Ajja, Zyodan, serta kedua bodyguard Raka telah sampai di bandara soekarno-hatta. Mereka menjadi bahan tontonan akibat jemputan nya yang begitu heboh diiringi dengan polisi dan ada beberapa bodyguard juga.
Sebenarnya Ajja agak sedikit risih karena papa nya yang begitu lebay.
"Papa di rumah pak?" tanya Ajja pada sang supir ketika telah memasuki mobil alph*rd berwarna putih.
"Tadi sih pergi, tapi saya di suruh buru-buru bawa kalian ke rumah makanya dikawal polisi," jelas sang supir.
"Kenapa emangnya pak?" tanya Ajja lagi, Zyodan hanya menyimak sambil menikmati cemilan yang diberikan Ajja.
"Saya dengar katanya mau ngurusin dek Zyo, saya juga gak tau apaan,"
"Zyo? Ngapain?" batin Ajja.
"Oh oke pak makasih infonya," ucap Ajja yang dibalas anggukan.
Zyodan menatap Ajja seolah bertanya kenapa namun dengan cepat Ajja mengangkat kedua bahunya.
>>>><<<<
Raka yang baru saja sampai langsung memasuki rumahnya saat melihat mobil alph*rd telah terparkir rapih, tandanya kedua anak itu telah sampai di rumah.
Raka melihat Zyodan di ruang keluarga yang sedang menonton TV tanpa Ajja. Entahlah.. Ini kesempatan untuk berbincang dengan Zyodan berdua.
"Zyo?" panggil Raka. Zyodan pun menoleh ke sumber suara.
"Ajja mana?" tanya Raka.
"Di atas om tadi katanya pengen mandi,"
Raka menghampiri Zyodan lalu menarik lengan Zyodan untuk ikut bersama nya.
"Ikut om bentar,"
Raka membawa Zyodan ke kamarnya lalu Raka mengunci pintunya.
Zyodan terkejut. Apa mungkin dirinya akan di perkosa dengan mertua sendiri?
"Duduk, om cuma pengen omongin masalah kamu kok," Raka mempersilakan Zyodan untuk duduk di sofa yang terdapat di tengah antara TV dan kasur.
"Iya om,"
Raka menatap Zyodan lekat. Ia membayangkan bagaimana tersiksa nya Zyodan selama ini.
"Zyo... Om pengen angkat Zyo jadi anak om, om tau semuanya tentang Zyo dari Ajja," jelas Raka.
Zyodan bingung mau menjawab apa.
"Maaf om, tapi Zyo udah banyak ngerepotin om sama Ajja, Zyo udah terbiasa kok om, lagian cuma di omelin doang kok gak sampe main tangan," ucap Zyodan.
Raka tersenyum, ia tahu bahwa Zyodan sedang berbohong. Ia pun mengelus pucuk kepala Zyodan.
"Om gak suka dibantah," ucap Raka singkat.
Mereka saling terdiam cukup lama hingga Raka kembali membuka suaranya.
"Om gak melarang hubungan kalian. Zyo tau kan? Kemarin itu siapa?"
Zyodan mengangguk tahu apa yang dimaksud Raka.
"Maaf, om gak bisa nolak pernikahan Ajja sama Seva. Om juga akan kirim Ajja ke Australia untuk kuliah disana, jadi Zyo disini aja ya sama om?"
"Tapi om, Zyo bener-bener gak pengen banyak ngerepotin lagi, mungkin setelah pernikahan Ajja, Zyo bakal merantau dulu,"
"Zyo, om sama Ajja sama sekali gak merasa di repotin. Mau ya?"
Lagi lagi Zyodan terdiam tidak tahu harus menjawab apa. Ia juga ingin merasakan apa itu yang namanya sebuah keluarga.
"Kamu diam berarti setuju, jangan sungkan kalo mau apa apa bilang aja, mulai sekarang ini rumah kamu, rumah kita bersama, dan yang terakhir mulai sekarang panggil saya papa,"
Setelah berucap itu, Raka membuka lemarinya mencari sesuatu.
Zyodan masih syok dengan apa yang diucapkan Raka. Papa? Apa mungkin dirinya bisa menyebut kata itu? Apa mungkin ini mimpi? Entahlah.
Raka kembali dengan membawa sebuah kotak persegi panjang lalu menyodorkan nya pada Zyodan.
Zyodan yang sedang melamun pun sedikit kaget.
"A-apa ini om?" tanya Zyodan gugup.
"Panggil saya papa, ini hp buat Zyo, harus dibawa kemana-mana ya biar papa atau Ajja bisa menghubungi Zyo kapan aja," Raka menatap Zyodan lekat.
"I-iya papa Raka,"
Tangan Zyodan berusaha untuk membuka kotak itu namun tidak bisa, makin lama getarannya makin kuat, dahinya pun dipenuhi dengan keringan.
Raka tertawa lalu membantu Zyodan untuk membuka kotak itu.
Raka mengeluarkan isi dari kotak itu dan diberikannya pada Zyodan.
"Pa, Zyo gak berani, nih Zyo balikin,"
Zyodan menaruh kembali handphone dengan tiga kamera itu pada tempatnya.
"Hei, pegang. Gak papa nanti juga terbiasa, nanti minta ajarin Ajja cara make nya ya," Raka kembali memberikan hp nya pada Zyodan.
Zyodan tersenyum senang.
"Makasih pa," Zyodan pun memeluk Raka.
"Iya sama sama nak, bahagia selalu ya."
Zyodan pun keluar kamar Raka dan menuju kamarnya Ajja dengan senyuman yang tak kunjung luntur.
>>>><<<<
"Mantap, hp baru," kata Ajja sambil memegang handphone baru Zyodan.
"Hehe,"
"Maaf ya, padahal besok pengen gue ajak ke tangcity nyari handphone buat lo tapi malah keduluan bokap,"
"Hehe, ajarin ya, Ja,"
Ajja menatap Zyodan yang sedari tadi cengengesan mulu.
"Mau aja apa mau banget??" goda Ajja.
"Mau Ajja aja, kan gue sayang Ajja,"
Tanpa ba bi bu Ajja langsung memeluk Zyodan gemas. Sehari saja Ajja tak bisa gemas dengan kelakuan pacarnya itu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at First Sight (BXB) END✓
Genç Kurgu"Gue tipe orang yang blak-blakan. Gue tertarik sama lo, gue minta Julio buat deketin gue sama lo, bukan hanya sekedar teman atau sahabat tetapi sebagai kekasih, jujur gue baru pertama kalinya punya perasaan aneh sama sesama jenis. Kalo lo gak kebera...