jalan sendiri?" tanya Zyodan kesal.
"Ada, nih buktinya," Ajja kembali melepaskan pegangan nya yang membuat Zyodan kembali panik.
"Jaaa, jangan aneh aneh!!"
"Hahaha, emang bener kok dia bisa jalan sendiri," ucap Ajja jujur.
"Bodo amat sumpah, nyawa gue lebih penting,"
"Iya iya, sayang gue lebih penting,"
"Lagian nyewa mobil yang aneh aneh, ya walaupun Bagus sih," hina Zyodan namun memuji.
"Ini mobil bokap gue kali," Ajja menyubit pipi Zyodan gemas.
"Ngawur," ucap Zyodan masih belum percaya.
"Villa itu punya deda gue, semua yang ada di sana punya keluarga papa," jelas Ajja.
"Siapa deda?"
"Kakek gue,"
Entah Zyodan harus percaya atau tidak. Sekarang ia berpikir keras, ternyata ada orang yang kehidupan nya seperti di cerita-cerita.
>>>><<<<
Setelah sampai di hotel, Zyodan bertanya kenapa ia berada di hotel dan tidak di villa, Ajja menjawab karena perjalanan ke villa cukup jauh dari sini.
Lagi lagi Zyodan bingung harus percaya atau tidak.
Di kamar, mereka hanya menonton film sambil memakan beberapa cemilan yang mereka beli di minimarket.
Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 22:35.
Zyodan menguap dan membaringkan tubuhnya di kasur.
Ajja menghampiri lalu ikut berbaring di samping Zyodan.
Ajja melirik. Zyodan benar-benar memejamkan matanya.
Sebelum Zyodan benar-benar terlelap, Ajja mengusap pipi Zyodan lembut dan menciumi nya yang membuat Zyodan membuka matanya.
Ajja yang melihatnya langsung menindih dan mengunci lengan serta kaki Zyodan.
Perlahan Ajja mulai melumat bibir Zyodan.
"Mmph... Enghh.." desah Zyodan berusaha mengambil nafas.
Lumatan Ajja semakin kasar yang membuat Zyodan berontak.
"Shh.." Zyodan memegangi bibirnya yang mengeluarkan cairan merah.
Tangan Ajja beralih membuka baju Zyodan dan baju miliknya.
Zyodan mencengkram rambut Ajja ketika Ajja mulai menciumi tubuhnya.
Lidah Ajja mulai memainkan nipple Zyodan.
"Emhh.. Jaa.. Tung.. Gu.."
Ajja tak memperdulikan Zyodan, gairahnya untuk menjadikan tubuh Zyodan menjadi miliknya sangatlah besar.
Tangan kanan Ajja memegang penis Zyodan yang sudah menegang.
Zyodan mendorong kepala Ajja berusaha menghentikan aksinya bermain dengan nipple nya. Ya, Zyodan sangatlah sensitif terhadap itu.
Ajja menatap wajah Zyodan yang menurut nya memasang wajah menggoda.
Tak bisa berlama-lama. Ajja mulai membuka celana Zyodan dan melemparkan nya dengan asal.
Zyodan terkejut, ia belum siap dengan hal ini.
"Ahh.. Enghh.. Ahhh.." desah Zyodan saat Ajja mulai mengocok miliknya.
Ajja merasakan penis Zyodan yang mulai mengedut, ia pun mempercepat gerakan tangannya.
Zyodan menggeliat. Tangannya memegang sprei sekuat tenaga.
"Ahh... Jaa.. Gue mau.. Enghh.."
Crottt.. Crottt..
"Ahhh..."
Tangan Ajja basah.
Ketika Ajja berhenti melakukan aksinya, Zyodan membalikkan badannya menjadi tengkurap.
Ajja bangkit, membiarkan Zyodan terkulai lemas lalu mencari sesuatu di dalam kantong celana jeansnya.
Ketika sudah dapat, Ajja kembali dengan membawa sebuah kotak kecil yang ia beli di minimarket tadi.
Ajja membuka celananya dan menampakkan penisnya yang sudah menegang.
Ajja menggesekkan miliknya ke belahan bokong Zyodan.
"Siap, Zy?" tanya Ajja menindih Zyodan lalu menciumi rambutnya.
"Tunggu,"
"Tunggu apa lagi? Bukannya lo udah pernah? Hm?" Ajja menjilat telinga serta leher Zyodan.
Zyodan menelan ludahnya. Ia tak ingin merasakan ini lagi.
"Aku gak bakal main kasar, mungkin awalnya emang sakit, tapi kamu akan merasa nikmat setelah itu,"
Ajja bangkit lalu memakaikan benda membentuk bulat ke kelaminnya.
Zyodan membalikkan badannya menghadap Ajja.
Ajja menarik kedua kaki Zyodan lalu mengangkatnya sedikit.
Hole nya terlihat rapih dengan cincin yang masih merekat, seperti belum pernah dimasukkan, atau mungkin karena kejadiannya yang sudah lama? Mungkin.
Ajja menghisap jari telunjuk dan jari tengahnya lalu mulai memasukkan nya ke dalam hole Zyodan.
"Emhh.." Zyodan menggigit tangannya. Sedikit sakit namun terasa nikmat.
Ajja yang merasa tergoda mulai menggantikan jarinya dengan penisnya.
Perlahan Ajja mulai memasukinya.
"Arghh.. Sa-kit.. Ja.." erang Zyodan, tangannya mencengkeram lengan Ajja kuat.
Ajja memeluk Zyodan berusaha menenangkan.
"Tahan sayang, punyaku belum sepenuhnya masuk,"
Ajja mulai menggerakkan tubuhnya.
"Ahh.. E-nak.. Engghh.. Ahhh.." desah Zyodan.
"Hah.. Hahh.." desah Ajja.
"Pelan dikit Ja, sakit."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at First Sight (BXB) END✓
Teen Fiction"Gue tipe orang yang blak-blakan. Gue tertarik sama lo, gue minta Julio buat deketin gue sama lo, bukan hanya sekedar teman atau sahabat tetapi sebagai kekasih, jujur gue baru pertama kalinya punya perasaan aneh sama sesama jenis. Kalo lo gak kebera...